Mohon tunggu...
hidayatul hikmah
hidayatul hikmah Mohon Tunggu... 24107030016-mahasiswa UIN Sunan kalijaga

suka semua hal

Selanjutnya

Tutup

Diary

Antara Kata dan Hati ada Pikiran yang Tertahan

28 Maret 2025   13:11 Diperbarui: 30 Maret 2025   16:31 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambaran perang antara hati dan pikiran sumber:https://pin.it/1brJP44gY

Ada kalanya kita merasa ada sesuatu yang ingin kita katakan, namun entah kenapa, kata-kata itu terjebak di dalam pikiran, tidak pernah keluar untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya kita rasakan. Ada kalanya kita merasa seolah-olah kita berdiri di depan seseorang, hanya untuk diam dan membiarkan perasaan itu membanjiri hati tanpa bisa disuarakan. Mungkin itu adalah perasaan yang sangat pribadi, terlalu sulit untuk diterjemahkan dalam kata-kata. Atau mungkin kita takut, takut jika kata-kata yang kita pilih akan membuat jarak atau menciptakan kesalahpahaman. Pikiran kita pun terjebak dalam kekosongan, terperangkap antara niat untuk berbicara dan rasa takut untuk mengungkapkan segalanya, namun jika terus terusan di tahan akan terasa berat bagi diri kita sendiri, karena terkadang pikiran itu timbul karena adanya tindakan dari seseorang yang memang berpengaruh bagi hidup kita, mungkin karena tindakannya yang tiba tiba berbeda atau memang sudah tidak se excited dulu lagi.

Kita semua mungkin pernah mengalaminya waktu di mana perasaan kita bergejolak, namun mulut seolah terkunci. Ada banyak hal yang ingin kita katakan, banyak ungkapan yang ingin kita bagi, namun setiap kali kita mencoba untuk mengucapkannya, ada sesuatu yang menghentikan kita. Mungkin kita merasa bahwa kata-kata itu tidak cukup untuk menggambarkan apa yang kita rasakan, atau kita khawatir jika kita sampaikan orang tidak mengerti atau tidak sesuai yang kita harapkan. Pada akhirnya, kita hanya terdiam, dengan pikiran kita yang terus berputar-putar, sementara hati kita mencoba mencari cara agar semua itu bisa keluar, ingin sekali rasanya tidak memikirkan namun tidak bisa.

Dan dalam banyak kasus, ketidakmampuan untuk mengungkapkan pikiran kita ini bisa menjadi beban yang sangat berat. Ibarat sebuah tembok yang terbentuk di dalam diri kita, menahan segala hal yang ingin kita sampaikan. Pikiran yang berputar tanpa henti, berusaha keluar, namun tidak ada jalan. Perasaan yang mendalam ini seakan terjebak dalam ruang kosong, mengalir tanpa arah, menunggu kesempatan untuk disuarakan. Kita ingin berbicara, ingin berterus terang, tetapi entah kenapa kata-kata itu selalu tersendat di tenggorokan, tak pernah bisa keluar.

Mungkin itu terjadi karena kita takut akan konsekuensi dari kata-kata yang kita ucapkan. Kita khawatir jika perkataan kita akan merubah segalanya entah itu hubungan yang sudah terjalin, pandangan orang itu terhadap kita, atau bahkan situasi yang sudah nyaman. Ketakutan akan perubahan sering kali membuat kita ragu untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya kita rasakan. Pada saat itu, kita cenderung menahan diri, memilih untuk tetap diam, yang akhirnya menjadi beban bagi diri kita sendiri.

Lalu timbul pertanyaan khususnya untuk diri saya, apakah diam selalu menjadi pilihan terbaik? Terkadang, diam bukanlah solusi. Pikiran yang terpendam hanya akan semakin menambah beban, bahkan bisa berkembang menjadi perasaan frustrasi atau kesedihan yang semakin dalam. Terkadang kita harus berani mengungkapkan apa yang ada dalam hati dan pikiran kita, meskipun itu terasa sulit dan penuh akan resiko. Karena, pada akhirnya, berbicara dan mengungkapkan perasaan kita dengan jujur justru bisa membuka jalan untuk pemahaman yang lebih dalam, baik untuk diri kita sendiri maupun orang lain.

Ada juga momen di mana kita merasa terjebak dalam kebingungan---kita ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak tahu bagaimana cara yang tepat. Kita terjebak dalam dilema antara apa yang ingin kita ungkapkan dan bagaimana cara kita mengungkapkannya. Pikiran kita berkelana ke segala arah, mencari cara terbaik agar kata-kata itu bisa disampaikan tanpa menimbulkan kesalahan. Ini adalah bagian dari proses yang sering kita alami: mencari keseimbangan antara perasaan yang kuat dan cara kita mengkomunikasikannya.

Pada akhirnya, yang membuat kita terus terjebak dalam kebingungan ini adalah ketidakpastian. ketidakpastian tentang bagaimana perasaan kita akan diterima, tentang bagaimana orang lain akan merespons, dan tentang apakah kita akan dianggap lemah jika mengungkapkan perasaan kita. Namun, kita harus ingat bahwa berbicara dari hati sering kali membawa kedamaian. Mengungkapkan pikiran dan perasaan kita bukanlah kelemahan, tetapi sebuah langkah menuju pemahaman dan koneksi yang lebih dalam.

Jadi, apakah kita akan terus terjebak antara kata dan hati? Atau kita akan memilih untuk berbicara, mengungkapkan apa yang selama ini terpendam, dan memberi ruang bagi kebenaran dan pemahaman yang lebih besar? Dalam setiap hubungan, dalam setiap interaksi, terkadang yang dibutuhkan bukanlah kata-kata yang sempurna, tetapi keberanian untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam hati kita, apa yang selama ini terpendam dalam pikiran kita.

So,cobalah untuk berani mengungapkan agar timbul rasa lega dan tidak ada beban !

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun