Mohon tunggu...
Hany Ferdinando
Hany Ferdinando Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penikmat buku dan musik yang suka tentang teknologi, psikologi, pendidikan, flora dan fauna, kebudayaan, dan hubungan antar manusia.

Belajar menulis dengan membaca, belajar kritis dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wisata rawa ala Finlandia

17 Juni 2015   20:49 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:09 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi sebagian besar di antara kita, kawasan rawa adalah daerah yang sebaiknya dihindari. Biasanya rawa adalah sarang nyamuk. Dengan mendatangi rawa, berarti kita sedang menyiapkan diri mengikuti program donor darah plus (plus gatal, plus sakit, plus jengkel, dkk). Selain itu, di rawa biasanya hidup binatang lain yang dianggap menjijikkan, seperti golongan reptil. Ditambah dengan kondisi banyak rawa yang sudah menelan korban, maka berwisata ke rawa merupakan ide yang gila!

Itu juga yang ada di benak saya saat ada teman yang mengajak untuk hiking di rawa! Hiking di rawa? Ya! Hiking di rawa! Langsung terdengar sayup-sayup di telinga saya, para nyamuk bertepuk tangan karena mereka tidak perlu susah-susah mencari mangsa. Ini mangsanya datang sendiri tanpa diundang. Terbayang di benak saya, bagaimana kalau ketemu dengan ular? Saya tidak takut dengan ular (yang tidak berbisa), tetapi kalau ukurannya besar..., rasanya bisa takut juga sih.... Bagaimana kalau nanti pas berjalan tiba-tiba kaki saya masuk rawa? Lalu tidak dapat ditarik lagi dan pelan-pelan tenggelam? Namun, saya mencoba untuk membuang jauh-jauh pikiran saya itu karena ingin tahu seperti apa sih wisata rawa ala Finlandia itu.

Kami berangkat berlima, 3 dewasa dan 2 anak menuju sebuah kawasan rawa bernama Pilpasuo. 

Ini adalah kawasan rawa yang menjadi bagian dari taman nasional yang dikelola oleh Departemen Kehutanan.

Tiba di lokasi, kami disambut dengan hamparan pohon pinus yang tanahnya dilapisi oleh tumbuhan berwarna kuning-hijau-abu-coklat, namanya jäkälä.

Pada gambar di atas, jäkälä berada di bawah pohon pinus dengan warna kekuningan. Gambar di bawah menunjukkan tekstur tumbuhan ini.

Jadi, pada musim salju, para rusa ini harus menggali salju untuk bisa makan karena tumbuhan ini tetap tumbuh dan tidak mengalami kerontokan. Warnanya yang unik ini memberikan sensai pemandangan yang berbeda. Kombinasi kuning, abu-abu, hijau, dan coklat membuat tanaman ini tampak seperti karpet yang menutupi sebuah padang.

Memasuki kawasan rawa di Pilpasuo, kita tidak perlu terlalu khawatir kaki masuk ke rawa karena daerah yang bisa membuat kaki masuk ke rawa dibuatkan jalan setapak dari kayu. Ini juga menjadi sebuah panduan berjalan sehingga orang tidak tersesat. Selain itu, beberapa pohon diberi tanda cat berwarna kuning, biru, dan merah. Warna ini menunjukkan jalur-jalur yang dapat diikuti.

 Kawasan ini juga bisa dipakai sebagai tempat pembelajaran. Beberapa tempat dilengkapi dengan penjelasan tanaman yang ada di sekitar situ lengkap dengan manfaatnya. Wah bahasanya rumit...! Yup! Itu salah satu kelemahannya... belum mengakomodasi wisawatan asing.

Tenang... di era teknologi seperti sekarang ini, kita bisa memanfaatkan Google translate, walaupun pada beberapa kasus, terjemahanannya tidak pas bahkan membingungkan. Jadi, daripada bingung dengan apa yang ditulis, saya memilih untuk menikmati situasi di sana.

Kami tiba menjelang senja, sekitar jam 18.00. Namun karena saat itu bulan Mei, maka jam 18.00 masih cukup terang untuk berjalan di area itu. Matahari baru terbenam sekitar jam 10 malam koq (seingat saya...). Saat kami berjalan, kami dikejutkan dengan suara burung kukuk. Ya... bunyinya memang kukuk-kukuk. Ini jenis burung yang biasa menitipkan telornya di sarang burung lain untuk dierami lalu induk semangnya itu juga akan memelihara anaknya sampai dewasa. Jahat ya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun