Mohon tunggu...
Tatang  Hidayat
Tatang Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - Pegiat Student Rihlah Indonesia

Tatang Hidayat, bergiat di Student Rihlah Indonesia. Ia mulai menulis sejak SD, ketika masa SMK ia diamanahi menjadi pimpinan redaksi buletin yang ada di sekolahnya. Sejak masuk kuliah, ia mulai serius mendalami dunia tulis menulis. Beberapa tulisannya di muat diberbagai jurnal terakreditasi dan terindeks internasional, buku, media cetak maupun online. Ia telah menerbitkan buku solo, buku antologi dan bertindak sebagai editor buku dan Handling Editor Islamic Research: The International Journal of Islamic Civilization Studies. Selain menulis, ia aktif melakukan jelajah heritage ke daerah-daerah di Indonesia, saat ini ia telah mengunjungi sekurang-kurangnya 120 kab/kota di Indonesia. Di sisi lain, ia pun telah melakukan jelajah heritage ke Singapura, Malaysia dan Thailand. Penulis bisa di hubungi melalui E-mail tatangmushabhidayat31@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

KH Amin Sepuh "Pahlawan dari Cirebon": Ulama yang Dinantikan KH Hasyim Asy'ari

21 Juni 2020   11:49 Diperbarui: 10 Juni 2021   07:11 11093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KH Amin Sepuh. | laduni.id

KH Amin Sepuh "Pahlawan dari Cirebon": Ulama yang Dinantikan KH Hasyim Asy'ari Dalam Pertempuran 10 November 1945 (Surabaya)

Selama ini sejarah tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia lebih banyak diwarnai oleh narasi tentang perjuangan militer. Tokoh-tokoh pejuang yang hadir dalam sejarah nasional Indonesia, lebih banyak didominasi oleh para jenderal militer yang mengangkat senjata. Padahal, dari sekian catatan sejarah tentang perjuangan kemerdekaan, ada senarai kisah para Kyai dan santri pesantren yang dengan gigih memperjuangkan kemerdekaan.

Sebagian kisah para pejuang kemedekaan dari pesantren seolah tersingkirkan dari panggung sejarah Indonesia. Naskah sejarah yang ditulis pada masa Orde Baru, atau pasca peristiwa 1965, bahkan tidak banyak yang menghadirkan sejarah pesantren dalam arus utama perjuangan kemerdekaan bangsa ini.

Tim penulisan sejarah dari Pusat Sejarah ABRI yang dikomando oleh Nugroho Notosusanto (1930-1985) seakan menenggalamkan narasi perjuangan kaum santri dalam membela kemerdekaan. Buku serial sejarah kebangsaan, sejarah Nasional Indonesia (seri I-IV), terbitan Direktorat Sejarah dan Tata Nilai Tradisional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, di bawah komando Nugroho Notosusanto dan Marwati Djened Pusponegoro, menenggelamkan catatan perjuangan kaum santri. 

Padahal, ada banyak Kyai dan ulama yang dengan gigih menggerakkan santri, memobilisasi massa, mengangkat senjata dan terjun langsung ke medan laga (Dikutip dari sebuah tulisan karya Munawir Azis).

Dari sekian banyak Kyai tersebut adalah Kyai Amin bin Irsyad atau yang dikenal sebagai Kyai Amin Sepuh, Pengasuh Pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon. Tidak banyak yang mengenal sosok Kyai ini padahal beliau merupakan tonggak perjuangan 10 November 1945 di Surabaya, yang kemudian menjadi monumen sejarah Hari Pahlawan,

Dalam sebuah majelis KH. Abdul Mujib Ridlwan (alm) yang merpakan tokoh NU, pernah menyampaikan sebuah pertanyaan. “Kenapa perlawanan rakyat Surabaya itu terjadi 10 November 1945, kenapa tidak sehari atau dua hari sebelumnya padahal pada saat itu tentara dan rakyat sudah siap?” 

Melihat tak satupun diantara yang hadir dalam majelis itu dapat menjawab, pertanyaan itu dijawab sendiri oleh Kyai Mujib, “Jawabannya adalah saat itu belum diizinkan KH. Hasyim Asy’ary untuk memulai pertempuran. Mengapa tidak diizinkan? ternyata Kyai Hasyim Asy’ary menunggu kekasih Allah dari Cirebon yang akan datang menjaga langit Surabaya, beliau adalah KH. Abbas Abdul Jamil dari Pesantren Buntet Cirebon dan KH. Amin Sepuh dari Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon”

Baca juga: KH. Ali Jaya, Sosok Perjuangan Guru Madrasah Al-Khairiyah Citangkil dengan Bakti Sepanjang Jaman

Dari gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa KH. Amin Sepuh memiliki pengaruh dan peran yang sangat besar dalam peperangan 10 November 1945 tersebut.

Amin Sepuh lahir di Mijahan Plumbon, Cirebon pada hari Jum’at 24 Djulhijjah 1300 H atau bertepatan dengan 1879 M. Ayahnya bernama Kyai Irsyad, kalau ditarik dari silsilahnya, KH. Amin Sepuh merupakan keturunan dari Syarif Hidayatullah atau dikenal dengan Sunan Gunung Djati. Kyai Irsyad sendiri merupakan cucu dari Ki Jatira dari pihak ibu. Ki Jatira terkenal sebagai pendiri Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun