Mohon tunggu...
Hery Tjandra
Hery Tjandra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa S2 Teologi

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Anamnesis: Ingatlah akan Daku

19 April 2019   14:30 Diperbarui: 19 April 2019   14:36 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kata anamnesis diambil dari kata Yunani dalam Perjanjian Baru yang diterjemahkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia sebagai peringatan. Akan tetapi kata ini dapat diartikan sebagai suatu ingatan yang dalam bahasa Inggrisnya memakai kata memoria yang mempunyai arti mengenang akan hal-hal pada masa lalu yang memberi dampak kepada kehidupan di masa mendatang baik bagi seorang individu, sekelompok manusia dan pada akhirnya menjadi sebagai suatu ingatan kolektif bagi generasi selanjutnya. 

Dalam sejarah kehidupan manusia pemaknaan akan kata peringatan atau suatu memoria merupakan suatu hal yang secara natural ada dalam kebudayaan manusia. Hal ini dapat terungkap di dalam pepatah Indonesia yang sudah cukup dikenal oleh banyak orang yang berbunyi: "Harimau mati meninggalkan belangnya dan manusia mati meninggalkan namanya."

Hal ini berarti segala keberadaan manusia dalam kehidupannya akan ditentukan perhitungannya dari segala teladan hidup dalam pikiran, perkataan dan perbuatannya hingga menjelang ajalnya akan menjadi kenangan/ ingatan/ memoria bagi sesama dari generasi berikutnya. Hal ini kiranya menjadi perenungan bagi setiap manusia yang mencintai akan kebenaran atau kebijaksanaan untuk meninjau ulang akan keberadaan hidupnya masa kini. Sebab Plato pernah berkata,"Hidup yang tidak pernah diuji tidak layak untuk dijalani atau dihidupi. "

Dengan demikian sudahlah sewajarnya bila manusia yang mencintai akan kehidupannya tentu akan mencintai pula akan kebenaran dan kebijaksanaan dalam menjalani hidupnya melalui belajar untuk menguji, mengobservasi, melatih, dan menjalani kehidupan agar lebih bermakna dan menjadi berkat bagi sesama.

Dalam hidup yang bermakna dan menjadi berkat bagi sesama adalah baik kita mengingat kembali akan makna kata anamnesis bagi hidup kita. Kata anamnesis yang kita temukan ini berasal dari perkataan Yesus orang Nazaret yang menyampaikan pesan terakhirnya kepada para pengikut-Nya saat mengadakan perjamuan Paskah terakhir. Melalui kata anamnesis ini para pengikut-Nya atau semua manusia di dunia ini diajak merenung dan melihat kepada sosok seorang anak Manusia yang secara rela siap menerima dengan rela hati untuk menebus segala ketidakadilan, pengkhianatan, sikap permusuhan, fitnah, dan segala hal-hal yang buruk sebagai seorang yang benar dihadapan Tuhan yang harus menderita.

Hal ini Ia lakukan karena Ia mengasihi akan seluruh umat manusia dan ingin menjadi juru damai serta menjadi contoh teladan yang merindukan dunia agar ditebus oleh kasih universil yang mampu menghapuskan segala ambisi kotor, keangkuhan hidup, perseteruan, dendam, sikap manipulatif terhadap sesama, kebencian antar golongan kepada kehidupan penuh kasih persaudaraan yang universal tanpa dibatasi oleh tembok suku, keyakinan dan etnisitas.

Kata anamnesis ini pula ingin memperlihatkan kepada setiap manusia yang berkeinginan tulus untuk menjadi pemimpin sesamanya bukan dengan tangan besi, sikap manipulatif, sikap fanatis. egois, tidak menerima adanya perbedaan dengan sikap arif dalam mengalah dan ingin didengar maupun dilayani, melainkan menunjukkan bahwa seorang pemimpin itu harus menjadi pelayanan bagi sesamanya, menjadi pendengar bagi sesamanya, berbela rasa dengan sesama, bersikap terbuka/ liberatif/  memerdekakan dan tidak dengan mudahnya menggerakkan mafia-mafia terselubung, mengasihi dan berdoa bagi mereka yang membenci, membunuh dan menganiayanya.

Dialah teladan pemimpin yang keluar dari kota ketenaran ke bukit kematian demi menanggung segala ketidakadilan sosial, kebejatan moral pemimpin, kedurhakaaan manusia pada Tuhan dan mendamaikannya. Bukan seorang yang memimpin banyak orang-orang kepahitan dan bodoh dari tempat pelariannya untuk masuk ke dalam kota besar dan menghancurkan segala peradaban dan tata kota yang sudah mapan menjadi seorang demagog  dan pada akhirnya menimbulkan banyak perselisihan diantara para pengikutnya dari masa ke masa.

Dengan demikian kata anamnesis kiranya dapat mengingatkan kita bersama kembali untuk merenung dan memaknai akan kehidupan kita untuk menjadi arif dan mengenang seorang pemimpin agung yang tidak pernah membanggakan diri-Nya melainkan membuktikan karya-Nya bagi seluruh umat manusia.

Hal ini kiranya dapat memberikan juga makna banyak para pembaca agar terdorong mencintai hidup sesama meski berbeda dan menjaga kedamaian dengan rela berkorban dengan tidak mudah terperdaya untuk melakukan tindakan anarkis yang merusak hidup damai dan sejahtera di negeri Indonesia yang tercinta. 

Ephiphani, 19 April 2019 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun