Mohon tunggu...
Achmad Nur Hidayat
Achmad Nur Hidayat Mohon Tunggu... Konsultan - Pakar Kebijakan Publik

Achmad Nur Hidayat (Born in Jakarta) previously earned Master Public Policy on Economic Policies from Lee Kuan Yew School of Public Policy National University of Singapore (NUS) and from Tsinghua University, Beijing China in 2009. He had an executive education from Harvard Kennedy School of Government, Boston-USA in 2012. He is currently assisting and providing recommendation for both the Supervisory Board of Central Bank of Indonesia and Government of Indonesia in the effort to increase sustainable economic growth, maintain the financial system stability and reinvent human resources capacities in line with technological disruption. He was Chairman of Student Boards (Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia) University of Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Ini Fakta yang Coba Disembunyikan dari Tragedi Perspakbolaan BRI Liga 1 Malang Kemarin

3 Oktober 2022   16:24 Diperbarui: 3 Oktober 2022   16:50 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: CNN INDONESIA

Kembali bangsa ini harus dirundung duka tanpa henti, setelah kenaikan harga-harga yang menghimpit kehidupan rakyat kecil, kini harus menghadapi sebuah peristiwa duka mendalam, rakyat menjadi korban dalam sebuah ajang sepak bola yang semestinya menjadi healing time bagi para pecinta bola.

Kejadian ini menjadi sejarah kelam bagi persepakbolaan di Indonesia. Tentunya hal ini akan berpengaruh terhadap reputasi Indonesia dimata internasional.

Ada beberapa fakta yang harus ditelusuri untuk memperjelas siapa yang seharusnya bertanggungjawab.

Fakta yang pertama adalah kelebihan penonton dibandingkan dengan kapasitas stadion. Hal ini tentunya terkait kepanitian yang menentukan jumlah penonton. Hal ini tentu harus dipertanyakan kepada panitia penyelenggara karena mereka harus bertanggungjawab.

Fakta Kedua bahwa waktu pelaksanaan sudah diminta oleh kepolisian untuk dimajukan menjadi sore hari tetapi  usulan tersebut tidak diindahkn oleh PT Liga Indonesia Baru. Ini juga menjadi catatan bahwa PT Liga Indonesia Baru

Fakta Ketiga bahwa kepolisian lebih menggunakan gas air mata yang lebih beresiko ketimbang penggunaan water canon. Pertimbangan ini sepertinya tidak menjadi pertimbangan kepolisian.

Fakta yang Keempat adalah Jika dilihat dari reaksi penonton yang berusaha keluar berdesak-desakkan sehingga terinjak-injak dan terhimpit tentunya ada trigger yang menyebabkan mereka terburu-buru untuk keluar. Triggernya tentu adalah penembakan gas air mata ke tribun oleh petugas kepolisian. 

Penembakkan gas air mata ini oleh kepolisian dianggap sudah sesuai prosedur, akan tetapi jika sesuai prosedur kemudian menimbulkan korban jiwa seperti ini tentunya ada persoalan dalam pelaksanaan teknis prosedurnya.  Dan kepolisian dalam hal ini harus ikut bertanggungjawab.

Tapi yang jadi persoalan adalah polisi terburu-buru dan terlalu mudah terpancing melakukan ini tanpa perhitungan yang matang sehingga menimbulkan banyak korban.

Fakta yang kelima pihak Arema Mania tidak mengkalkulasi mobilisasi dari pendukung, semakin banyak pendukung hadir maka semakin besar juga peluang terjadinya situasi yang tidak bisa dikendalikan.

Fakta Keenam adalah pemukulan yang dilakukan oleh aparat baik anggota kepolisian maupun anggota TNI terhadap supporter dapat dilihat di berbagai platform media sosial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun