Mohon tunggu...
Tatang  Hidayat
Tatang Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - Pegiat Student Rihlah Indonesia

Tatang Hidayat, bergiat di Student Rihlah Indonesia. Ia mulai menulis sejak SD, ketika masa SMK ia diamanahi menjadi pimpinan redaksi buletin yang ada di sekolahnya. Sejak masuk kuliah, ia mulai serius mendalami dunia tulis menulis. Beberapa tulisannya di muat diberbagai jurnal terakreditasi dan terindeks internasional, buku, media cetak maupun online. Ia telah menerbitkan buku solo, buku antologi dan bertindak sebagai editor buku dan Handling Editor Islamic Research: The International Journal of Islamic Civilization Studies. Selain menulis, ia aktif melakukan jelajah heritage ke daerah-daerah di Indonesia, saat ini ia telah mengunjungi sekurang-kurangnya 120 kab/kota di Indonesia. Di sisi lain, ia pun telah melakukan jelajah heritage ke Singapura, Malaysia dan Thailand. Penulis bisa di hubungi melalui E-mail tatangmushabhidayat31@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Catatan Perjuangan Menuju Negeri Jiran Malaysia

13 April 2018   22:50 Diperbarui: 14 April 2018   00:11 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat itu pun saya merenung, seolah tidak percaya dengan kabar yang saya terima, bagaimana tidak, seolah baru kemarin saya bersama-sama beliau berjuang dalam menyelesaikan tugas akhir. Namun, kenyataan ini memang adanya, ternyata maut itu tidak melihat usia. Beliau telah berjuang melawan sakitnya selama ini.

Namun sebenarnya masih ada yang mengganjal dalam diri saya, ada sedikit pertanyaan dalam diri ini, karena saya mendapat kabar dari kawannya, bahwa pelayanan rumah sakit tempat beliau dirawat di dalamnya berbeda sebagaimana yang didapatkan oleh orang-orang yang mau membayar perawatan rumah sakit dengan biaya sendiri, bukan mengandalkan program Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS).

Dari sana saya berfikir, yaa Allah semahal inikah biaya kesehatan di negeri ini ? Apakah pelayanan maksimal itu hanya didapatkan oleh orang-orang yang memiliki kekayaan lebih ? Padahal di dalam Islam sudah jelas bahwa negara wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara gratis.

Namun mengapa saat ini pelayanan kesehatan yang baik seolah hanya didapatkan oleh orang-orang yang memiliki kekayaan lebih, cenderung diskriminasi dengan yang menggunakan program BPJS bahkan pelayanan kesehatan saat ini seolah menjadi lahan bisnis bagi para kapitalis.

Mungkin ini sudah menjadi takdir beliau untuk segera bertemu dengan Sang Pencipta, karena seseorang yang baik pasti akan dirindukan oleh Sang Pencipta. Semoga Allah SWT menempatkan kawan saya ini ditempat yang terbaik, karena saya menjadi saksi bahwa beliau merupakan orang yang shalihah dan telah berkontribusi dalam perjuangan meninggikan agama Allah ini.

Saat menjelang sore, saya meminta izin untuk keluar sebentar karena pada hari tersebut ada jadwal mengajar tahsin sebagaimana biasa, karena bagi saya mengajar adalah salah satu bentuk mencari wasilah supaya dimudahkan oleh Allah SWT. Namun, ternyata ibu saya memerintahkan saya supaya tidak ke rumah sakit lagi dan langsung pulang saja supaya bisa beristirahat.

Padahal sebenarnya saya ingin menemani beliau di rumah sakit, namun beliau tetap menyarankan saya untuk pulang dan mempersiapkan untuk keberengkatan mengikuti agenda study comparative yang waktunya sudah H -2. Akhirnya saya izin kepada ibu untuk pulang dan akan kembali di hari esok.

Setelah shalat Isya, sebagaimana biasa saya menemani guru saya (Drs. KH. Ahmad Rifa'i) pulang dari masjid, beliau adalah seorang ulama al-Qur`an yang usianya sudah sepuh, kemudian saya menyampaikan keadaan ibu sekaligus meminta do'a kepada beliau. Ternyata setelah saya sampaikan keadaan ibu, esok-nya beliau dan istrinya menjenguk ibu saya ke rumah sakit, dan mendo'akan langsung untuk kesembuhan ibu.

Manjadi kebahagiaan tersendiri bagi saya, ibu di do'akan oleh salah seorang ulama besar al-Qur`an yang ada di Kota Bandung, yang mana dalam lisan beliau selalu terucap kalimat-kalimat al-Qur`an, tasbih, tahlil, tahmid, istighfar dan beberapa kalimat thoyyibah lainnya.

Padahal meskipun dido'akan dari rumah dan tidak menjenguk langsung pun saya sudah senang. Namun, ternyata beliau datang ke rumah sakit, padahal usianya sudah tidak muda lagi, bahkan jalannya pun sudah kelihatan mengalami kesakitan dan tidak sebagaimana jalannya orang-orang pada umumnya.

Saat beliau pulang, tidak lama ternyata ibu saya dinyatakan dokter sudah bisa pulang, masya Allah ternyata memang benar bahwa do'a dari seorang guru yang ikhlas bisa menjadi wasilah kesembuhan murid-muridnya. Sejak saat itu saya dan ayah mempersiapkan untuk kepulangan ibu ke rumah, setelah mengurus administrasi semuanya, tibalah setelah shalat Ashar akhirnya ibu bisa pulang, namun saya tidak menemani sampai rumah, dikarenakan kata ibu harus segera mempersiapkan untuk keberangkatan hari besok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun