Mohon tunggu...
hesty kusumaningrum
hesty kusumaningrum Mohon Tunggu... Human Resources - swasta

seorang yang sangat menyukai film

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita Sudah Terlalu Jauh Berjalan

3 Maret 2021   17:49 Diperbarui: 3 Maret 2021   17:56 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar via ravepubs.com

Beberapa hari lalu, ketua umum PB Nahdatul Ulama yaitu Said Aqil Siradj menyatakan ketegasannya soal pentingnya meminimalisir informasi yang bersifat hoax dan radikal. Malah ulama berpengaruh itu khusus menyebut akun media sosial dan media online milik kelompok Wahabi. Ketegasan itu diucapkannya saat memberi sambutan pada Hari Lahir NU ke 98.

Pada kesempatan itu bebeberapa dan banyak media online yang justru memberikan informasi yang tidak benar kepada public. Informasi pada beberapa media berubah menjadi bohong atau hoaks di tengah masyarakat. Bahkan tak jarang mereka melakukan fitnah pada informasi yang ditayangkan.

Akibatnya sungguh menyesakkan hati. Masyarakat yang belum terbiasa dengan mengecek berita akan menerima mentah-mentah dengan mempercayai kabar bohong itu. Kabar bohong itu sering menjadi rujukan, mereka percaya dan kemudian menyebarkannya. Akibatnya bisa kita lihat dengan perpecahan di tengah masyarakat selama sepuluh tahun ini.

Politik memperparahnya dengan menggunakan media-media itu, mempertegas perbedaan dalam masyarakat sehingga sebagian besar masyarakat percaya dan merasa berbeda dengan yang lainnya. Alibatnya perpecahan itu menjadikan modal penting bagi mereka yang ingin memperoleh kekuasaan.

Konyolnya setelah kontestasi dan para penguasa terpilih (termasuk para saingannya) , masyarakat masih dalam kondisi psikologis "berbeda dan berperang". Sehingga masyarakat yang rukun dan berdampingan seperti beberapa dekade sebelumnya tidak terjadi. Mereka terbiasa menekankan perbedaan dan membuatnya terus bergaung di media sosial.

Media-media online yang ada dibawah pengaruh faham wahabi sering menggunakan itu dalam kehidupan sehari-hari. "Itu medsosnya Wahabi-Wahabi, onlinenya Wahabi tutup aja lah. Jangan khawatir pak (Menteri), di Quran-nya ada pak. Bukan dari saya," kata Said Aqil yang disiarkan lewat akun YouTube NU Channel pada Minggu (28/2/2021). Menurutnya makna ayat Al Quran soal itu adalah mengaruskan Nabi Muhammad mengusir orang yang membuat gaduh. "Orang-orang yang tinggal di Madinah, orang-orang yang membikin gaduh di kota Madinah, usir Muhammad!" itu kata Al Quran.

 Media online seperti yang sudah disebutkan itu memang sudah membuat jagat informasi Indonesia sangat gaduh dan terus menerus mengingatkan soal perbedaan dan pentingnya "memerangi" yang berbeda itu.

Dari gambaran ini mungkin kita bisa sadar bagaimana posisi dunia informasi bukan hanya dari kacamata politik namun dari kalangan ulama. Bagaimana sejatinya kita sudah berjalan terlalu jauh soal kebebasan informasi. Jalan yang jauh itu sesungguhnya membuat kita tak bisa lagi akur dengan yang berbeda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun