Mohon tunggu...
Tatang  Hidayat
Tatang Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - Pegiat Student Rihlah Indonesia

Tatang Hidayat, bergiat di Student Rihlah Indonesia. Ia mulai menulis sejak SD, ketika masa SMK ia diamanahi menjadi pimpinan redaksi buletin yang ada di sekolahnya. Sejak masuk kuliah, ia mulai serius mendalami dunia tulis menulis. Beberapa tulisannya di muat diberbagai jurnal terakreditasi dan terindeks internasional, buku, media cetak maupun online. Ia telah menerbitkan buku solo, buku antologi dan bertindak sebagai editor buku dan Handling Editor Islamic Research: The International Journal of Islamic Civilization Studies. Selain menulis, ia aktif melakukan jelajah heritage ke daerah-daerah di Indonesia, saat ini ia telah mengunjungi sekurang-kurangnya 120 kab/kota di Indonesia. Di sisi lain, ia pun telah melakukan jelajah heritage ke Singapura, Malaysia dan Thailand. Penulis bisa di hubungi melalui E-mail tatangmushabhidayat31@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Hari Pertama di Lombok NTB: Mengenal Asal Muasal Pulau Seribu Masjid dan Makanan Khasnya

24 Juli 2021   10:12 Diperbarui: 24 Juli 2021   10:52 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Hubbul Wathan Islamic Centre (Dokumentasi Pribadi)

Hari Pertama di Lombok NTB : Mengenal Asal Muasal Pulau Seribu Masjid dan Makanan Khasnya

Oleh : Tatang Hidayat (Pegiat Student Rihlah Indonesia)

Kamis (27/6/2019) saat sedang berada di Masjid Kemayoran Surabaya, saya menghayati dalam-dalam dan mencoba untuk kembali ke masa lalu tentang berbagai kejadian di masjid ini, tidak terasa dalam lamunan kala itu diri saya seolah sedang menggembung khayali diajak menembus ruang dan waktu. Terasa nyaman hati ini, entah lah ada suasana sejuta rasa bahagia,sedih, haru dan kecewa yang tidak bisa diceritakan ketika saya melakukan napak tilas ke berbagai tempat yang memiliki nilai-nilai sejarah perjuangan tokoh-tokoh yang saya cintai, begitulah cinta akan memberikan nilai terhadap tempat yang sederhana bahkan kadang tak dilirik orang menjadi bermakna dan istimewa. Saat sedang menghayati suasana di dalam masjid, tak terasa matahari mulai semakin tergelincir dan tandanya saya harus segera berangkat ke pelabuhan Tanjung Perak karena jadwal kapal yang menuju Lombok akan segera tiba pukul 14.00 WIB.

Dari Masjid Kemayoran Surabaya, saya segera berangkat ke pelabuhan, tibanya di pelabuhan sudah banyak orang yang berlalu lalang sama akan melakukan penyebrangan juga, ketika itu saya segera menuju pembelian tiket tujuan Lombok. Teman-teman bisa membeli tiket dengan harga Rp.72.000 dan bisa juga lengkap dengan makannya selama 2 kali seharga Rp 30.000. Oh  ia sebelum berangkat teman-teman mesti cek terlebih dahulu jadwal keberangkatannya ya, khawatir ketika sampai ke pelabuhan tidak sesuai jadwal. Adapun persyaratan membeli tiket kapal laut cukup dengan memperlihatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Setelah selesai mengurus pembelian tiket, saya segera menuju pintu keberangkatan dan menunggu kapal berlabuh di pelabuhan.

Waktu menunjukkan pukul 14.00 WIB yang mana merupakan jadwal keberangkatan, ternyata kapal belum kunjung tiba, ada keterlambatan kedatangan sehingga saya harus sabar menunggu untuk beberapa jam. Ada kekecewaan ketika saya harus menunggu lama, berdesak-desakan dengan penumpang lain apalagi dengan fasilitas pelabuhan yang kurang memuaskan ditambah cuaca panas, lengkap sudah melatih kesabaran.

Setelah menunggu sekian lama, kapal segera datang ke dermaga dan melakukan bongkaran dan memerlukan waktu kurang lebih 1 jam, baru setelah itu saya bisa menaikinya. Namun harapan saya untuk bisa rebahan dan duduk nyaman di kapal tak sesuai kenyataan, ternyata naik kapal laut harus rebutan tempat duduk, jika kita telat sedikit dapat dipastikan kita tidak akan dapat tempat duduk di ruang utama, meskipun kita sudah membeli tiket, tak jarang lorong-lorong kapal dijadikan tempat duduk oleh para penumpang. 

Entahlah apakah kapal yang saya naiki yakni KMP Legundi kelebihan muatan sehingga tidak sesuai dengan kapasitas atau memang kejadian seperti ini merupakan hal yang biasa. Bapak-bapak, ibu-ibu, orang dewasa, remaja dan anak-anak yang tidak kebagian tempat utama semuanya mengampar di mana saja yang penting bisa ditempati, apakah memang seperti ini wajah transportasi laut Indonesia ?

Saat itu kapal mengalami keterlambatan untuk berlabuh di dermaga, yang seharusnya pukul 14.00 WIB sudah berangkat, namun kapal baru berlabuh pukul 16.00 WIB. Setelah saya cek jam di HP, ternyata pukul 17.00 WIB kapal itu baru meninggalkan pelabuhan. Tak lama setelah kapal itu berjalan, ketika mata saya tertuju ke ufuk barat lisan ini tidak hentinya untuk memuji Sang Pencipta, ya siapa lagi yang tidak bersyukur bisa melihat keindahan dan menikmati kesyahduan hadirnya si merah jingga di ufuk barat, kalau cuaca bagus, matahari seperti membakar langit, lambat laun menjadi siluet, dan meninggalkan warna emas, kuning dan biru kuat. siapa lagi kalau bukan lembayung senja itu menemani perjalanan saya meninggalkan pulau Jawa untuk menyebrangi lautan ibu pertiwi.

Tanjung Perak merupakan salah satu pintu gerbang Indonesia, yang berfungsi sebagai kolektor dan distributor barang dari dan ke Kawasan Timur Indonesia, termasuk propinsi Jawa Timur. Karena letaknya yang strategis dan didukung oleh hinterland yang potensial maka pelabuhan Tanjung Perak juga merupakan Pusat Pelayaran Interinsulair Kawasan Timur Indonesia. Dahulu kapal-kapal samudera membongkar dan memuat barang-barangnya di selat Madura untuk kemudian dengan tongkang dan perahu- perahu dibawa ke Jembatan Merah (pelabuhan pertama waktu itu). yang berada di jantung kota Surabaya melalui sungai Kalimas (jawatimuran.disperpusip.jatimprov.go.id, 30/5/2013).

Karena perkembangan lalu lintas perdagangan dan peningkatan arus barang serta bertambahnya arus transportasi maka fasilitas dermaga di Jembatan Merah itu akhirnya tidak mencukupi. Kemudian pada tahun 1875 Ir.W.de Jongth menyusun rencana pembangunan Pelabuhan Tanjung Perak agar dapat memberikan pelayanan kepada kapal-kapal samudera membongkar dan memuat secara langsung tanpa melalui tongkang- tongkang dan perahu-perahu. Akan tetapi rencana ini kemudian ditolak karena biayanya sangat tinggi (jawatimuran.disperpusip.jatimprov.go.id, 30/5/2013).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun