Mohon tunggu...
HIJRASIL
HIJRASIL Mohon Tunggu... Administrasi - pemula

menjadi manusia seutuhnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat Buat Pak Lurah

20 Agustus 2019   20:10 Diperbarui: 20 Agustus 2019   20:21 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siang itu matahari begitu terik sampai semua orang sekampung ngeluh ke matahari, ada mengatakan kalau "matahari sepertinya ada dua", lain berkata "sepertinya dunia mau kiamat". Tiba-tiba siang itu sekampung bertambah panas mendengar pak lurah di ancam orang lain lewat sepucuk surat.

Semua orang mulai dari tukang ojeg, pedagang, sampai tukang semir sepatu berhenti beraktivitas  sampai para konsumen pun jadi marah dan ikut-ikutan mengutuk si pengirim surat. 

Setelah di cari tahu asal-muasal pengirim surat, di dapati kalau surat itu berasal dari orang gila yang kerjanya suka berjalan mengelilingi kampung.

Cara jalannya berbeda dengan orang pada umumnya, dia selalu menatap ke bawah bila berjalan, sesekali dia sering berhenti di persimpangan terus berbalik dan menatap jalan yang telah di lewatinya tadi. Orang-oranh menyebutnya "gila jalan" sebenarnya dia bukan orang gila, dia seorang sarjana yang baru pulang dari ibu kota.

Ceritanya diawali saat pulang kampung, Karena tidak kunjung dapat pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya suatu pagi dia keluar dari rumah dan sampai sore baru masuk ke rumah. 

Saat pertama kali orang melihatnya berjalan mereka tidak lagi mengenalnya, sampai di suatu hari baru semuanya tau kalau itu anaknya pak Tuka seorang pedagang sayur.

Matanya selalu menatap ke setiap sisi jalan, dia berhenti bila ditemuinya lubang di tengah jalan. Dia selalu menghitung seraya tangannya diangkat dan menunjuk kearah jalanan berlubang.

Melihat tingkah laku yang hampir dilakukannya setiap hari, orang-orang kampung pun menganggap dia sudah tidak waras. Dari orang dewasa sampai anak kecil pun ikut-ikutan menyebut dirinya gila. Bila dia berjalan di belakangnya mengekor anak-anak sambil teriak-teriak "orang gila".

Sampai di suatu hari orang-orang yang selalu senyum seraya menggeleng-geleng kepala melihat tingkahnya itu. Akhirnya jadi marah dan berusaha menghentikan tingkah laku yang sering menghitung jalan berlubang.

Itu dilakukan karena aktivitas menghitung jalan berlubang di seluruh jalan kampung telah membuat pak lurah yang selama ini menjadi kebanggaan warga satu kampung menjadi geram dan merasa terancam dengan tingkah lakunya.

Sebelumnya warga menganggap tingkah orang gila itu seperti orang gila pada umumnya, tidak peduli apa dilakukaknnya. Sampai suatu pagi datang selembar surat bernada menghimbau kepada pak lurah, tapi di pikiran pak lurah surat himbuan itu jadi ancaman untuk posisinya. Karena selama ini tidak ada seorang warga pun melakukan cara seperti ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun