Mohon tunggu...
Hilda Ayu Putri Nadifa
Hilda Ayu Putri Nadifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai, aku seorang mahasiswi yang gabut. Suka menulis, kalau menyukaimu tentu tidak mungkin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bertiga Memberi Arti Berharga dan Dituntut Bahagia (Part Terakhir)

18 Januari 2023   11:51 Diperbarui: 18 Januari 2023   12:16 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kemudian setelah aku salat, hatiku menjadi dingin, tidak emosi, dan bersabar. Aku tidak mau mengambil pusing dengan perkataan ayah yang membuatku sakit hati, dan mencoba melupakan seolah-olah tidak pernah terjadi. 

Ku putuskan untuk tidur, untuk melepas penat yang ku rasakan . Keesokan harinya aku mencoba mengajak ayah berbicara mengapa beliau kemarin berkata begitu.”Kenapa ayah kemarin mengatakan sesuatu yang menyakiti hatiku? Apa ayah tidak mengerti bila Luna di rumah bekerja keras membersihkan rumah, memasak, dan karena masalah sepele saja ayah memaki, memarahi, dan melontarkan
perkataan yang jelek.

”Apakah ayah ada masalah dan melampiaskan di rumah? Bila ada masalah boleh sharing ke Luna, Luna tidak keberatan bila ayah menceritakan semua permasalahan. Cerita itu hanya untuk di bagi tidak ditanggapi dan diceramahi, karena orang yang bercerita hanya ingin melepaskan beban bukan menambah beban.

Akhirnya ayah memanggil adik dan menceritakan semua beban yang dirasakan. Aku turut iba atas beban yang dirasakan ayah selama ini, banyak begitu rintangan dan cobaan yang beliau lalui tetapi tidak sedikit pun beliau mengeluh.”Lalu mengapa ayah mencerita ini
sekarang?” kataku.

”Ayah tidak mau membuat beban anak-anak ayah, kalian masih kecil dan tidak sepantasnya mengetahui beban orang dewasa. Senyuman kalian sudah menggugurkan beban ayah sedikit demi sedikit. Walaupun banyak cobaan dan rintangan yang ayah lalui itu tidak masalah, yang penting kalian bahagia dan bisa menjadi anak yang sukses” kata ayah.

“Ucapan itu membuatku bersyukur kepada Tuhan karena telah memberiku ayah yang tidak mudah putus asa dan menjadi panutan untuk keluarga” kataku. 

Tanpaku sangka adik ku juga menceritakan keluh kesahnya selama ini dan aku bisa membuat kesimpulan bahwa semua anggota keluargaku hanya berpura- pura bahagia dan menjadi prinsip setiap anggota keluarga. 

Akhirnya semua saling bermaaf-maafan dan membuat perjanjian bila ada suatu masalah yang terjadi diluar rumah tidak boleh dilampiaskan di rumah. Karena rumah untuk menyampaikan keluh kesah bukan ruang pelampiasan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun