Mohon tunggu...
Hida Al Maida
Hida Al Maida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara

Seorang introvert yang menyukai seni, puisi, langit, bintang, hujan, laut, bau buku, dan menulis. Punya kebiasaan aneh berbicara dengan diri sendiri, dan mencoret-coret setiap halaman paling belakang buku pelajarannya karena merasa isi kepalanya terlalu meriah, riuh, dan berisik untuk didiamkan begitu saja. Gemar menulis novel, puisi, serta tertarik tentang banyak hal berkaitan dengan hukum, perempuan, dan pendidikan. Baginya, setiap hal di muka bumi ini adalah keindahan dan makna yang perlu diselami sampai jauh, sampai kita menemukan sesuatu bernama hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Gaun Putih dan Kue Cokelat (Bagian 2 dari SPdPK)

6 Desember 2022   23:34 Diperbarui: 6 Desember 2022   23:46 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagian 2 dari cerpen Surat Putih dan Perjalanan Kereta

           Menjelang tengah malam, Renjana sampai. Anayati---ibunya, menyambutnya dengan wajah mengantuk, tetapi penuh raut kesenangan. Masakannya sudah dipanaskan, selimut baru sudah dirapikan, dan seperti masa ketika Renjana masih balita, wanita itu bahkan menyiapkan segelas susu cokelat hangat.

            "Tumben sekali," celetuk gadis itu sesaat usai melepas hoodienya, menyisakan kaos putih polos lengan panjang. Sesaat kemudian, Anayati tercengang lama ketika Renjana melepas jilbab instan warna hitam yang dikenakannya, menatap tulang selangka anak gadisnya yang terlalu menonjol.

            Namun, Renjana tak tampak lelah. Dia hanya mengeluh lapar.

            "Sudah lama sekali sejak terakhir kali kamu pulang." Anayati menyahut. Duduk di hadapan Renjana sembari menatap lamat-lamat wajah gadisnya.

            "Iya, ya, Bu? Sudah dua bulan saja rupanya."

Baca juga: Cerpen: Suatu Hari

            Benar. Biasanya, Renjana akan pulang dua minggu sekali ke rumahnya. Namun, dua bulan belakangan ini, gadis itu tidak pulang. Acap kali ditanya, alasannya selalu sama; tugasnya menggunung. Semakin meningkat angka semesternya, semakin menumpuk tugas-tugas yang membuatnya hampir gila, begitu katanya.

            Anayati memaklumi. Selagi Renjana baik-baik saja pun sudah cukup untuknya. Toh, wanita itu punya doa. Anayati selalu percaya, meski raganya tak senantiasa berada di sisi anak gadisnya, tetapi doa-doanya sudah lebih dari cukup untuk menjadi penjaga.

Baca juga: Minggu Warna Ungu

            "Apa tugas-tugasmu sudah selesai? Libur semester masih lama." Anayati bertanya. Agak cemas jika kali ini Renjana melakukan hal yang sama---mengambil cuti hanya untuk pulang ke rumah.

            Gadis itu mengangguk. Mulutnya penuh nasi putih hangat dengan sayur asam. "Semua sudah selesai, Bu," katanya setelah itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun