Mohon tunggu...
Hidayat Harsudi
Hidayat Harsudi Mohon Tunggu... Akuntan - The Accountant

Tinggal di Kota Makassar - Auditor, Pemain Musik, dan Penikmat Film

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bakat Melupakan Bencana

23 Januari 2019   16:08 Diperbarui: 23 Januari 2019   16:15 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi:Imagenesmy.com

Takdir hidup di daerah tropis sekitar katulistiwa membuat kita hanya mengalami dua musim. Musim kemarau yang panas dan  musim hujan yang dingin. Kita punya dua jenis pakaian, pakaian yang tipis di  musim kemarau dan pakaian cukup tebal di musim hujan. Payung dan jas hujan adalah teman kita. Kadang-kadang kita lupa membawa salah satunya sehingga harus basah kuyup.

Pergantian musim seringkali menyakitkan. Tubuh kita harus beradaptasi dengan cepat. Tetapi kita selalu berhasil melewatinya meski dengan flu ringan. Kemarau yang panjang membuat bibir pecah. Hujan sepanjang hari menyulitkan kita menjemur pakaian. Banjir kadang datang dan menghanyutkan rumah tetangga kita, tapi berkat media sosial  bantuan berdatangan dari mana-mana.

Bencana membuat kita takut. Takut kehilangan nyawa, takut kehilangan harta benda, dan takut kehilangan orang tercinta. Kita berdoa untuk terhindar dari bencana itu. Terkadang kita marah kepada banyak orang. Kita menghujat orang yang melakukan hal yang menurut kita penyebab bencana itu. kita memaki orang berdosa dan menuduh mereka sebagai penyebabnya. Beberapa dari kita bahkan melakukan kekerasan untuk mencegah bencana datang, namun itu tidak berhasil.

Meski telah ada penjelasan ilmiah, kita lebih memilih penjelasan yang lebih mudah. Kita takut, tapi kita juga malas berpikir. Cerita bencana alam dan sebabnya yang dikisahkan di dalam kitab suci adalah penjelasan  yang kita sukai. Kita terbiasa menceritakan ulang kepada anak kita meski kita sendiri kurang terlalu yakin. Setidaknya dengan cerita itu, kita berhasil bertahan meski ada beberapa yang tidak.

Kita boleh meyakini kebenaran sebab akibat teks di dalam kitab suci, namun tidak boleh hanya sampai disitu. Ada sebuah penjelasan ilmiah yang merupakan penjelasan lain.  Ia baru dan sukar dipahami namun cukup menjanjikan. Berkompromi dengan kehilangan harus kita lawan. Sekarang kita sudah punya penjelasan lain dan kita harus menggunakannya.

Memahami sebab akibat adalah langkah yang wajib. Mengetahui sebab akibat membuat kita bisa lakukan pencegahan. Nenek moyang kita berhasil bertahan di alam liar karena tahu Seekor Singa adalah penyebab kematian. Meski dunia abad 21 tidak sesederhana singa memakan manusia, tapi kita jauh lebih baik dari nenek moyang kita.

Salah satu kelebihan kita dibanding hewan lainnya adalah kita bisa hidup bersama dalam jumlah yang banyak. Kita hidup dan memercayai cerita-cerita yang sama. Berkat memercayai cerita yang sama, hari ini kita punya banyak uang dan organisasi politik yang mapan. Kita terhindar dari kelaparan dan  punya banyak makanan karena punya  itu.

Sebagai manusia kita cukup beruntung punya sumber daya untuk hadapi bencana. Meski ada beberapa bencana yang sulit dihadapi, tapi kita tidak berkompromi mengorbankan seorang pun. Bersama-sama kita terus mencegah dan saling membantu ketika bencana datang. Kita bertahan sampai sekarang berkat hal itu.

Beberapa dari kita hidup di daerah kutub yang sangat dingin dan ada banyak yang hidup di gurun yang panas. Ada banyak bencana yang ada di bumi, dan kita mampu bertahan dari semuanya. Pemanasan lapisan ozon dan limbah plastik mungkin baru buat kita. Tapi, kita langsung bisa tahu penyebab dan tahu solusinya. Kita hanya perlu melakukannya. 

Ada banyak bencana yang sudah kita ketahui penyebab dan cara mencegahnya, tapi banyak juga bencana yang hanya kita tahu sebabnya. Kita bisa berdoa untuk terhindar, tapi itu tidak cukup. Kita juga bisa mencegah orang berbuat dosa, tapi kita harus berhati-hati. Jangan sampai itu menjadi bencana bagi mereka.

Bencana dan kita akan terus hidup berdampingan. Ada banyak bencana yang membuat kita takut. Tetapi ketakutan tidak memberikan apapun. Pengetahuan kita akan bencana tidak berasal dari ketakutan itu. Kita tahu banyak hal tentang bencana karena berhasil melupakan. Melupakan rasa sakit dan mencari tahu penjelasan masuk akalnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun