Mohon tunggu...
Hery Susanto
Hery Susanto Mohon Tunggu... Guru - Pribadi

Menyatukan tulang yang berserakan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cerita Desa Wangkelang-KandangSerang, Pekalongan

26 Januari 2020   04:23 Diperbarui: 26 Januari 2020   04:38 1240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.google.com/maps/search/koordinat+wangkelang+kandangserang/@-7.1142642,109.4805529,12z?hl=id

Desa Wangkelang, Kec. Kandangserang, Kabupaten Pekalongan berada di daerah pegunungan bagian selatan dari Kabupaten Pekalongan. Desa ini merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Kandangserang. 

Jalan menuju Desa Wangkelang melewati hutan pinus dengan jalan yang berkelok-kelok di sisi pegunungan (Gunung Lumbung) sisi jalan merupakan tebing dan jurang. Desa Wangkelang terdiri dari 6 (enam) pedukuhan yaitu: 1) Dukuh Krajan, 2) Dukuh Kemlakalegi, 3) Dukuh Pelabuhan, 4) Dukuh Wangkelang, 5) Dukuh Pakisireng dan 6) Dukuh Wanasirana. Menurut cerita dari para sesepuh desa yang dikumpulkan penulis Desa Wangkelang dahulunya merupakan hutan belantara.

Masing-masing nama pedukuhan dan nama tempat-tempat tertentu tersebut memiliki cerita rakyat sendiri-sendiri, cerita yang berkembang dari mulut ke mulut sejak jaman penjajahan di masing-masing pedukuhan saling berhubungan antara dukuh yang satu dengan dukuh yang lain. 

Cerita ini merupakan warisan dari nenek moyang dan diwariskan turun temurun, tetapi generasi sekarang jarang yang mengerti cerita ini, untuk melestarikan budaya cerita, penulis berusaha mencari sumber cerita yaitu tokoh-tokoh sesepuh desa yang dapat digali informasinya. 

Informasi dari berbagai sumber ini dapat dijadikan acuan penulis dalam menyajikan cerita rakyat ini, namun penulis sendiri tidak dapat memastikan kebenaran cerita ini dan informasi yang penulis temukanpun ada beberapa versi. Berikut ini penulisi sajikan tulisan "Cerita Rakyat Desa Wangkelang".

1.  Asal Mula Nama Dukuh Pakisireng

          Dahulu kala di hutan belantara (sekarang sekitar Desa Wangkelang) terjadi peristiwa rebutan Putri Tanjung antara Bupati Sedayu dangan Bupati Luwuk (Bupati Sedayu berasal  dari Paninggaran dan Bupati Luwuk berasal dari Kajen). Kedua Bupati tersebut membuat kesepakatan untuk saling adu kekuatan di Sipedhut yang berada di hutan Sikebo  (sekarang hutan merupakan hutan lindung yang berada di dekat dukuh Pakisireng). Bupati Sedayu memiliki tangan kanan dalam peperangan (senopati perang) bernama Mbah Jata Sura dan memiliki senjata (aji-aji) berupa keris yang bernama Keris Sipedhut. Keris ini memiliki khasiat bagi siapa saja yang mempunyai niat jahat kepada pemilik Keris Sipedhut dia tidak akan dapat melihatnya. Akhir dari peperangan tersebut dimenangkan oleh Bupati Sedayu dari Paninggaran, tetapi Bupati Luwuk tidak bisa menerima kekalahannya. Untuk membuktikan kesaktia dirinya, Bupati Sedayu menciptakan batu yang amat besar dan batu tadi dirajut dengan akar. Melihat kesaktian Bupati Sedayu akhirnya Bupati Luwuk merasa miris dan mundur dari arena peperangan.

          Di akhir cerita peperangan dimenangkan oleh Bupati Sedayu, kemudian rombongan Bupati Sedayu meneruskan perjalanan pulang ke Paninggaran. Sebelum meneruskan perjalanan rombongan ini menetap agak lama di sekitar daerah ini, disaat istirahat ini rombongan Bupati Sedayu menemukan keanehan. Keanehannya ketika Bupati Sedayu iseng-iseng memetik daun pakis di sekitar tempat peristirahatan, seperti pada umumnya bahwa daun pakis yang dipetik akan mengeluarkan getah putih, betapa kagetnya Bupati Sedayu ketika daun pakis yang dipetiknya mengeluarkan getah hitam. Karena Bupati Sedayu menemukan keanehan di tempat ini, kemudian Bupati Sedayu meninggalkan sabda (ucapan) "Besuk jika jaman sudah makmur daerah (dukuh) ini berilah nama PAKISIRENG". Sampai sekarang dukuh ini bernama PAKISIRENG, oleh Pemerintah Desa Wangkelang dareah ini ditetapkan menjadi Dukuh PAKISIRENG dan ditetapkan  menjadi RW IV yang terdiri dari RT 08 dan RT 10.

2. Asal Mula Nama Dukuh Wanasirna

        Setelah istirahat dan mengucapkan sabda di daerah Pakisireng, kemudian rombongan Bupati Sedayu melanjutkan perjalanannya ke arah Timur masuk ke hutan belantara, tetapi hutan belantara ini sulit dilalui bahkan jalannya buntu. Rombongan Bupati Sedayu hanya berputar-putar di hutan belantara tersebut, karena kelelahan akibat jalan yang dilalui tersebut buntu kemudian Bupati Sedayu mengeluarkan sabda (ucapan) yang kedua kalinya, sabdanya "Besuk jika jaman sudah makmur daerah ini berilah nama WANASIRNA". Wanasirna berasal dari kata Wana (alas) dan sirna (hilang), sampai sekarang oleh Pemerintah Desa Wangkelang daerah yang dulunya hutan belantara ini ditetapkan menjadi Dukuh WANASIRNA dan ditetapkan menjadi RW IV yang terdiri dari RT 09.

3. Asal Mula Nama Dukuh Pelabuhan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun