Mohon tunggu...
hesty kusumaningrum
hesty kusumaningrum Mohon Tunggu... Human Resources - swasta

seorang yang sangat menyukai film

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perkuat Pancasila Lawan Khilafah

16 September 2019   14:01 Diperbarui: 16 September 2019   14:08 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekitar tahun 1990-an, secara sembunyi-sembunyi, beberapa faham dari luar negeri masuk ke Indonesia. Faham itu berasal dari Timur Tengah dan sebagian besar dibawa oleh beberapa mahasiswa yang belajar di  uar negeri. Faham itu antara lain Tarbiyah, dan Wahabi dan beberapa faham yang berorientasi pada radikalisme. Lalu mereka membentuk Hisbut Tahrir Indonesia, yang kemudian dibubarkan dan dinyatakan terlarang oleh pemerintah Indonesia.

Faham-faham radikal  itu memberikan pemahaman bahwa perlunya membentuk Khilafah di Indonesia. Mereka juga mengajukan kritik yang sarat dengan argumen-argumen yang menjelekkan Indonesia dan Pancasila, antara lain bahwa negara Indonesia tidak berdasarkan syariat Islam, sehingga harus dilawan.

Ide membentuk Khilafah ini sangat berbahaya, yang meskipun HTI sudah dinyatakan dilarang  tetapi mereka tetap bergerak atas nama individu. Juga kelompok-kelompok kajian islam yang jauh dari jangkauan negara, seperti kelompok pengajian dan arisan ibu-ibu, kelompok pengajian bapak-bapak. Juga keberadaan kegiatan ekstra kuriluler Rohani Islam (Rohis) yang dinilai banyak memperngaruhi murid-murid sekolah dan mahasiswa ke faham radikal, yang berujung pada pendapat bahwa perlunya sistem Khilafah di Indonesia.

Padahal kita tahu faham ini di beberapa negara Timur Tengah dan beberapa juga di Asia menimbulkan kekacauan. Suriah adalah contoh paling sempurna bahwa terlepas dari banyak pengaruh negara lain, system khilafah tidak disetujui untuk berkembang di wilayah tersebut. Cita-cita mereka untuk mewujudkan khilafah memang tidak disetujui dan mendapat pertentangan dari banyak rakyat mereka.

Kelompok yang memperjuangkannya seperti ISIS menterjemahkan jihad dan perjuangan melalui Islam dengan cara yang salah. Masyarakat dunia yang sebelumnya simpati kepada mereka menemukan bahwa apa yang diperjuangkan ISIS berbeda dengan bayangan mereka. Para perempuan dipakai untuk melampiaskan nafsu seks para pejuang ISIS atas nama jihad Islam. Begitu juga anak-anak yang dipaksa untuk mengangkat senjata melawan ISIS.

Beberapa orang Indonesia yang terpengaruh faham itu juga berangkat ke Suriah. Apa yang mereka bayangkan semula yaitu berjuang demi Islam jauh dari bayangan mereka semula. Mereka tak lebih dari berperang dengan sesama sendiri yaitu orang Islam juga. Kini ISIS dan segala cita-citanya sudah dihancurkan. Beberapa orang Indonesia yang terlanjur ke sana meminta pemerintah memulangkan mereka ke Indonesia, meski hal itu masih menjadi perdebatan.

Hal penting dari cerita ini dan bisa kita petik adalah Indonesia jauh lebih damai dari negara-negara Timur Tengah yang sedang bertikai itu. Indoensia punya banyak kekayaan alam dan segala potensinya dan bisa diolah untuk kesejahteraan kita. Perbedaan yang ada di Indoensia sesungguhnya adalah potensi yang bisa diolah dan menghasilkan sesuatu yang besar. Sehingga energy kita diharapkan lebih diperlukan untuk membangun segala potensi itu.

Pancasila sebagai perekat dan pemersatu bangsa sudah terbukti berkali-kali sanggup untuk mengalahkan segala ancaman dari luar termasuk ideologi apapun, termasuk keinginan untuk membentuk khilafah. Karena itu kita harus memperkuatnya agar kita bisa melanjutkan cita-cita bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun