Mohon tunggu...
Hery Tjandra
Hery Tjandra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa S2 Teologi

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Murtad Berdasarkan Eksegesis Ibrani

14 Oktober 2019   14:49 Diperbarui: 14 Oktober 2019   15:14 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

MURTAD BERDASARKAN EKSEGESIS IBRANI 3:12 DAN 6:6

Oleh Herry Tjandra

Pendahuluan

Perpindahan keyakinan seorang individu pada masa kini sudah dengan mudahnya sering terjadi. Orang yang berpindah keyakinan oleh pihak komunitas imannya yang lama sering disebut sebagai orang yang murtad. Pelabelan kata murtad ini menjadi suatu pergumulan secara iman bagi penganut agama Kristen karena di satu sisi mereka meyakini adanya kesetiaan dan kedaulatan Allah yang dapat memungkinkan seorang yang pernah meninggalkan keyakinannya semula pada suatu waktu sebelum ajalnya dapat saja memiliki kesadaran untuk menyadari kesalahannya dan kemudian berbalik untuk mempercayai keyakinannya yang semula.

Pergumulan akan pemahaman murtad ini penulis fokuskan untuk dijadikan suatu probelma dalam tulisan singkat ini dengan berupaya melakukan eksegese pada Ibrani 3: 12 dan 6:6. Adapun metode eksegese ini digunakan untuk menarik dari dalam atau inti pesan dalam suatu teks Kitab Suci dengan mempergunakan kaidah-kaidah baku tata bahasa dan latar belakang sejarah penulisannya untuk memperoleh suatu penafsiran yang menjelaskan penemuan akan kebenaran yang mampu untuk dipahami pada masa kini.

Konteks Ayat

Pembacaan Kitab Ibrani secara keseluruhan akan menemukan keberadaan kata murtad hanya terdapat pada 3:12 dan 6:6 saja. Pada 3:12 berbunyi: "Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup. Secara sepintas jika baca ayat ini maka pemahaman murtad itu berkaitan dengan hati yang jahat dan tidak percaya kepada Allah yang hidup. Secara khusus dalam bahasa aslinya Yunani Koine memakai kata aphistemi yang dapat diterjemahkan sebagai (go away =menyingkir,revolt= memberontak dan deserted= mengundurkan diri, abstain = tidak hadir/bersama).  Dari penjelasan dalam bahasa aslinya Yunani, kita dapat mengartikan murtad sebagai sikap pribadi yang bebas untuk hidup memberontak, mengundurkan diri, tidak bersama lagi dari Allah yang hidup. Hal ini dalam pengertian Kristen berarti orang tersebut posisinya ada diluar Kristus

Dave Hagelberg menafsirkan 3:12 dengan konteks sebelumnya sebagai dampak dari peringatan untuk tidak mengikuti ketidaksetiaan umat Israel seperti yang dilukiskan oleh Mazmur 95 di Meriba. Kata aphistemi yang berarti murtad seperti yang juga dipakai di Lukas 8:13 mempunyai arti: mundur atau meninggalkan (Lukas 1:38, 2:37; Kis. 12:10, 15:38 dan 19:9).  Selanjutnya ia memberi komentar bahwa:

Pemakaian istilah ini pada 3:12 tidak mempunyai maksud bahwa orang yang murtad itu akan dicampakkan dalam neraka, melainkan menerangkan bahwa kalau hati orang percaya menjadi jahat dan tidak beriman akan meninggalkan persekutuan sehari-hari dengan Allah yang hidup, tetapi ia masih menerima pengampunan yang kekal. Memang ia meninggalkan Allah, tetapi tidak dikatakan bahwa Allah meninggalkannya secara kekal!  

Dengan demikian pemakaian kata murtad yang berkonotasi sebagai orang terhilang keselamatan-nya tidak tepat, karena masih adanya faktor kesetiaan Tuhan yang memungkinkan orang yang mundur dan meninggalkan kepercayaannya semula dapat dimungkinkan beriman kembali sebelum ia wafat.

Selanjutnya kita melihat dari 6:6 yang berbunyi: namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum. Secara sepintas jika baca ayat ini maka pemahaman murtad itu berkaitan dengan ketetapan hati untuk tidak mungkin dibaharui, tidak mau bertobat, menghina Tuhan di depan umum. Sementara bahasa Yunani Koinenya memakai kata parapipto yang mengandung arti menyingkir, menyimpang dari jalan/ ajaran yang benar, menjauhi ibadah kepada Tuhan, dan melakukan penyesatan.  Dari penjelasan yang didapat dalam bahasa Yunaninya, murtad itu dimengerti sebagai pilihan sikap untuk menentang dan menjauhi ajaran sehat dan penyembahan pada Tuhan dengan pernyataan di depan umum yang membuat Anak Allah di hina.
Dave Hagelberg menafsirkan 6:6 sebagai bagian dari pembahasan yang terkait dengan ketidakdewasaan rohani mulai dari 5:11-6:20. Ia menjelaskan bahwa:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun