Mohon tunggu...
Hilda Amalia
Hilda Amalia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

I'am a cute and simple woman.. Love Allah... :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keajaiban Surah Yassin

29 Maret 2013   12:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:02 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Al-Qu’ran… merupakan kitab suci umat islam. Akan tetapi, masihkah kita membacanya? Seringkah kita mengkaji isi serta makna dari setiap kata yang kita baca? Bukankah Al-Qur;an itu merupakan buku pedoman hidup kita? Dimana dalam setiap kata serta kelimatnya terkandung “Syifa” yaitu obat, yang dapat mengobati setiap persoalan dan penyakit yang dialami. Subhanallah… itulah mukjizat terbesar yang diberikan Allah SWT kepada Rasul kesayangan kita, Rasulullah Muhammad SAW. Di mana di dalamnya terkandung banyak sekali hal-hal yang kita tak tahu. Marilah wahai ummat kita sucikan kitab Al-Qur’an dengan membaca,mengkaji isinya serta mengamalkan segalanya dalam kehidupan kita. Niscaya Allah membalasnya dengan pahala yang berlipat-lipat di dunia maupun di akhirat.

“Keajaiban dari Surah Yaasin”

Sinar mentari menerobos masuk kedalam kamarku yang gelap karena tertutup gorden, sehingga aku terpaksa harus membuka mataku untuk menikmati kehangatan sang raja siang ini. Jam dinding tepat menunjuk pada angka 9, dan itu berarti aku telah melewatkan waktu untuk shalat subuh.Kubuka perlahan-lahan jendela kamarku dan kuhembuskan nafas dan bersyukur atas kenikmatan yang masih aku dapat.Tak lama kemudian,terdengar panggilan dari sang ibu, dengan nada yang tergesa-gesa

“Azizah??? Engkau sudah bangun nak?”

“Sudah bu,”Jawabku dengan nada jengkel

“Ayo kita berangkat !”

“Kemana? Ada apa ini? Mengapa ibu terkesan terburu-buru sekali?”

“Nenekmu,”

“Kenapa dengan Nenek bu?”

“Nenek, terserang penyakit stroke dan sekarang ia sedang dirawat di rumah sakit”

“Apa?, baiklah bu, tunggu aku 5 menit untuk bersiap-siap terlebih dahulu”

Aku kembali kekamarku, mencuci  mukaku, mengganti pakaianku, dan tak lupa mengenakan kerudungku. Kukunci rapat kamar serta rumah dan kami pun melesat pergi ke Rumah Sakit di pusat kota.

“Assalamu’alaikum, suster dimanakah ruangan pasien yang bernama Hartati?”

“Wa’alaikumsalam, Ibu Hartati berada di ruangan nomor 150 di lantai 3”

“Terimakasih suster”

“Ya, sama-sama bu”

Ibuku langsung bergegas menuju ruang dimana Nenekku di rawat, setelah sampai di ruangan nenek, ibu langsung menangis dan memeluk tubuh nenekku dengan perasaan khawatir dan cinta yang mendalam. Kulihat nenekku dari jauh,kedua kelopak matanya menutup wajahnya tampak pucat dan terbaring  lemah tiada daya lagi seperti dulu, wajahnya yang ketika dulu begitu mempesona dan cantik, sekarang telah berubah menjadi tua dan berkeriput, rambutnya yang ketika dulu terjuntai panjang nan indah, sekarang telah berubah menjadi beruban dan Nampak kusut tak seindah dulu lagi.

“Nenek….” Bisikku dengan lembut di samping telinganya,

“Ini Azizah nek,,, Azizah datang buat jenguk nenek, nenek seneng kan??? Azizah datang sama ibu. Kita kesini karena Azizah sama Ibu sayang sama Nenek makanya kita langsung buru-buru jenguk nenek,”

Tak terasa air mataku terjatuh, mengalir deras membasahi kedua pipiku, Ibu langsung mendekapku dengan perasaan haru sambil berkata,

“Sudahlah Azizah, biarkan Nenekmu istirahat, biarkan ia mendapatkan ketenangan, supaya Nenek cepat sembuh”

“Baiklah bu, kita tunggu di luar”

“Ya sayang”

Sekian lama aku dan Ibuku menunggu di ruang tunggu, dengan bibir dan hati yang tak hentinya berdo’a kepada Allah SWT,

“Ya Allah,

Di ruangan ini terbaring seorang wanita yang renta dan tua,

Hamba Mengharap Rahman serta RahimMu, menginginkan cinta dariMu

Dan berharap diriMu mendengar pintaku,

Wahai Allah, berikanlah kesembuhan baginya

Lindungilah ia di dalam tidur dan bangunnya

Ampunilah segala kekhilafannya

Karena sesungguhnya aku menyayanginya,

Maka dari itu cintailah ia seperti aku mencintaiMu dan kedua orang tuaku

Aku berharap kepadaMu, sekiranya aku tau, Engkaulah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang “

Ibuku tak sengaja mendengar kata demi kata yang aku ucapkan, ia tak kuasa membendung kesedihannya sambil mendekap tubuhku dengan kedua tangannya yang lembut,

“Oh, ibu,, aku beruntung masih memiliki dirimu,” Batinku dalam hati.

“Azizah, kita harus banyak berdo’a dan setelah itu kita Tawakkal kepada Allah ‘Azza wajalla, kita serahkan segalanya, kepada Allah, karena Dialah yang memiliki rencana”

“Iya bu,”

Waktu terus berputar, sama halnya dengan dunia ini yang berputar di atas porosnya. Satu minggu berlalu dan tak ada tanda-tanda dari nenekku mengalami kemajuan yang berarti.  Dan pada minggu pagi suasana yang tadinya baik berubah menjadi buruk. Kondisi nenekku semakin memburuk, hingga dokter yangmenanganinyapun kewalahan, do’a, do’a dan do’a terus saja ku limpahkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa. Hingga pada hari dimana Nenekku divonis oleh dokter 2 bulan. Perih hati ini tak sanggup aku membayangkannya, aku masih ingin terus berada di sampingnya, iringi hari-harinya, tersenyum di hadapannya, aku ingin didekap oleh tubuhnya menerima sejuta kasih cintanya,dan  masih mau aku dengarkan nasihat-nasihat bijaknya. Kutengadahkan kedua tanganku sembari berkata

“Ya Allah… Kuatkanlah nenekku,”

Air mataku ini seakan tak pernah bosan untuk keluar, rintihanku ini seakan tak pernah habis. Dalam kebingunganku, aku berlari pergi meninggalkan Ibuku yang kini sendiri menemani Nenek, aku mengitari jalanan gelap dan sunyi kemudian aku menangis dan berteriak tak henti-henti,

“Ya Allah, bukankah aku selalu berdo’a kepadaMu? Bukankah aku sering meminta kepadaMu? Tetapi, mengapa Engkau seakan tak pernah mendengar do’aku? Mengapa Engkau tak segera menyembuhkan kondisi nenek ku ke sedia kala? Apakah aku salah? Mengapa do’aku belum juga terkabul? Ya Allah……… aku tak mengerti”

aku jadi bingung akan keadaanku sendiri, tak tau arah yang pasti. Menyembuhkannya pun takkan mungkin, karena aku bukanlah sang dokter. Di tengah kegilaanku ini, aku bertemu dengan seorang pengemis tua yang mungkin umurnya sama persis dengan nenekku, kedua matanya buta dan kakinya pincang, dia berjalan mendekatiku dengan tertatih-tatih dibantu dengan tongkatnya,maka  kuusap air mataku dengan kedua lenganku kemudian dengan wajah yang keheranan aku bertanya

“Ada apa kek? Mengapa kakek menatapku?”

Pengemis itu tak menjawab,

“Kakek??? Ma’af, apa kakek mendengarku??”

Kakek tua itu hanya menatap dan terus menatap kepadaku dengan tatapan yang memelas, meskipun aku tau kakek itu buta, namun aku merasa ia dapat melihatku. Setelah itu, kakek itu berkata

“Nak, kau masih muda, dan kaupun masih memiliki jalan yang panjang untuk memperbaiki kelakuanmu yang buruk, dan kau pun masih  dapat bertobat akan kekhilafanmu”

“Maksud kakek apa? Aku tak mengerti”

“Selama ini yang hanya kau bisa adalah berdo’a untuk kesembuhan Nenekmu kan? Tapi mengapa kau tak melaksanakan shalat, katika tiba waktunya, tak membantu anak-anak fakir di sekitarmu, dan kurangnya kau bersyukur kepada tuhanmu, padahal engkau tau bahwa ia pasti mendengar serta memberikan apa-apa yang terbaik yang dipintakan oleh hambaNya, mengapa kau meragukan Tuhanmu? Mengapa kau malah berputus asa karena satu cobaan kecil yang diberikanNya?, mengapa tak kau bersabar menghadapinya? Mengapa kau tak bersyukur akan nikmat lain yang diberikanNya kepadamu, jangan pernah kau ragukan itu ! , ingat ini hanyalah cobaan kecil untukmu, Sabarlah setelah itu Tawakkallah kepadaNya. Bila memang nenekmu mencapai ajalnya, terimalah, karena itu berarti ia akan beristirahat dari dunianya dan kembali kepada Allah yang menciptakannya. Kau malah tertipu oleh vonisan dari sang dokter, padahal kau tau bahwa yang menentukan hidup dan matinya seseorang adalah Allah SWT ! semua yang hidup pasti mati, dan yang mati takkan pernah mungkin hidup kembali, kecuali atas seizinNya, dan sekarang, kau masih memiliki Ibu, akankah kau sia-siakan ia? Kembalilah lagi mencintai Tuhanmu, gapailah cinta dankasih sayangNya, karena cinta dan kasihNya takkan pernah habis dan tetap abadi hingga akhir hayatmu.”

Kegilaanku berhenti, tubuhku seakan berat mendengar setiap kata demi kata yang diucapkan sang kakek tersebut, mengapa tidak, mengingat diriku yang kini telah berubah drastis, dengan  jarang melakukan shalat, puasa, sedekah, zakat, apalagi ibadah-ibadah sunnah lainnya. Kata-kata dari kakek tua itu, menggugah hatiku, membangkitkan kerinduanku kepada Allah SWT, tanpa terasa air mata yang sempat terhapus kembali mengalir dan kini semakin deras,

“Alhamdulillah… Ya Allah, kini aku tahu apa kesalahanku, aku terlalu egois menginginkan sesuatu dariMu, padahal aku tak sadar akan kekhilafanku, ma’afkan aku Ya Allah, aku berjanji akan menjadi hambaMu yang bertaqwa dan mengerjakan segala perintahMu, kembali menggapai rahmat dan ridhoMu, ma’afkanlah aku, yang sempat melupakanMu, Astagfirullahal’adzim….”

Setelah menyadari semua itu, aku merasa berterimakasih kepada Kakek tua yang telah mengingatkanku itu, namun kakek itu telah menghilang dengan sekejap mata, padahal aku baru saja mendengarkan petuah-petuah indahnya, ditambah lagi aku belum sempat menanyakan nama serta alamat rumahnya. Hati ini penuh akan Tanya, “kemanakah sang kakek tua itu pergi?”, di saat hatiku bertanya maka disaat itu pula hatiku menjawab

“Sesungguhnya dengan membaca Al-Qur’an hatimu akan menjadi tenang, bacalah Surah-surah di dalam kitab suci Al-Qur’an setiap waktu di saat gelisah,takut,dan bingung. Dan bacalah surah Yaasin sang Jantung Al-Qur’an setiap hari karena dengan membacanya, niscaya kau akan dapatkan hal yang tak terduga”

Sudah lama aku tak mendengarkan isi hati ku sendiri, maka dari itu setelah mendengarkan isi dari hatiku, aku berlari menuju rumah menyongsong kerumunan hiruk pikuk di kota, dengan berbekal kerinduan yang amat kepada Allah, ku terjang sengatan mentari.  Sampai di rumah ku cari-cari Al-Qur’an kesayanganku dulu yang pernah ku lupakan, Al-Qur’an telah berada di dekapanku,dengan perasaan rindu  aku mencium dan mendekap Qur’an dengan penuh rasa cinta. Kemudian aku  kembali ke rumah sakit untuk menemui Ibu serta Nenek, aku akan datang dengan cahaya yang bersinar dari hati, jalanku kini telah terang, tak gelap seperti dulu.

“Ibu, bagaimana keadaan Nenek?’

“Keadaannya semakin parah, sekarang nenekmu sedang koma,”

“Bolehkah aku masuk ke ruangannya bu? Aku ingin memberikan sesuatu kepadanya”

“Jangan !!! kau bisa memberikannya nanti ketika nenekmu telah siuman”

“hadiah ini tak bisa ditunda-tunda bu, aku harus memberikannya sekarang juga !”

“Hadiah apa yang akan kau berikan kepada nenekmu?”

“Lantunan ayat suci Al-Qur’an, Surat Yaasin”

Sekilas, senyuman hangat tersungging dari bibir sang ibu, dan beliau membiarkanku untuk masuk. Aku berjalan masuk pelahan kedalam ruangan yang hampa udara ini, perlahan kubuka halaman Surah yang akan dibaca. Sebelum mulai membaca ku tatap wajah damai sang nenek, aku mulai membacanya dengan perasaan tenang ,

“A’udzubillahiminassyaithaanirrajiim,,Bismillahirrahmaanirrahim,” Tak terasa aku mengeluarkan airmata,

“Yaasinn, WalQuraanilhakiim,innaka laminal mursaliin,’alashiraatil mustaqiim,tangziilal’azizirrahiim,litungziraqoumammaaungzira aaabaauhumfahumghaaafilun”

Jari jemari nenekpun mulai  bergerak, ayat demi ayat dibacakan oleh ku dengan tartilnya, setelah sampai di akhir bacaannya yang berbunyi

“Fasubhaanalladzii biyadihii malaakuutu kulli syaiin wailaihi turja’un…, sodaqallahul’adzim”

Maka telah selesai kuberikan hadiah terbesarku itu kepada nenek, kemudian kuusapkan Al-Qur’an kesayangan itu kepada wajahku. Betapa kagetnya diriku melihat nenekku yang ternyata telah membuka kedua matanya sembari mengelus lembut wajahku, serta mengusap air mata yang tertumpah di pipiku. Dengan penuh syukur kudekap tubuh nenek dan kucium mesra keningnya yang tua.

“Alhamdulillah nenek sudah siuman, Alhamdulillah,Azizah seneng banget,”

“A,Az,Azizah, apakah barusan kau yang membaca Surat Yaasin itu?”

“Iya Nek,benar itu Azizah”

“Alhamdulillah, ternyata kau masih gemar mengaji seperti dulu, nenek harap kau tak pernah melupakannya,”

“Iya Nenek”

Tak lama, ibuku masuk ke dalam ruangan dan menangis karena bahagia sedang lantunan syukur terlontar dari mulutnya, kedua tangannya seakan tak pernah mau lagi terlepas dari tubuh nenekku. Alhamdulillah……….. aku mulai menyadari akan kehebatan ayat Al-Qur’an, dan inilah ternyata mukjizat dari salah satu kalam Allah, yang kualami dari salah satu firmanNya yaitu Surah Yaasin. Subhanallah….

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun