Mohon tunggu...
Hesti Edityo
Hesti Edityo Mohon Tunggu... Administrasi - Guru

Seorang ibu dari 4 lelaki hestidwie.wordpress.com | hesti-dwie.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lukisan Sang Petualang

20 Juli 2012   05:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:46 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dedaunan ini berbisik, tentang cinta dua hati. tenangnya air membawa keheningan dalam sukma, biarkan kalbu yang bicara (photo by Tri Lokon)

Waaahh....kemana-mana bawa kamera sekarang, kayak fotografer aja!

Celoteh seorang teman. Aku cuma tertawa, fotografer abal-abal!

Bukan tanpa alasan aku bergabung di Kampret, meskipun aku awam fotografi. Selama ini, setiap kali melewati suguhan pemandangan hijau membentang, atau deburan ombak di pantai, ingin rasanya keindahan itu aku abadikan. Kadangkala aku takut, keindahan mahakaryaNya terganti oleh tumpukan beton-beton tinggi. Aku takut, alam kehilangan keseimbangannya. Lantas, apa yang bisa aku ceritakan pada anak-anakku nanti? Bahwa lukisan hijau persawahan hanyalah dongeng pengantar tidur? Bahwa sang gunung hanyalah monster belaka? Bahwa deburan ombak hanyalah bencana semata?

Sayang, lukisan keindahanNya kadangkala sulit kurekam dengan baik. Karena itulah, aku merasa beruntung, manakala Para Petualang mampu menyajikan keindahan ini dengan sempurna. Lukisan cahaya yang mereka sajikan, membawa serta anganku, seakan aku sedang berada di sana. Bernafas dengan aroma hijaunya dedaunan yang tersaji. Seakan dibasahi deburan ombak dan mendengar alunan dari sang alam.

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="dedaunan ini berbisik, tentang cinta dua hati. tenangnya air membawa keheningan dalam sukma, biarkan kalbu yang bicara (photo by Tri Lokon)"][/caption]

Lihat, apa yang kau rasa? Hening, tentram, dan damai. Terasa lukisan ini menyelusup kalbu, betapa indah karuniaNya. Betapa sempurna sang petualang membawakan cerita untukku.

[caption id="" align="aligncenter" width="583" caption="lukisan awan seakan bernyanyi, mengiringi keceriaan mereka (photo by Yswito)"]

lukisan awan seakan bernyanyi, mengiringi keceriaan mereka (photo by Yswito)
lukisan awan seakan bernyanyi, mengiringi keceriaan mereka (photo by Yswito)
[/caption]

Lihat, kaki kecil itu melompat. Seakan turut menari dengan debur sang ombak dan arakan sang awan ikut mengiringi. Indah tersaji. Oh, aku rasakan senyum sang mentari dari sang petualang sejati.

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="saat senja menghantarkan keheningan, sendiri di sini mensyukuri hari yang telah terlewati (photo by Aryani L)"]

saat senja menghantarkan keheningan, sendiri di sini mensyukuri hari yang telah terlewati (photo by Aryani L)
saat senja menghantarkan keheningan, sendiri di sini mensyukuri hari yang telah terlewati (photo by Aryani L)
[/caption] Terdiam dalam hening. Mensyukuri nikmatNya yang tak terhenti. Meski dalam bayang senja menghampiri. Sang petualang mengajakku berimaji.

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="kerja keras tak terbatasi usia (photo by Dhanang Dhave)"]

kerja keras tak terbatasi usia (photo by Dhanang Dhave)
kerja keras tak terbatasi usia (photo by Dhanang Dhave)
[/caption] Berjuanglah, seakan hari tiada terhenti. Ya, sang petualang membisikkan ini. Kerasnya hidup bukan semata untuk diratapi, taklukan meski deraian keringat menyelimuti.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun