Mohon tunggu...
Hery Sinaga
Hery Sinaga Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil

-Penulis konten -saat ini sedang suka-sukanya menggeluti public speaking -Sedang menyelesaikan buku motivasi -karya novel : Keluargaku Rumahku (lagi pengajuan ke penerbit)

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mudarat Overthinking karena Terjebak dalam Labirin Pikiran

25 Maret 2021   16:17 Diperbarui: 25 Maret 2021   16:35 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari freepik.com

Pernahkah mengalami situasi dimana anda terlalu pusing memikirkan sesuatu sampai-sampai membuat syaraf otak anda hampir putus?

Atau bahkan membuat anda hampir stres dan lama-lama merasa seperti orang gila dan pada akhirnya bisa mengganggu aktivitas tidur anda?

Ketika anda mengalami situasi itu, berarti anda sedang mengalami apa yang dinamakan dengan istilah "Overthinking".

Berpikir tidak sesuai dengan porsinya atau tidak berpikir sesuai dengan kemampuan otak berpikir kita.

Menurut Burn, tahun 1991, pengertian dari overthinking adalah distorsi kognitif pada manusia, khususnya pada proses berpikir yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

Sementara menurut Helmond -- 2014, menjelaskan bahwa overthinking adalah salah satu distorsi kognitif mengenai perilaku atau kebiasaan yang bermasalah.

Merujuk dari pengertian dari 2 orang ahli diatas disimpulkan bahwa overthinking adalah salah satu gejala kognitif manusia yang memiliki lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya bagi manusia itu sendiri terlebih dalam hal kesehatan tubuh, jiwa dan mental.

Banyak indikator yang membuat seseorang itu mengalami "overthinking".

Seseorang yang dilanda situasi berpikir terlalu berlebih atau overthinking, bisa disebabkan oleh standar yang mereka tetapkan akan sesuatu itu terlalu tinggi atau bisa dikatakan seorang pribadi yang menuntut segala sesuatu itu harus perpeksionis.

Ketika standard yang terlalu tinggi dan perpeksionis itu dituntut harus bisa tercapai, akan berpotensi menimbulkan gesekan-gesekan kecil dalam dirinya yang membuat otak berpikirnya tidak lagi biasa-biasa saja namun harus bisa berpikir lebih ekstra lagi hingga akhirnya semuanya sempurna dan baik adanya.

Belum lagi banyak pertimbangan yang berkelindan dalam pikiran ketika mengambil suatu keputusan, pertanyaan "bagaimana jika" akan kerap muncul dalam pikiran yang lama kelamaan tak terkendali membuat pikiran liar berkuasa di dalam otak berpikirnya sehingga pusing untuk mengambil keputusan yang tepat. Contohnya, ketika ingin melakukan sesuatu, bukannya fokus pada tindakan apa yang akan dilakukan, melainkan fokus kepada konsekuensi apa nantinya yang akan muncul dari perbuatan atau tindakan yang dia lakukan.

Belum lagi rasa khawatir yang terlalu besar dalam diri anda juga turut andil dalam membuat anda itu bisa mengalami situasi overthinking. Belum apa-apa sudah merasa khawatir. Bagaimana mungkin kita tahu dalamnya lautan kalau tidak kita selami. Namun rasa khawatir yang sangat besar sehingga membutakan akal sehat kita, sehingga kita hanya terfokus pada pikiran-pikiran negatif yang belum tentu itu sebenarnya terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun