Mohon tunggu...
Hery Sinaga
Hery Sinaga Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil

-Penulis konten -saat ini sedang suka-sukanya menggeluti public speaking -Sedang menyelesaikan buku motivasi -karya novel : Keluargaku Rumahku (lagi pengajuan ke penerbit)

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Limbah Dapur Ternyata Menciptakan Sebuah Ekosistem Sosial dan Ekonomi

26 September 2021   17:17 Diperbarui: 27 September 2021   10:30 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi limbah dapur dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat dari segi sosial maupun ekonomi. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Di sela-sela waktu luangnya, dia meluangkan waktunya untuk beternak babi dengan harapan dari hasil beternak babi dia akan mendapatkan penghasilan tambahan yang cukup lumayan untuk membiayai kebutuhan mereka sehari-hari bersama neneknya dan saudaranya termasuk membiayai kebutuhan kuliahnya. 

Dari gajinya dia sisihkan untuk membeli seekor indukan yang sudah melahirkan 8 ekor anak babi.

Walaupun saat ini tersisa hanya tinggal 4 ekor lagi, 4 ekor anak babinya sudah dia jual beberapa bulan yang lalu karena dia lagi butuh duit untuk membayar uang kuliah untuk tahun ini sampai dengan tahun depan. Dari hasil penjualan anak babinya dia pakai untuk membayar uang kuliahnya.

Setiap sekali dalam 2 hari, selepas pulang kerja dia menitipkan 2 buah ember bekas cat berisi 50 kg yang dia bawa dari rumah disebuah warung bakso. 

Setiap kali sudah tiba waktunya dia menjemput ember berisi limbah dapur hasil dari sisa kuah bakso dan mie dari pelanggan warung tersebut, embernya selalu terisi penuh.

Hal yang sama juga dialami oleh orang lain yang juga punya ternak babi yang menitipkkan ember penampung limbah dapur ditempat yang sama dengan Evi Togatorop menitipkan ember untuk penampungan limbah sisa makanan untuk pakan ternak babi. Embernya juga selalu penuh dengan limbah dapur hasil dari sisa makanan bakso dan mie ayam bakso yang dijajakan.

Dengan bermodalkan sepeda motor yang sudah dilengkapi dengan kerangka besi tempat dudukan ember berisi limbah dapur tadi, dia mengangkutnya untuk diberikan kepada ternaknya di daerah Bahal Batu yang hanya berjarak tempuh sekitar 30 menit.

Dari cerita ini, terpotret jalinan sebuah ekosistem sosial yaitu simbiosis mutualisme dimana adanya keuntungan atau manfaat yang diterima oleh masing-masing pihak, yaitu Evi dalam hal ini sebagai peternak yang menitipkan embernya di warung bakso mendapatkan keuntungan ekonomis untuk pakan ternak babinya. 

Sementara pemilik warung bakso terbantu dalam hal sirkulasi limbah dapur yang dihasilkan tidak menjadi beban lingkungan sekitarnya karena dapat terkelola dengan baik dengan dimanfaatkan sebagai pakan ternak tanpa dibuat pusing memikirkan kemana harus dia membuang limbah dapurnya.

Tentunya ada kohesivitas diantara keduanya karena sebelum terjadi keadaan saat ini, pasti dimulai dengan komunikasi meminta ijin dari Evi togatorop kepada pemilik warung agar bersedia memberikan limbah dapurnya untuk dapat dia tampung setiap harinya.

Cerita dari Evi Togatorop, tidak menutup kemungkinan menjadi pemicu lahirnya ide kreatif dimana setiap rumah tangga dalam lingkup RT/RW membuat sebuah wadah penampungan limbah dapur yang nantinya akan disalurkan kepada peternak babi maupun peternak lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun