Mohon tunggu...
Achmad Nur Hidayat
Achmad Nur Hidayat Mohon Tunggu... Konsultan - Pakar Kebijakan Publik

Achmad Nur Hidayat (Born in Jakarta) previously earned Master Public Policy on Economic Policies from Lee Kuan Yew School of Public Policy National University of Singapore (NUS) and from Tsinghua University, Beijing China in 2009. He had an executive education from Harvard Kennedy School of Government, Boston-USA in 2012. He is currently assisting and providing recommendation for both the Supervisory Board of Central Bank of Indonesia and Government of Indonesia in the effort to increase sustainable economic growth, maintain the financial system stability and reinvent human resources capacities in line with technological disruption. He was Chairman of Student Boards (Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia) University of Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tiket Masuk Pulau Komodo Rp 3,75 Juta Menghambat Pemulihan Pariwisata dan Ekonomi Indonesia

8 Agustus 2022   13:12 Diperbarui: 8 Agustus 2022   14:52 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Travel Kompas

Kenaikan tiket TN Komodo telah menimbulkan keresahan masyarakat. Wisatawan lokal seperti sesak nafas mendengar kenaikan yang mencapai 25 kali lipat dari harga semula Rp150 ribu. 

Harga Rp. 3,7 juta untuk harga tiket masuk ke tempat wisata TN Komodo kini tidak bisa dijangkau warga menengah ke bawah. Harga tersebut merupakan harga yang terlalu fantastis. Berwisata di TN Komodo bagi masyarakat kelas bawah menjadi sebuah fantasi belaka? Sebuah diskriminasi tiada tara.

Tentunya sangat wajar jika banyak wisatawan yang mengurungkan niat untuk berwisata ke tempat ini hingga membatalkan niatnya yang berakibat para pelaku usaha tour and travel menjadi kelimpungan.

Kondisi ini menyebabkan pemulihan pariwisata Indonesia setelah dihajar pandemi akan terhambat dan akhirnya pemulihan ekonomi semakin jalan ditempat.

Setelah polemik kenaikan harga tiket masuk ke Candi Borobudur memicu reaksi protes dari masyarakat seolah-olah pemerintah tidak mengambil pelajaran sehingga hal serupa diterapkan di TN Komodo dengan rentang kenaikan yang dianggap sangat berlebihan. Keduanya sama-sama beralasan untuk konservasi.

Tentunya hal ini berakibat kurangnya pengunjung ke TN Komodo yang berakibat menurunnya pendapatan bagi masyarakat yang membuka usaha di sekitarnya. Multiplayer efek bagi perekonomian masyarakat yang semestinya ditingkatkan malah mengalami kemerosotan.
Demo Kenapa Ditangkap?

Wajar jika pelaku wisata melakukan demo karena banyak perut yang menjadi korban akibat kebijakan ini. Ketenangannya terusik. Lagi-lagi masyarakat yang disalahkan mengenai alasan konservasi ini. 

Dan sungguh sangat memprihatinkan, masyarakat pelaku wisata yang mencoba memperjuangkan hidupnya dengan aksi protes mendapat perlakuan represif dari aparat. Sudah jatuh ketiban tangga pula. Sepertinya bangsa ini sudah mulai kehilangan nurani.

Kenaikan harga tiket masuk ke TN Komodo ini harus dibatalkan. Jika tidak maka hal ini akan berdampak buruk bagi masyarakat. Kebijakan kenaikan HTM ke TN Komodi ini sangat tidak bijak, apalagi hal ini dilakukan saat daya beli masyarakat masih lemah akibat pandemi covid dan masih dalam masa pemulihan. 

Ditambah lagi dengan ancaman virus baru yaitu cacar monyet. Masyarakat kelas bawah selalu yang terkena imbas sangat berat.

Untuk konservasi alam di lokasi TN Komodi agar terjaga kelestariannya tentunya ada cara yang lebih efektif agar tanggungjawab tersebut dapat dipikul oleh masyarakat secara bersama-sama yaitu dengan memberikan edukasi kepada masyarakat, fungsikan petugas yang ada dalam mengendalikan pengunjung agar tidak merusak lingkungan, dan lain-lain, dan tentunya hal-hal tersebut harus dilaksanakan dengan konsisten dan penuh kedisiplinan.

END

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun