Mohon tunggu...
Hidayat Harsudi
Hidayat Harsudi Mohon Tunggu... Akuntan - The Accountant

Tinggal di Kota Makassar - Auditor, Pemain Musik, dan Penikmat Film

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Salah Kaprah Pendukung Prabowo Soal Kecerdasan

8 Januari 2019   09:06 Diperbarui: 8 Januari 2019   10:00 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi:okezone.com

Protes dari  kubu Prabowo-Sandi soal bocoran kisi-kisi pertanyaan debat capres adalah bukti bahwa masih banyak masyarakat yang salah kaprah menilai kecerdasan. Sebagian besar masyarakat menganggap Prabowo lebih cerdas dibanding Jokowi baik itu dari pendukung Prabowo maupun dari kubu Jokowi. Prabowo dicitrakan sebagai orang yang rajin membaca buku-buku berat dan fasih dalam melantumkan bahasa inggris, sementara Jokowi adalah orang yang jarang membaca dan gagap berbahasa Inggris. Mereka kemudian langsung menyimpulkan bahwa Prabowo lebih cerdas dari Jokowi berbekal dua kemampuan tadi.

Salah kaprah soal kecerdasan ini sudah sangat lumrah bagi masyarakat Indonesia maupun masyarakat di Negara yang maju. Semua masyarakat punya penyakit yang sama. Mengganti pertanyaan yang sulit dengan pertanyaan yang mudah. Sering  kita mengganti pertanyaan apakah orang itu cerdas dengan pertanyaan apakah dia lancer membaca dan berhitung. Kita selalu menganggap orang bagus membaca dan berhitung  adalah orang yang pintar dan yang tidak adalah bodoh. Media bahkan memengaruhi cara berpikir kita. Penggambaran ilmuwan yang selalu memakai kacamata baik di film kartun maupun di iklan komersial adalah buktinya.

Sejak kecil, anak sudah dilatih untuk memberi penilaian terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Apakah ia adalah anak yang pintar atau anak yang bodoh? Kebanyakan orang tua melakukan penanam nilai sejak anak mulai belajar di sekolah formal bahwa anak yang pintar adalah anak yang lancar membaca dan berhitung. Akibatnya beberapa anak minder dan mencap dirinya sebagai anak yang bodoh dan temannya sebagai anak yang lebih pintar. Padahal tiap anak punya kemampuan dan kecepatan yang berbeda untuk memahami sesuatu. Hal itu kemudian tertanam di benak anak sampai ia dewasa. Keberhasilan doktrin tersebut terlihat hari ini dimana banyak orang menganggap Prabowo lebih pintar daripada Jokowi hanya karena sering membaca buku bacaan yang berat dan fasih berbahasa Inggris.

Sementara itu Howord Gardner membagi kecerdasan manusia atas 8 tipe kecerdasan. Kecerdasan pertama adalah kecerdasan linguistik. Orang yang punya kecerdasan ini adalah orang yang biasanya pintar merangkai kata baik lisan maupun tulisan. Prabowo lebih cerdas dari Jokowi untuk ukuran ini. Kecerdasan tipe kedua adalah kecerdasan Matematis atau  Logika. Orang yang punya kecerdasan ini biasanya pintar matematika dan logika. Biasanya mereka cepat memahami  suatu argumen dan memberikan hipotesis.

Kecerdasan berikutnya adalah kecerdasan Spasial. Pelukis, desainer, dan arsitek biasanya dominan di kecerdasan ini. Sementara itu atlet biasanya memiliki tipe kecerdasan Kinestetik. Mereka mampu menyelaraskan pikiran dan tubuh mereka. Ronaldo bisa memikirkan strategi sambil berlari menggiring bola berkat memiliki kecerdasan ini. Jika kamu adalah orang yang mampu memahami ritme dan nada sebuah lagu dengan baik, kemungkinan besar kamu memiliki kecerdasan musical di atas rata-rata. Musisi-musisi dan komposer  terkenal bisa langsung menerjemahkan sebuah lagu yang baru pertama kali mereka dengar dan langsung memankannya.

Jika kamu di sebauh tempat dan melihat seseorang dikerumuni orang lain, kemungkinan orang itu punya kecerdasan interpersonal yang tinggi. Orang dengan kecerdasan ini, mampu memahami perasaan  orang lain  dengan mudah. Mereka memiliki rasa simpati dan empati  yang tinggi terhadap orang lain. Jokowi jelas lebih dominan daripada prabowo jika diukur berdasarkan kecerdasan tipe ini. Jika kamu adalah tipe orang yang mampu memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri, kamu punya kecerdasan intrapersonal  yang bagus. Dengan kecerdasan ini, kamu mampu memahami apa yang kamu inginkan dan butuhkan  tanpa meminta nasihat dari orang lain. Terakhir adalah kecerdasan  naturalis. Charles Darwin adalah salah contoh seorang naturalis. Ia mampu mengenali tingkah laku hewan atau tumbuhan dan menyukai alam liar sampai ia mencetuskan teori seleksi alam yang sangat terkenal itu.

Pada dasarnya, tidak ada kecerdasan yang lebih superior dari yang lain. Prabowo punya kecerdasan linguistik, Jokowi punya kecerdasan interpersonal, dan Darwin punya kecerdasan naturalis. Baik Prabowo, Jokowi, maupun Darwin punya ciri khas sendiri dan itu adalah sebuah keunikan masing-masing. Tidak ada dari mereka yang lebih cerdas daripada yang lain. Mereka hanya berbeda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun