Mohon tunggu...
Higienis Indonesia
Higienis Indonesia Mohon Tunggu... Editor - Spesialis solusi kesehatan udara

Sejak 2004, Higienis Indonesia dikenal sebagai spesialis di bidang solusi kesehatan dan higienis yang berkualitas. Kami berkomitmen untuk membantu Anda yang ingin memiliki lingkungan lebih bersih, lebih sehat, lebih hijau, dan lebih nyaman, serta bagi Anda yang memiliki kondisi kesehatan tertentu seperti asma dan alergi, dengan menyediakan produk-produk penting seperti pembersih udara, penyerap lembap udara, pelembap udara, pewangi ruangan, dan pembersih uap. Kami juga menyediakan perangkat keamanan untuk melindungi lingkungan tempat Anda tinggal, yaitu kamera sekuriti.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Udara Bersih dan Sehat Saat Berkendara Selama Masa Pandemi

27 Agustus 2020   10:34 Diperbarui: 27 Agustus 2020   10:57 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kembali meningkatnya volume kendaraan lalu lintas Jakarta menyebabkan kemacetan lalu lintas dan tingkat polusi udara naik.

Udara di dalam kabin kendaraan ternyata lebih kotor 15 kali dari indoor, hal ini menampik anggapan, mengendarai kendaraan pribadi lebih sehat karena tertutup dan ber-AC.

Paparan polusi udara selama berkendara tidak bisa dihindari sehingga perlu menjaga kebersihan dan meningkatkan kualitas udara di dalam kabin selama berkendara, terutama saat melintas di ruas jalan yang sering macet dan persimpangan lampu merah.

Kemacetan di Ibukota kembali terjadi. Kepulan asap knalpot bisa terlihat di ruas jalanan yang kembali terkena macet. Seiring dengan berlanjutnya pandemi, terutama setelah PSBB memasuki masa transisi, banyak orang mulai beraktifitas kembali dan memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi dibanding transportasi umum demi alasan kesehatan dan keamanan.

Meningkatnya kembali kegiatan industri, lalu lintas dan sebagainya tentunya berdampak buruk bagi kualitas udara di kota-kota besar seperti di Jakarta. 

Dalam waktu singkat, indeks kualitas udara yang dimonitor di beberapa lokasi dan dapat dilihat dari situs dan/atau aplikasi seperti Air View by Blueair kembali menunjukkan peningkatan ke level yang sama seperti sebelum masa pandemi. 

Contohnya, berdasarkan sensor berlokasi di Jalan M.H. Thamrin, Indeks Kualitas Udara (Air Quality Index atau disingkat AQI) mencatat nilai 112 yang mengindikasikan udara sedikit tidak sehat.

Di masa pandemi ini, polusi udara bisa meningkatkan risiko kematian pada orang yang terinfeksi virus. Studi menemukan, setiap kenaikan 1 mikrogram PM2,5 di udara bisa meningkatkan kematian sebanyak 15%.

Di kota-kota besar seperti di Jakarta, 80% polusi udara berasal dari emisi kendaraan bermotor, sisanya berasal dari kegiatan industri, seperti cerobong asap pabrik. Polusi udara bisa meningkat seiring meningkatnya volume kendaraan dan menimbulkan kemacetan di jalan, sehingga asap knalpot terakumulasi. Polusi udara juga bisa terjadi karena pemberhentian kendaraan di persimpangan lampu merah. Penelitian menemukan penumpang/pengemudi terpapar 25% partikel berbahaya di udara pada saat pemberhentian di persimpangan lampu merah.

Polutan partikel berupa debu halus/partikel mikroskopik (PM2,5) dari asap knalpot, atau bisa juga berasal dari ban dan rem kendaraan, terhirup dan mengendap di paru-paru dan lebih berbahayanya ikut masuk ke dalam sistem peredaran darah. Polutan tidak kasat mata ini sangat berbahaya dan mendapat julukan pembunuh senyap (silent killer), karena bisa memicu berbagai macam penyakit yang bisa mematikan, seperti gangguan saluran pernapasan, jantung, stroke, kanker dan penyakit paru kronis.

Tidak hanya memicu penyakit yang mematikan, PM2,5 juga bisa mengganggu kesehatan walau terpapar sebentar, gejala yang timbul seperti iritasi pada mata, bersin-bersin, sesak napas, kehilangan konsentrasi dan sakit kepala. Untuk orang-orang yang memiliki riwayat alergi atau yang rentan seperti bayi, lansia maupun ibu hamil, masalah udara berpolusi tentunya tidak bisa dianggap sepele karena bisa berakibat fatal tehadap kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun