Mohon tunggu...
hikmah
hikmah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - الف ليلة وليلة

Setiap kali air mata terjatuh, aku memilih memungutinya dengan haru, untuk kudaur ulang menjadi serangkaian aksara yang mampu kau baca. Dan apabila kau merasakan getir saat membaca tulisanku, bisa jadi, tulisan itu lahir dari air mata paling pilu yang pernah kujatuhkan!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sambaran Kepedihan yang Datangnya Tiba-tiba

11 April 2021   07:11 Diperbarui: 11 April 2021   08:20 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Pagi itu, harus kurelakan hangatnya mentari diganti dengan sengatan petir yang menghujam ke arahku.
Pagi, dengan petir yang menyambar tepat di dadaku. Aku tersentak dan aku belum bersiap, hatiku apalagi.

Panas menjalar di sekujur tubuhku, kakiku berpijak tapi seperti tak menapak. Tanganku berpegang, tapi seolah tak menyentuh. Aku ada, tapi seolah tiada dan pikiranku sudah lebih dahulu menghilang sepersekian detik saat petir itu menyambar dadaku.

Ada apa ini?! Tolong jelaskan! Bisakah semesta memberiku sepotong isyarat, sebelum akhirnya aku diterpa sambaran kepedihan yang datangnya tiba-tiba ini?!

Pagi itu, pagi paling sialan yang pernah ada di muka bumi! Dan kau tahu, hal tersedih dari pagi itu adalah saat aku tak bisa meluapkan segala kepahitan dan sakit yang bersemayam di dadaku.

Aku ingin marah, tapi aku tak tahu kepada siapa dan alasan apa yang membuatku harus marah. Aku ingin memaki dan meneriaki, tapi tak kutemukan dalil yang tepat untuk mendukung dan membenarkan keinginanku saat itu.

Hal paling masuk akal yang bisa kulakukan hanyalah menyalahkan diri sendiri. Lagi dan lagi, diri ini harus ikhlas menerima kenyataan untuk dijadikan wadah tempat di mana segala kesalahan bermuara.

Segala kerinduan yang mati-matian kusembunyikan sekian lama akhirnya menyeruak enyah dari hadapanku. Tak ada lagi yang tersisa selain kepingan kepedihan yang berserakan.

Hatiku sakit tapi tak berdarah!
Hatiku remuk tapi tetap utuh!
Ada sesak yang tak bisa ditangiskan!

Dan, akhirnya aku tersadar! bahwasanya hatiku tetaplah utuh! Dan aku masih hidup, akan tetapi rasaku telah redup!😌

Jember, 2 Desember 2020

(I made this poem to my friend, to make sure that she is not alone in this world. I feel her! I can relate how break her feeling is! So I write this poem to her, not to remind her sorrow and heartbreak, but to remind her that Here I am! with you, I feel you! I know what you feel my friends, so don't cry again!😊)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun