Tak jarang orang melakukan banyak keselahan di setiap harinya, aktivitasnya,ucapannya,tindakannya nah.. di hari idhul fitri orang orang dengan tradisinya yaitu saling meminta maaf untyk mengugurkan dosa dosa.Tapi pernah ga sih kepikiran, apakah tradisi ini benar-benar mencerminkan makna yang sesungguhnya? Ataukah, seperti banyak tradisi lainnya, ada unsur formalitas yang mengiringinya?
Saling Memaafkan, Apa Sih Maknanya?
Jadi Meminta maaf itu harusnya sebuah ungkapan hati yang tulus. Di Lebaran, kita sering mendengar kalimat, "Mohon maaf lahir dan batin," sebagai permintaan maaf kepada orang-orang yang kita kenal. Kalimat tamplate tersebut seakan menjadi ritual yang wajib diucapkan. Saling memaafkan memang seharusnya menjadi inti dari tradisi ini. Namun, seringkali terfirkan apa permintaan maaf ini hanya sekedar formalitas saja.
Di satu sisi juga, saling meminta maaf saat Lebaran adalah cara untuk membersihkan diri dari segala kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Ini adalah kesempatan untuk membuka hati dan mengakui bahwa manusia tidak pernah luput dari salah dan khilaf. Tapi, di sisi lain, permintaan maaf tersebut mungkin hanya diucapkan tanpa pemahaman yang mendalam tentang arti maaf itu sendiri.
Dengan yang terjadi di beberapa desa,banyak orang orang yang keliling ke rumah rumah untuk meminta maaf, dan banyak juga orang orang yang berasal dari perantauan datang dan ikut meminta maaf yang kadang mereka pun tidak kenal satu sama lain jadi seperti hanya formalitas saja namun di sisi yang lain juga bisa mempererat tali silaturahmi. Terbukti ketika saya mendengar"mau sopo yo sungkem ro aku kok ra kenal?"ujar Sunarti ,bulek saya. Dan saya mendengar juga "jane aku gawe salah akeh i nang perantauan orang nang deso,ning jaluk ngapuro ne malah nang deso!"ujar Aziz,teman desa Saya. " yo rapopo itung itung ben guyup ro mempererat tali silaturahmi dewe to"Jawab Septi.
Ada fenomena menarik yang kadang muncul dalam tradisi saling meminta maaf di Lebaran. Beberapa orang melaksanakan ritual ini karena sudah menjadi kebiasaan, atau lebih tepatnya sebuah kewajiban sosial. Jika tidak mengucapkan "mohon maaf lahir dan batin" kepada orang tua, saudara, atau teman, rasanya seperti ada yang kurang. Begitu pula dengan permintaan maaf yang dilontarkan kepada orang lain; apakah itu benar-benar datang dari hati atau sekadar mengikuti tradisi tanpa banyak berpikir?
Namun, di sisi lain juga tidak sedikit yang memaknai permintaan maaf ini dengan lebih mendalam. Yaitu meminta maaf ke keluarga inti ayah dan ibu maupun saudara dekat, itu akan lebih terasa tulus dan benar adanya karena mereka lah yang memang selalu benar benar ada di sisi kita tak jarang pula sampai meneteskan air mata.
Tantangan dalam Tradisi Memaafkan
Salah satu tantangan atau hal yang inti penting dalam tradisi meminta maaf adalah kemampuan untuk benar-benar memaafkan dan melupakan. Tidak jarang, seseorang mengucapkan kata maaf tetapi sulit untuk melepaskan perasaan negatif terhadap orang yang telah menyakiti hatinya. Dalam hal ini, proses saling memaafkan tidak bisa dipaksakan hanya dalam satu kesempatan, seperti saat Lebaran. Ada kalanya proses maaf yang sesungguhnya membutuhkan waktu yang lebih panjang dan kesediaan hati untuk berlapang dada.karena menerima maaf itu gampang proses yang sulit aadalah melupakannya
Saya juga pernah mengalami hal ini sendiri. Kemarin H-1 lebaran , saya terlibat dalam perselisihan dengan seorang teman yang cukup dekat di aplikasi Whatsapp . Kami berdua mungkin merasa terluka oleh perkataa masing-masing, dan saat Lebaran datang, saya merasa tertekan untuk mengucapkan permintaan maaf, meskipun hati saya masih berat. Namun, saya sadar bahwa jika saya tidak melakukannya, ada kemungkinan hubungan kami akan semakin renggang.