Mohon tunggu...
hesty kusumaningrum
hesty kusumaningrum Mohon Tunggu... Human Resources - swasta

seorang yang sangat menyukai film

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rezeki Terbesar Itu Bernama Sehat

9 Juli 2021   13:25 Diperbarui: 9 Juli 2021   13:33 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang mengira bahwa rezeki itu sama dengan berkelimpahan nya kita dengan materi. Rumah yang bagus, punya koleksi mobil banyak, tanah yang luas dan sebagainya. Intinya banyak orang merasa bahwa rezeki yang dari Tuhan itu identik dengan uang yang kita miliki.

Memang, uang punya peran besar dalam kehidupan. Kita bisa membeli apa yang kita butuhkan, dan membahagiakan orang lain dengan uang kita ( dengan membelikan dia sesuatu). Tapi uang bisa menjadi sumber malapetaka, saat kita menggunakan uang itu dengan tujuan tak baik. Semisal menyuap seseorang agar mendapatkan sebuah proyek. Kita banyak melihat di televisi bagaimana uang menjadi penyebab orang melanggar aturan; menyuap, korupsi dan lain sebagainya. Kita bisa melihat dari kasus jaksa Pinangki yang mendapat sebuah mobil mewah karena dia melanggar aturan.

Bagi orang mobil itu rezeki dari Tuhan, namun sebenarnya tidak karena itu hasil dari kejahatan atau konspirasi dan melanggar aturan. Sebenarnya rezeki tidak berupa uang saja.

"Boleh jadi rezekimu berupa keselamatan dan kesehatan. Mungkin juga (berupa) ditutupi nya setiap kesalahanmu atau diselamatkanya kamu dari keburukan, atau berupa orang suka kepadamu. atau keluarga yg menghangatkanmu. Jangan membatasi rezeki pada materi." (Habib Luthfi bin Yahya)

Dari sini kita tahu bahwa rezeki itu bisa dalam beberapa bentuk; kesehatan, rasa nyaman dicintai keluar yg ada, sering merasa terselamatkan dari banyak bahaya dll. Hal kesehatan misalnya, adalah hal yang sangat penting. Dengan kesehatan yang prima kita bisa melakukan banyak hal atau aktivitas dengan baik. Orang yang menderita sakit ginjal misalnya, hidupnya tergantung pada Hemodialisa ( cuci darah) yang bertahan untuk beberapa hari. Selanjutnya dia harus cuci darah lagi. Pada titik ini kita bisa merasakan bahwa kesehatan itu anugerah yang sangat penting bagi kita.

Pandemi Covid-19 yang dialami dunia sekarang, seakan mengingatkan kita bahwa rasa sehat / kesehatan dan bukan uang itu penting bagi semua orang tanpa kecuali. Baik yang kaya yang miskin, yang jomblo, yang punya anak satu atau anak empat, semua butuh kesehatan prima untuk melanjutkan karyanya.

Jika seorang kerabat menderita Covid-19, entah karena kelalaiannya, atau hal lain kemudian dia meninggal, kita akan merasa sedih. Apalagi jika kerabat itu adalah seorang pemimpin keluarga yang punya istri dan tiga anak yang masih kecil. Dunia terasa runtuh bagi mereka karena sang ayah yang mereka cintai dan mereka perlukan pergi untuk selamanya. Dengan kondisi seperti itu mau tidak mau mereka dipaksa harus menyesuaikan diri; sang ibu bekerja dan anak- anak harus menyesuaikan diri dengan situasi yang baru. Beberapa mungkin bisa melampaui hal itu dengan baik namun mungkin beberapa lainnya itu adalah situasi yang sangat tidak mudah.

Pemerintah kita dan otoritas di seluruh dunia sudah berupaya semaksimal mungkin agar kita bisa melampaui ini semua dengan baik. Tidak ada satu orang atau satu pihak pun di dunia ini mengharapkan situasi bencana non alam seperti ini, dimana keterkaitan nya tidak saja soal kesehatan tapi juga punya dampak sosial, ekonomi , psikologis dan sebagainya.

Karena itu, penelitian dan pengadaan vaksin dipercepat, dibuat serangkaian aturan / protokol untuk kesehatan dengan harapan semua pihak bisa mematuhinya. Tapi kita lihat sendiri banyak pihak yang karena prespektif negatifnya mengatakan bahwa Covid 19 adalah konspirasi beberapa negara berdasarkan kepentingan agama dan kepentingan ekonomi.

Banyak orang di negara kita yang menolak divaksin hanya karena beberapa tokoh agama mengatakan bahwa vaksin itu bertentangan dengan syariat Islam. Malah dengan yakin di ceramah-ceramah mereka mengatakan bahwa umat jangan takut virus Corona karena bisa dilawan dengan air wudhu. Tentu saja ini menyesatkan karena tak ada dasar / bukti kuat bahwa air dapat melawan virus mematikan itu.

Jika menemukan provokasi menyesatkan itu jangan buang waktu dan energi untuk mempercayai nya. Mengikuti anjuran pemerintah untuk menjaga jiwa kita sendiri adalah sejalan dengan syariat, dan untuk masa depan yang sehat dan bahagia untuk seluruh warga.

Semoga Covid-19 cepat berlalu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun