Mohon tunggu...
Hery Susanto
Hery Susanto Mohon Tunggu... Guru - Pribadi

Menyatukan tulang yang berserakan

Selanjutnya

Tutup

Humor

Kawinnya 2 Sungai di Sisi Timur Blok Setregel

16 Januari 2020   09:57 Diperbarui: 16 Januari 2020   10:03 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melawan Lupa Part-2

KAWINNYA DUA SUNGAI DI SISI TIMUR BLOK SITREGEL

Lapangan Bola kami menyebutnya dengan Stadion Krida Muda Mandiri, tanah lapang kebanggaan kami. Ditempat ini kami melakukan banyak aktifitas. 

Proses panjang yang tak kenal lelah dan kata menyerah untuk mewujudkan sebuah tempat kami berolah raga dan aktifitas lainnya. Diawali tahun 1997 setelah kami menjuarai turnamen antar desa (Pordes Kecamatan Paninggaran) cabang sepak bola, generasi muda dan tua menginginkan lapangan bola yang lebih luas dari lapangan bola peninggalan leluhur kami. 

Lapangan "sikobaran" hasil jerih payah Mbah Dulladi yang saat itu di tahun 50an menjadi Kepala Desa Lambanggelun, membangun lapangan tersebut yang konon menggunakan "garu" yang ditarik dengan tenaga kerbau untuk meratakan. 

Sebetulnya lapangan bola sikobaran cukup luas dan memenuhi standart sebagai lapangan bola, namun saat orde baru sedang semangatnya mencerdaskan anak bangsa sepertiga lebih dari luas lapangan didirikan bangunan SD Inpres. 

Saat pendirian SD Inpres tersebut sebenarnya ada penolakan dari segenap pemuda yang tidak ingin tempat bermain dan berlatih bola terkurangi luasnya, akan tetapi siapa yang saat itu mampu mencegahnya.

Lama kami mencari tempat dimana bisa dibangun sebuah lapangan luas pengganti lapangan sikobaran tersebut. Akhirnya ditemukan tempat blok Sigundheng yang dulunya adalah sungai yang saat itu sudah mengering, oleh Mbah Dulladi sungai tersebut telah dipindahkan alirannya karena setiap kali musih penghujan sungai tersebut meluap dan menggenangi area persawahan. 

Dengan kecerdasannya aliran sungai yang memutar landai dan selalu meluap saat penghujan tiba dialihkan dan terbukti saat musim penghujan tiba aliran sungai tidak lagi meluap mengenangi area persawahan (maha karya Mbah Dulladi yang lain akan kami tulis dalam episode yang lain). 

Di atas sungai kering tersebut kami bergotong-royong meratakannya dengan menggali bukit disekitarnya agar rata seperti lapangan yang kami inginkan. Sudah ratusan hari tenaga telah kami lakukan, setelah kami ukur ternyata luasnya tidaklah sesuai dengan yang diharapkan. 

Sampai-sampai salah satu sahabat kami Munasir sudah berandai-andai dan bermimpi dengan apa yang kita lakukan dengan berkali-kali menyebut sebagai "Stadion Sigundheng".  Akhirnya lokasi tersebut kami tinggalkan dan oleh seorang warga dicetak menjadi beberapa petah sawah baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun