Melawan Lupa Part - 3
 BABAK BARU BERSAMA TRIO "CENGKRONG GERANG"
(Sapar - Di'in - Caram)
Legenda "Cengkrong Gerang" tak bisa begitu saja terlupakan dari cerita mistis yang berkolaborasi dengan cerita nyata yang benar terjadi di kalangan  warga Panumbangan disaat detik detik menegangkan dalam rangka memperderas arus air perkawinan dua sungai disisi bukit timur Blok Setregel. Serta peperangan melawan sang "penunggu wilayah" oleh Trio "Cengkrong Gerang".
Ialah Sapar - Di'in - Caram, tiga orang yang dengan penuh keyakinan dan kemantapan jiwa sangat optimis bisa menyelesaikan pembangunan lapangan kebanggaan kami. Terjadilah kesepakatan antara warga (diwakili Kadus Bapak Sanusi) dengan Trio Sasak (kebetulan Sapar - Di'in - Caramberasal dari dukuh Sasak).Â
Pihak warga menyediakan uang Rp 5.000.000 sebagai kompensasi pekerjaan dan makan siang bagi mereka selama pekerjaan berlangsung serta untuk pekerjaan yang memerlukan banyak orang warga secara sukarela membantu.
Dimulailah pekerjaan besar itu, ritual kami lakukan dengan menyembelih ayam jago dan seperangkat masakan sebagai pelengkap nasi tumpeng sederhana sebagai tanda dimulainya pembangunan lapangan.Â
Malam sebelumnya Sapar mendatangi makam Mbah Dulladi yang berada disisi atas Madrasah An-Nur untuk berdo'a dan memohon ijin atas pekerjaan yang harus ia tanggung, hal ini didasari pada proyek-proyek besar dimasa lalu yang dikerjakan Mbah Dulladi selalu sukses (Sungai Sigundheng, Lapangan Sikobaran dll).
Pekerjaan dimulai dari sisi bendungan pertama, bendungan semangkin dikuatkan dengan batu-batu besar dengan rintangan balok-balok kayu, serta ditutup celah-celahnya dengan tanah yang digali dari bukit disebelahnya.Â
Saluran pembelokkan arus sungai diperlebar dan diperdalam, namun disebuah sisi saluran ada batu besar dengan posisi setengahnya ada diatas saluran. bila batu tersebut dipindahkan maka akan menutup saluran tersebut, hal ini terlihat dari posisi batu yang menggantung dan tak mungkin dipindahkan ketempat lain dikarenakan besarnya dan posisinya ada disamping bukit.
Dengan pengalaman membelah batu-batu besar di Kali Genteng Sapar dengan penuh semanggat optimis bisa mengatasi hal ini. Digalinya lubang di bawah batu besar tersebut untuk dijadikan tunggku sebagai tempat untuk meletakkan kayu bakar (salah satu teori memecahkan batu besar adalah dengan membakarnya).