Mohon tunggu...
HIJRASIL
HIJRASIL Mohon Tunggu... Administrasi - pemula

menjadi manusia seutuhnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bagai Anak Burung dalam Sangkar

3 April 2019   01:31 Diperbarui: 3 April 2019   01:35 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiga hari lagi hasil ujian nasional akan diumumkan, seperti anak-anak lain yang ingin melanjutkan bersekolah di perguruan tinggi saat itu selalu dinanti kedatangannya.

Harapan bagi setiap orang tua di kampung untuk anak-anaknya beroleh pendidikan ialah keistimewaan tak berujung, harus disyukuri setiap orang di desa.

"sandi kelak kuliahmu dimana" ujar Rino dengan nafas masih tersengal-sengal saat duduk.

"daan tau juga kuliahnya dimana kelak" sahut sandi seraya pandangan dilempar jauh menyusuri anak sungai yang melintas di depan rumah.

Rino menjadi salah satu anak di kampung yang cukup beruntung, orang tuanya memiliki tanah cukup luas dengan sawah berhektar-hetar. Selain itu orang tuanya  ingin anaknya beroleh pendidikan di tanah jawa membuat Rino ketiban nasib untung padanya.

"rencananya ayah ingin aku be kuliah di jawa!" tanpa di tanya sandi yang masih memandang ke arah sungai Rino menceritakan nasib baiknya itu.

"pilih masuk fakultas apa kelak engkau kuliah?" balas sandi dengan suara pelan.

"masuk fakultas pertanian! biar aku bisa mengembangkan pertanian di kampung" sahut Rino.

''engkau bagaimana! Mau masuk di fakultas apa kelak?" Rino terus bertanya tanpa belum sadar dengan tingkah laku Sandi yang sudah dari tadi duduk termenung di sampingnya.

Berbeda dengan Rino yang beroleh untung dari orang tunya. Nasib untung sandi bagai anak burung dalam sangkar induk, terkurung dalam ego seorang perempuan yang sudah melahirkannya.

Seperti anak burung kelak nanti tentu akan terbang bebas, melatih kedua sayapnya agar kelak menjadi burung yang kuat terbang jauh melalang buana ke tempat baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun