Mohon tunggu...
HIJRASIL
HIJRASIL Mohon Tunggu... Administrasi - pemula

menjadi manusia seutuhnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menanam di Balik Kabut

12 November 2018   14:10 Diperbarui: 12 November 2018   14:28 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah dua jam Sarif menunggu pisawat di terminal B untuk di terbangkan ke Pontianak, namun sampai pukul sepuluh penumpang yang mau ke pontianak urung  di persilahkan naik ke pisawat. 

Bangku dari buatan besi pun tak mampu menahan rasa gelisah Sarif saat duduk , untuk segera sampai di pulau seribu air.
Asap rokok orang di sebelah sarif membumbung di udara, dia juga akan ke pontianak.
"bang mau ke pontianak juga" sapa sarif untuk menghilangkan kejenuhan duduk sendiri.
"iya, mas juga mau ke pontianak" Sahut orang di sebelah sarif seraya mengeluarkan asap rokok di balik lubang hidung.
 "iya bang" sambil mengangguk kepalanya kemudian sarif mencoba mendapat informasi dari orang di sebelahnya.
"bandara supadio sudah bisa di masukin pisawat ya bang".
"dari hari senin kemarin pisawatnya sudah bisa masuk" sahut orang itu dengan logat melayu yang masih kental.

Sudah sebulan pontianak di selimuti kabut asap akibat musim kemarau di tambah pembakaran lahan di beberapa kabuten. Berbagai media di penuhi dengan berita kabut asap yang terjadi di dua pulau besar  sumatera dan kalimantan.

Semua media mengabarkan kalau pembakaran itu di lakukan oleh berbagai oknum perusahaan sawit memanfaatkan musim kemarau.

Sebenarnya sarif ingin balik sekitar dua minggu lalu setelah mengambil cuti bekerja di sebuah LSM lingkungan, tetapi karena potianak di selimuti kabut asap dan pisawat tidak dapat masuk sarif mengurungkan niatnya untuk ke pontianak.

Dari balik jendela pisawat kabut tebal menyelimuti. sarif dan mungkin seluruh penumpang di dalam pisawat, merasah gelisah seperti sarif. Semua serba gelap, pikiran sarif pun di bawa melayang ke dalam gelap udara di luar pisawat.

"kalau-kalau pisawat akan jatuh atau menabrak gunung, tiba-tiba dia menimpal tidak mungkin pisawat akan menabrak gunung karena di sini tidak ada gunung, aku sudah siap".

Riko sahabat sarif di LSM telah menunggu sarif di pintu kedatangan, sambil berdiri dengan kedua tangan di lipat di dada, dia seperti tak sabar segera membawa sarif masuk ke dalam hutan. 

Dari kejauhan di balik pintu kaca yang transparan  sarif melihat Riko melambai-lambai tangan ke udara.

"untung kamu cepat kembali" ujar Riko sambil mengemudi motornya.

"ada apa rik" sahut sarif seraya melihat di sekeliling daerah kubu raya yang masih di selemuti asap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun