Mohon tunggu...
hikmah
hikmah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - الف ليلة وليلة

Setiap kali air mata terjatuh, aku memilih memungutinya dengan haru, untuk kudaur ulang menjadi serangkaian aksara yang mampu kau baca. Dan apabila kau merasakan getir saat membaca tulisanku, bisa jadi, tulisan itu lahir dari air mata paling pilu yang pernah kujatuhkan!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Resiko Ditanggung Pecinta

4 Maret 2021   10:32 Diperbarui: 4 Maret 2021   19:08 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Dari hari-hari yang panas dan gersang, hingga hari-hari yang dingin dan basah.
Dari pagi yang berkabut, hingga malam yang gelap gulita.
Dari terbitnya sang fajar di ufuk timur, hingga tenggelamnya di ufuk barat.
Dari sehat wal afiatnya dunia, hingga sakit yang harus dirundungnya kini.
Dari sembab dan basahnya mata menampung tangis, hingga kering tak tersisa.


Semuanya kulalui tanpamu, benar-benar tanpamu!
Aku berjalan menyusuri jalan itu, tempat itu, keramaian itu, untuk sekedar memastikan masihkah ada jejakmu di sana?!
Setiap malam, kudengarkan lagu-lagu itu,
Kubaca kembali bait-bait puisi itu, berharap dapat kutemukan serpihan dirimu di sana.
Dalam tiap lirik-lirik lagu itu. Dan juga dalam tiap larik-larik puisi itu, kucari dirimu di sela-selanya,,


Sungguh aneh, perkara cinta, dunia bisa berubah.
Langit yang tadinya hanya kelabu kini dihiasi dengan guratan senyummu.
Hujan yang tadinya hanya gemericik air, kini menjelma menjadi alunan orkestra yang membawa serta ingatan tentangmu.
Angin yang tadinya hanya sanggup menghadirkan rasa dingin, kini sanggup menghadiahkan wangimu padaku.
Jalan yang panjang dan terjal itu, kini menjelma menjadi jembatan harap, yang kiranya mampu menghantarkanku padamu.

Meski begitu, aku tak akan menampik pada sebuah kenyataan bahwa Tuhanlah yang paling berhak atas seutuhnya dirimu.
Suatu saat, jika Tuhan berkehendak menitipkanmu pada hati yang lebih layak menerima, aku tak apa!
Aku bisa bernafas lega, karna ternyata di luar sana ada yang lebih butuh sosokmu melebihi diriku.


Bukankah kita terlahir agar ada yang bisa merasa bahagia?
Mungkin tugasmu adalah membahagiakannya, sebagai balasan dari Tuhan, atas segala kebaikan yang ia perbuat sampai-sampai dititipkan manusia sepertimu.
Bukankah begitu cara mencinta?
Kita harus sadar, bahwa ketika kita berani mencinta, kita harus berani menanggung resiko.
Mencinta sudah sepaket dengan rasa kecewa dan kehilangan yang dicinta.
Karna sejatinya, yang kita cinta bukanlah hak milik kita, melainkan hak milik dari sang Maha Cinta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun