Mohon tunggu...
hikmah
hikmah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - الف ليلة وليلة

Setiap kali air mata terjatuh, aku memilih memungutinya dengan haru, untuk kudaur ulang menjadi serangkaian aksara yang mampu kau baca. Dan apabila kau merasakan getir saat membaca tulisanku, bisa jadi, tulisan itu lahir dari air mata paling pilu yang pernah kujatuhkan!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tuturmu

24 November 2021   04:13 Diperbarui: 24 November 2021   04:22 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tuturmu mengisyaratkan henti, sedang semesta memaksaku untuk berlari. Semestaku begitu asyik dengan candaannya, memainkan rasa, membenturkan raga, menghadirkan tawa, di sela-sela keangkuhan diri yang terus mengangkasa. 

Hatiku babak belur, diberi harapan oleh semesta dengan potongan-potongan isyarat yang begitu nyata dan tak terbantahkan. Tapi, di sisi lain hatiku juga diporak-porandakan oleh pahitnya kenyataan yang kudengar langsung dari lisan yang punya hati. 

Aku diterbangkan setinggi-tingginya oleh semesta lalu dijatuhkan, sejatuh-jatuhnya oleh kenyataan yang berbanding terbalik dari yang semesta isyaratkan. Entah semestaku yang memang pandai mengelabui, atau aku yang memang terlalu naif memaknai

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun