Mohon tunggu...
Hidayat Saputra Yusuf
Hidayat Saputra Yusuf Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

an introvert guy.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Self-Love dalam Bermedia Sosial

20 September 2022   12:33 Diperbarui: 20 September 2022   16:04 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama : Hidayat Saputra Yusuf

Nim : 202210230311184

Generasi muda di zaman sekarang tidak lepas dari dunia digitalisasi. Banyak orang yang menggunakan media sosial sebagai wadah untuk bisa mengekspresikan karya, menambah relasi, dan mendapatkan penghasilan. Menurut Kaplan dan Henalein (2010, dalam Safitri, dkk, 2021) menyatakan bahwa media sosial merupakan aplikasi berbasis internet yang memungkinkan pengguna untuk melakukan pembuatan dan pertukaran konten. Namun dengan bebasnya media sosial untuk berekspresi maka kritikan bagi pengguna media sosial juga berjalan seiringan. Sehingga anak muda di zaman sekarang cenderung merasa malu, insecure, dan takut untuk mengekspresikan diri maupun ide mereka di aplikasi media sosial contohnya Instagram, tiktok, dll.

 Menurut psikolog klinis Melanie Greenberg, Ph, D., penyebab seseorang merasa insecure karena mengalami kecemasan sosial karena rasa takut akan dievaluasi orang lain. Ini tentu bertolak belakang dengan resiko dari bermedia sosial. Anak muda di zaman sekarang saat ingin mengupload foto diri mereka di Instagram selalu memikirkan apa yang akan orang lain pikirkan tentang foto yang mereka upload tersebut. ini dikarenakan kebanyakan anak muda di zaman sekarang merasa harus perfeksionis mengenai apa yang mereka sajikan di media sosial mereka terutama soal fisik. Maka dari itu pentingnya mencintai kekurangan dalam diri sendiri atau yang biasa kita kenal sekarang dengan istilah self-love. Menurut psikolog Andrea Brandht Ph. D., M. F.T , self-love adalah menerima apa yang disebut   dengan   kelemahan,   menghargai   apa   yang   disebut   kekurangan   karena   hal   ini menunjukkan  sebagai  sesuatu  yang  membuat  kita  menjadi  diri  sendiri,  dan  memiliki  belas kasih terhadap diri kita sendiri. (Nila zaimatus septiana & Jesi darina, 2021)

Berikut cara yang bisa dilakukan untuk bisa mengembangkan self-love pada diri kita

  • Berdamai dengan diri sendiri

Di masa remaja biasanya akan muncul pikiran-pikiran membandingkan diri kita dengan orang lain. misalnya "kok dia cantik, kurus, langsing tapi aku tidak" hal ini hanya akan menghambat dan membuat kita down terhadap kepercayaan diri kita. kita harus bisa mengubah cara berpikir dan bisa berdamai dengan diri sendiri.

  • Mencintai apa yang menjadi kekurangan kita

Harus diingat bahwa tidak ada manusia yang sempurna, kita diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dari pada sibuk memikirkan kekurangan kita kenapa tidak menerima dan mencintainya. Pun ketika kita ingin berusaha merawat tubuh kita itu merupakan bentuk cinta kita kepada diri sendiri karena ingin merawatnya.

  • Memilih lingkungan yang suportif

Sebagian besar perilaku dan mindset seseorang terbentuk dari circlenya. Saat kita memilih untuk berteman dan berada di circle yang toxic yang bisanya membicarakan keburukan orang lain dan meng-underestimate orang maka secara tidak sadar kita akan ikut-ikutan  terbawa dengan apa yang menjadi kebiasaan circle tersebut dan mungkin suatu saat kita yang akan di bicarakan sehingga membuat mental kita lebih down.  Namun sebaliknya saat kita berteman dengan circle yang suportif, yang selalu ada saat kita lagi down atau insecure maka yang terjadi adalah teman-teman anda akan memberikan nasihat atau dukungan tentang hal-hal positif mengenai mencintai diri sendiri.

  • Tidak memikirkan apa kata orang lain

Hidup terlalu singkat untuk kita terlalu memikirkan apa kata orang lain, terkadang ada beberapa orang yang memang murni memberikan saran ataupun pendapat untuk perkembangan kita kedepannya namun tidak sedikit orang yang memberikan kritikan kepada kita dengan maksud untuk menjatuhkan dan membuat kita down sehingga hal ini hanya akan menghambat pertumbuhan kita.

Jadi, kuncinya ada pada diri kita sendiri. Kita yang memiliki kendali atas diri kita sendiri, lingkungan seperti apa yang baik untuk Kesehatan mental kita, mindset seperti apa yang harus kita tanamkan pada diri kita untuk lebih bisa berdamai dengan diri kita khususnya tentang kekurangan kita. Kamu hidup di dunia ini hanya untuk menjadi kamu bukan imitasi dari orang lain, maka kamu harus bisa mencintai  dirimu lebih dari apapaun.

Daftar Pustaka

Nila Zaimatus Septiana & Jesi Darina. (2021). Pembangun self love pada remaja pengguna instagram ditinjau dari perspektif dramaturgi. diakses dari http://e-jurnal.stkippgrisumenep.ac.id/index.php/SHINE/article/view/181/127

Yessi Febrianti & Kusnul Fitria. (2022). Pemaknaan dan sikap perilaku body shaming di media sosial (sebuah studi entografi digital di Instagram). Diakses dari https://www.researchgate.net/profile/Kusnul-Fitria/publication/346165741_THE_INTERPRETATION_AND_ATTITUDE_OF_BODY_SHAMING_BEHAVIOR_ON_SOCIAL_MEDIA_A_DIGITAL_ETHNOGRAPHY_STUDY_ON_INSTAGRAM/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun