Mohon tunggu...
hesty kusumaningrum
hesty kusumaningrum Mohon Tunggu... Human Resources - swasta

seorang yang sangat menyukai film

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hijrah Meninggalkan Bibit Kebencian

14 September 2018   07:28 Diperbarui: 14 September 2018   08:41 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meninggalkan Masa Lalu - azharologia.com

Beberapa hari lalu, umat muslim memperingati tahun baru Islam. Berbicara mengenai tahun baru Islam, tentu tidak bisa dilepaskan keputusan Rasulullah SAW, yang hijrah dari kota Mekah menuju Madinah. Hijrah tersebut terjadi karena Rasulullah SAW dan para pengikutnya, terus mendapatkan penolakan dan perlawanan dari kelompok kafir di Mekah. 

Berkali-kali Nabi akan dibunuh oleh kelompok kafir. Bahkan pamannya sendiri, Abu Jahal dan Abu Lahab pun juga ikut melakukan perlawanan. Untuk menghindari jatuhnya korban, Nabi Muhammad SAW akhirnya hijrah ke Madinah. Di kota ini justru mendapatkan sambutan yang positi. Masyarakat Madinah yang penuh keberagaman, bisa hidup berdampingan satu dengan yang lainnya.

Konteks hijrah yang dilakukan Rasulullah SAW adalah mewujudkan perdamaian. Dari kota ini pula kemudian lahir Piagam Madinah, sebuah kesepakatan tentang penghormatan terhadap kemanusiaan, toleransi dan keberagaman. Lalu, apakah kita bisa menerapkan esensi hijrah itu dalam kehidupan sekarang? Mengingat di era milenial ini banyak sekali bibit kebencian yang sengaja dimunculkan di media sosial. Banyak sekali ujaran kebencian dan provokasi yang sengaja dimunculkan, dengan berbagai kepentingan. Tidak sedikit provokasi tersebut dibumbui sentiment SARA, yang kemudian berujung pada konflik di tengah masyarakat.

Konflik yang terjadi akibat provokasi kebencian di media sosial pernah terjadi di Indonesia. Mungkin saja kecenderungannya terus meningkat, seiring dengan terus meningkatnya ujaran kebencian di dunia maya. Dalam perhelatan politik satu tahun kebelakang dan satu tahun kedepan, tentu bisa memicu meningkatnya politik kebencian ini. Untuk itulah, perlunya komitmen bersama dari semua pihak, untuk meninggalkan segala bentuk perilaku dan ujaran yang mengandung bibit kebencian. Hilangkan bibit kebencian sejak dari dalam pikiran dan jangan biarkan bersarang dalam otak kita.

Konsep hijrah tidak hanya berbentuk perpindahan dari satu titik ke titik lainnya, atau dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun konsep hijrah juga bisa berupa hijrah melalui hati. Hijrah disini maksudnya meninggalkan larangan Allah SWT untuk menuju pada ketaatan yang sempurna. Dengan meningkatkan ketaatan, tingkat keimanan juga akan bertambah. Jika kita bisa melakukan hal ini, tentu segala perilaku dan ucapan yang keluar dari diri kita, tetap mengedepankan penghormarmatan terhadap orang lain. Kita tidak akan semena-mena dan menganggap orang lain berada pada posisi yang sama dengan kita.

Di era yang milenial ini, hijrah melalui hati ini penting sekali. Kenapa penting? Karena berbagai informasi di era ini begitu cepat perkembangannya. Jika hati kita tidak siap dan tidak mempunyai fondasi yang kuat, tentu akan mudah terombang-ambing oleh pesan kebencian tersebut. Untuk itulah, hijrah menuju kebaikan harus terus ditegaskan dalam hati kita masing-masing. 

Jangan sampai kita sudah meninggalkan perilaku kasar, tapi ucapan kita masih terus penuh dengan kebencian. Mari kita mulai dengan membuat status yang penuh pesan damai, mari kita mulai dengan ucapan yang tidak menyudutkan, dan mari kita mulai dengan perilaku yang bisa merangkul keberagaman. Dengan melakukan hal yang sederhana ini, secara tidak langsung kita sudah hijrah meninggalkan bibit kebencian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun