Mohon tunggu...
Achmad Nur Hidayat
Achmad Nur Hidayat Mohon Tunggu... Konsultan - Pakar Kebijakan Publik

Achmad Nur Hidayat (Born in Jakarta) previously earned Master Public Policy on Economic Policies from Lee Kuan Yew School of Public Policy National University of Singapore (NUS) and from Tsinghua University, Beijing China in 2009. He had an executive education from Harvard Kennedy School of Government, Boston-USA in 2012. He is currently assisting and providing recommendation for both the Supervisory Board of Central Bank of Indonesia and Government of Indonesia in the effort to increase sustainable economic growth, maintain the financial system stability and reinvent human resources capacities in line with technological disruption. He was Chairman of Student Boards (Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia) University of Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

China Melawan AS Setelah Provokasi Nancy Pelosi Ke Taiwan, Dunia Makin Kacau Butuh Tatanan Dunia Baru

6 Agustus 2022   17:14 Diperbarui: 6 Agustus 2022   21:18 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rudal Hypershonik China DF-15 Sumber: Kompas.com

Dampak dari kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan, China menyatakan menghentikan semua pembicaraan terkait perubahan iklim.

Ternyata bukan itu saja ada 7 langkah lain yang diambil China terkait protes kedatangan Nancy Pelosi ke Taiwan.

China menilai delegasi Pelosi dan AS telah menganggu kedaulatan China.

Harga yang harus dibayar AS sangat mahal diantaranya China Membatalkan kerja sama Komandan Teater; Membatalkan Pembicaraan Koordinasi Kebijakan Pertahanan (DPCT); Membatalkan Pertemuan Perjanjian Konsultatif Maritim Militer (MMCA); Menangguhkan kerja sama repatriasi imigran gelap; Menangguhkan kerja sama bantuan hukum dalam masalah pidana; Menangguhkan  kerja sama melawan kejahatan transnasional; Menangguhkan kerja sama antinarkoba.

Penagguhan pembicaraan tentang perubahan iklim merupakan kerugian besar bagi AS. Karena AS mengharapkan China mengurani emisi carbonnya.

Sumber: BBC, Global Carbon Project 2021
Sumber: BBC, Global Carbon Project 2021
Emisi karbon China sangatlah besar dan terus bertambah, menyebabkan emisi dari negara-negara lain seperti mengecil.

Emisi per orang China sekitar setengah dari AS, tetapi 1,4 miliar penduduknya yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang eksplosif telah mendorongnya jauh di depan negara lain dalam emisi keseluruhannya.

Berdasarkan data dari Global Carbon Project 2021, China memiliki emisi karbon nasional sebesar 2,912 juta ton per tahun. Sementara AS hanya 1,286 juta ton karbon per tahun. Indonesia sekitar 161 juta ton karbon pertahun. Melihat porsi emisi China dan AS tersebut, jelas keduanya merupakan negara terbesar menghasil karbon.

Besarnya emisi karbon tersebut menjadi isu hangat di world economic forum 2022 kemarin.

Presiden China Xi Jinping mengatakan negaranya akan menargetkan emisinya mencapai titik tertinggi sebelum 2030 dan netralitas karbon dicapai pada 2060.

Namun komitmen tersebut akan ditangguhkan. Dengan begitu tidak hanya AS yang rugi namun seluruh populasi manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun