Mohon tunggu...
Tatang  Hidayat
Tatang Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - Pegiat Student Rihlah Indonesia

Tatang Hidayat, bergiat di Student Rihlah Indonesia. Ia mulai menulis sejak SD, ketika masa SMK ia diamanahi menjadi pimpinan redaksi buletin yang ada di sekolahnya. Sejak masuk kuliah, ia mulai serius mendalami dunia tulis menulis. Beberapa tulisannya di muat diberbagai jurnal terakreditasi dan terindeks internasional, buku, media cetak maupun online. Ia telah menerbitkan buku solo, buku antologi dan bertindak sebagai editor buku dan Handling Editor Islamic Research: The International Journal of Islamic Civilization Studies. Selain menulis, ia aktif melakukan jelajah heritage ke daerah-daerah di Indonesia, saat ini ia telah mengunjungi sekurang-kurangnya 120 kab/kota di Indonesia. Di sisi lain, ia pun telah melakukan jelajah heritage ke Singapura, Malaysia dan Thailand. Penulis bisa di hubungi melalui E-mail tatangmushabhidayat31@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hutang Sejarah dan Hutang Budi Indonesia Kepada Palestina

15 Mei 2021   22:15 Diperbarui: 15 Mei 2021   22:20 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Mufti Besar Palestina M. Amin Husaini (bersorban) dan Muhammad Ali Taher, pemimpin Palestina (di kirinya). Sumber Gambar : news.okezone.com 

Setelah napak tilas di Masjid Agung Demak dan Komplek Makam Raden Fatah serta Komplek Makam Sunan Kalijaga, atas dasar cinta, ta'zhim dan penasaran siang terik kala itu saya melanjutkan perjalanan ke arah timur Kota Demak. Atas izin Allah Subhanahu Wa Ta'ala, siang itu saya diberikan kesempatan yang mulia dan berharga bisa napak tilas di kota Kudus serta berziarah ke makam sang Qadhi dan Panglima Perang Kesultanan Demak yakni Sunan Kudus.

Selanjutnya saya melakukan shalat di Masjid Al-Aqsha Manarat Qudus yang dibangun oleh Sunan Kudus, shalat di Masjid Al-Aqsha Manarat Qudus setidaknya bisa sedikit mengobati kerinduan saya yang belum bisa bersujud di Masjid Al-Aqsha Baitul Maqdis.

Berolah-alih dengan suasana komplek makam Sayyid Ja'far Shadiq (Sunan Kudus) dan Masjid Al-Aqsha Manarat Qudus dengan melibatkan perasaan seolah saya dibawa menembus ruang dan waktu layaknya sedang berolah-alih di Masjid Al-Aqsha Baitul Maqdis, Palestina. Dengan napak tilas, kerinduan dan kecintaan saya yang belum bisa bersujud di Masjid Al-Aqsha, Baitul Maqdis setidaknya sedikit terobati.

Hadirnya Sunan Kudus di tanah Jawa, Nusantara yang sekarang bernama Indonesia adalah bukti cinta dan hubungan mesra antara Indonesia dan Palestina yang sudah terbangun jauh hari, bahkan sebelum Indonesia lahir.

Masjid Al-Aqsha Manarat Qudus adalah monumen kerinduan tentang Masjid Al-Aqsha Baitul Maqdis. Menara Kudus adalah monumen persaudaraan Indonesia dan Palestina. Kota Kudus adalah monumen hubungan mesra Indonesia dan Palestina. Oleh karena itu, bangsa Indonesia memiliki hutang sejarah dan hutang budi kepada Palestina. Hutang sejarah dan hutang budi ini harus dibayar sampai anak cucu kita kelak selama penjajah zionisme Israel masih merampas bumi Palestina.

Saat ini Palestina sedang merana dan dinista bagaikan anak ayam yang tidak memiliki induknya, sangat ironis jika kita umat Islam Indonesia membiarkan tanah Palestina dirampas oleh Zionisme Israel dan bangsa Palestina dihinakan oleh Zionisme Israel. Sangat ironis jika ada Muslim membiarkan Muslim yang lain dalam kondisi tertindas, terlebih lagi dia penguasa yang memiliki kemampuan untuk menolong saudaranya. Dan yang lebih sangat ironis, bila ada penguasa Muslim bersekutu dengan para penindas saudaranya.

Palestina adalah persoalan kita bersama. Masalah utama mereka adalah penjajahan. Bukan kelaparan, kemiskinan atau kesehatan. Maka, masalah ini akan selesai manakalah penjajah diusir dari wilayah tersebut. Ini adalah akar masalahnya. Selama Zionisme Israel ada, Palestina akan terus terhina.

Tapi, tanpa negara yang melindungi Palestina khususnya dan umat Islam pada umumnya, sanggupkan tanah suci kaum muslim dibebaskan ? Tidak.

Negara harus dilawan dengan negara. Tak boleh ada kompromi. Dan itu hanya bisa dilakukan oleh negara yang menerapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Karena itu, inilah urgensi kaum muslim bersatu dan mengangkat pemimpin sejati sebagai junnah (pelindung) umat Islam sebagaimana dulu zaman Khulafaur Rasyidin, mengikuti manhaj kenabian.

Kita perlu terus mendorong para penguasa muslim, karena mereka memiliki kekuatan nyata, untuk menolong Palestina. Mengusir zionisme Israel dari bumi Palestina. Jika mereka punya tentara, kirim tentara kesana. Inilah wujud ukhuwah sesama muslim dan kecintaan sejati kepada Islam. Wallohu'alam bi al-Shawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun