Mohon tunggu...
hesty kusumaningrum
hesty kusumaningrum Mohon Tunggu... Human Resources - swasta

seorang yang sangat menyukai film

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa Roh Pemersatu Itu

7 Juli 2020   20:41 Diperbarui: 7 Juli 2020   20:41 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin banyak dari kita yang pernah membaca kisah beberapa mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di luar negeri, khususnya di benua Eropa, Amerika atau Australia. Saat Ramadan tiba, banyak diantara mereka bercerita bahwa Ramadan di negara tempat mereka belajar seringkali menuntut kesabaran tinggi karena durasi (jam) puasa yang sangat panjang, bahkan bisa mencapai 15-20 jam. Tapi karena ketaatan pada agama maka mereka tetap menjalani puasa itu dengan baik. Tak jarang mereka harus menghadapi tantangan saat menjalaninya.

Beberapa dari mereka juga mengungkapkan bagaimana mereka harus mengubah mindset dan cara pandang kaum mayoritas (di Indonesia) menjadi kaum minoritas di  negara tempat mereka belajar. Mereka menjadi tahu bagaimana susahnya mencari rumah ibadah, menyesuaikan jam belajar dengan waktu-waktu salat dan bagaimana mereka harus bergaul dengan orang-orang yang sama sekali berbeda. Saat itu mereka sadar bahwa mereka adalah kaum kecil (minoritas) yang diterima oleh kaum besar (mayoritas). Banyak hal yang harus mereka sesuaikan dengan lingkungan dan keluarga mereka di negara asing itu.

Kondisi itu paling tidak akan mempengaruhi cara berfikir mereka di kemudian hari.; soal bagaimana membina hubungan dengan banyak orang yang berbeda dan bagaimana memelihara hubungan baik. Tidak itu saja, mereka juga akan berfikir bagaimana bisa saling menghormati dan menghargai kaum mayoritas dan minoritas tadi.

Begitu juga jika kembali ke Indonesia. Mereka pasti juga akan berfikir bagaimana kerukunan di Indonesia dapat berjalan dengan baik ditengah keragaman yang kaya ini. Bukan saja agama, tapi juga bahasa dan suku, adat bahkan warna kulit. Negara kita tidak hanya terdiri dari suku melayu atau Jawa saja, tapi ratusan suku ada di sini sehingga toleransi mutlak diperlukan.  Ratusan bahkan ribuan perbedaan itu bisa saling toleran dan kita bersatu sebagai bangsa Indonesia.

Di titik ini Bhineka Tunggal Ika tak hanya sebagai semboyan bangsa Indoensia dengan Garuda Pancasila yang dipasang di setiap instansi. Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika seharusnya menjadi roh yang bisa menyatukan semua komponen entah mayoritas maupun minoritas  agar tetap  bersatu meneruskan cita-cita bangsa yang mulia itu. Dengan demikian kita bisa terhindar dari provokasi pemecah bangsa yang sering muncul dengan baju agama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun