Mohon tunggu...
Hesdo Naraha
Hesdo Naraha Mohon Tunggu... Freelancer - Sharing for caring by "Louve" from deep Instuisi-Ku

God Is Good All The Time 💝

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Melihat Pola-pola Disruption dalam Perubahan Perilaku Manusia

28 Desember 2020   02:36 Diperbarui: 28 Desember 2020   03:14 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gambar 1) Perlahan komunikasi konvensional mulai ditinggalkan. Termasuk pelayanan kesehatan pun akan mengalami perubahan menuju: Telemedika.

Disruption dalam perilaku manusia Modern

Ketika saya bersama kakak yang ketiga bercerita tentang kehidupan sebagai mahasiwa, ternyata telah terjadi begitu banyak perubahan hampir diseluruh aspek kehidupan dalam konteks yang sama. Saya memasuki dunia perkuliahan pada tahun 2018 di Yogyakarta, Kakak saya menematkan studi S1-nya di Manado pada tahun 2007; kami bercerita secara langsung pada Februari 2020 saat saya pulang untuk liburan semester III. Walaupun konteks cerita kita ialah sama-sama membahas mengenai kehidupan masing-masing sebagai mahasiwa, nyatanya sedikit saja kesamaan yang kami jumpai, selebihnya adalah perbedaan yang bahkan tidak pernah dibayangkan olehnya.

Pada tahun-tahun sebelum 2010, ketika perusahaan Gojek belum beroperasi di Indonesia sebagai layanan transportasi ojek secara online; kehidupan mahasiswa dimasanya kakak saya masih bersifat manual, sebabnya perjalanan ke kampus harus ditempuh dengan berjalan kaki, untuk membeli makan harus mencari warung makan yang terdekat dengan kost, hampir semua kebutuhan akan mengutamakan mencari sumber yang terdekat. Sekarang kita bisa melihat dengan jelas perbedaan yang ada, saya tidak perlu bangun satu jam lebih awal untuk mempersiapkan diri ke kampus, karena cukup 30 menit sebelumnya saya bisa menggunakan jasa Gojek dengan tarif lebih murah, dengan fasilitas yang menjamin kecepatan, dan kenyamanan maka saya sudah bisa tiba dikampus tanpa takut terlambat.

Cerita yang lain dari seorang Pendeta di Gereja saya, beliau bercerita tentang jam makan malamnya sewaktu masih kuliah di lima belas tahun yang lalu, saat itu kami sedang makan bersama di salah satu tempat makan legendaris di Kota Jogja, yaitu Nasi Teri Gejayan. Dia bercerita biasanya jam makan malamnya adalah diatas pukul dua belas malam, karena kalau lebih awal akan lebih cepat lapar akibat energi yang habis terpakai untuk mengerjakan tugas kuliah, ketika keluar dia akan berjalan kaki karena seringnya jalanan sudah lebih sepi. Seminggu kemudian saya kembali makan disana, saya melihat rupanya Nasi Teri Gejayan juga dapat dipesan melalui layanan Go-food dari Gojek, saya lalu berencana dalam hati; ketika nanti lapar dan ingin makan, walaupun jaraknya jauh dari kosan saya, makanan ini bisa dipesan melalui Go-Food.

Cerita-cerita diatas adalah realita yang saya jumpai dalam kehidupan, dan itulah yang membuat saya semakin yakin bahwa Disruption juga berdampak pada perilaku manusia. Pada hakikatnya manusia mengalami perubahan karena dua hal: Sebagai proses evolusi (nature) dan Proses belajar (nurture). Izinkan saya menjelaskannya.

(Gambar 2) Media sosial menjadi salah satu bentuk nyata disruption benar-benar nyata.
(Gambar 2) Media sosial menjadi salah satu bentuk nyata disruption benar-benar nyata.

Disruption sebagai proses evolusi (nature) 

Istilah evolusi tentunya sudah tidak asing ditelinga kita, seringnya kita mendengar tentang evolusi manusia, tetapi saya tidak berniat membahas hal itu; sebab saya yakin anda semua sudah cukup paham mengenai persepektif Darwin yang sangat kontroversial tersebut. Evolusi dalam pandangan saya ialah sebuah proses perubahan secara alami yang disebabkan oleh adanya stimulasi alamiah, sehingga mahkluk hidup secara mandiri melakukan adaptasi untuk mencapai kesesuaian dengan kondisi yang dihadapi. Pola ini terjadi secara terus-menerus hingga tanpa disadari berdampak pada suatu perubahan sistem, yang membuat komponen didalamnya mengalami pembaharuan self dan komunitas dengan sendirinya.

Bagaimana caranya kita memahami hal ini?

Ingatkah anda pada saat pandemic Covid-19 mewabah pada satu bulan pertama di Indonesia, tepatnya bulan Maret – April, 2020. Pada saat itu kebutuhan masyarakat akan masker, dan hand sanitizer melonjak secara mendadak, sebagai pebisnis tentunya toko-toko farmasi memandang ini sebagai sebuah peluang untuk meraup keuntungan. Saya ingat betul, pada hari sabtu sore di minggu awal ketiga bulan maret, saat itu sepulang dari gereja, saya mampir untuk membeli obat FLU di salah satu toko, saat berada di sana saya mendapati harga masker medis mengalami kenaikan harga yang sangat luar biasa.

Waktu berjalan dengan sangat cepat, kini masker, dan hand sanitizer menjadi mudah ditemukan di mana saja. Sayangnya hal ini memunculkan masalah baru, yaitu: limbah medis tersebut menjadi meningkat. Dampaknya ialah pengelolan terhadap sampah menjadi sulit terkendali, akibatnya para aktivis lingkungan kembali mengakat masalah ini ke publik, dan menuntut agar masyarakat lebih bijak dalam mengelolah sampah medis yang dihasilkan.

Upaya yang paling tepat untuk menangani hal ini ialah, dengan mengurangi aktivitas diluar rumah sehingga kebutuhan akan masker menjadi lebih sedikit. Sepuluh bulan berlalu (desember, 2020) masyarakat menjadi lebih terbiasa untuk tetap berada dirumah, hal ini menunjukan bahwa environment yang adalah bagian dari nature atau alam kita, telah melakukan disruption bagi setiap kita yang hidup dimuka bumi ini. Secara tidak sadar kita telah mengalami proses evolusi dalam konsep berpikir kita, bahkan saya pun menjadi penasaran apakah seorang yang mencintai alam sebagai bentuk sifatnya yang bebas, pasca berbulan-bulan di rumah justru bisa mengalami perubahan perilaku? Semoga di lain kesempatan saya bisa membahasnya.

(Gambar 3) Pandemi telah membuat kami belajar banyak hal, termasuk perayaan Natal tahun ini harus mengikuti Ibadah Natal dengan Protokol kesehatan.
(Gambar 3) Pandemi telah membuat kami belajar banyak hal, termasuk perayaan Natal tahun ini harus mengikuti Ibadah Natal dengan Protokol kesehatan.

Disruption sebagai proses belajar (nurture) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun