Mohon tunggu...
Heriyandi Sihombing
Heriyandi Sihombing Mohon Tunggu... Freelancer - cynical writer

hmmm

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Calm Water" dan Kemanusiaan

23 Februari 2018   23:00 Diperbarui: 11 Juni 2019   02:32 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"She built a fire, abandoned all desire and she wandered, as she pondered "oh i am childless, i am cold" yang artinya.  Wanita itu menyalakan api, meninggalkan semua keinginan dan dia mengembara sambil merenung. "Anakku sudah mati. Aku sangat kedinginan"

Penggalan lirik yang "ngena" tersebut diciptakan oleh musisi asal Bandung, Haikal Azizi alias Bin Idris. Dia juga salah satu Frontman band Psychedelic Rock Sigmun, yang juga berasal dari Bandung.

Tapi bukan itu yang mau saya telusuri lebih jauh. Yang mau saya telusuri adalah bagaimana kita mencerna dan memahami suatu makna dari lagu milik Bin Idris yang berjudul "Calm Water" dan apa hubungannya dengan kemanusiaan.

Musibah tentu menjadi hal yang "biasa" bagi semua makhluk hidup. SHIT REALLY DOES HAPPEN, begitu kata makhluk hidup bernama Manusia. Bagi makhluk hidup yang bernama hewan mungkin ditangkap, tempat tinggalnya dihancurkan, diburu ilegal, dibunuh, dimakan dsb. Bagi makhluk hidup yang bernama tanaman mungkin ditebang, dibakar, dsb.

Bagi manusia sendiri, suatu musibah mungkin bisa ditafsirkan sebagai suatu kehilangan, kehancuran, kemalangan dan paling sering yaitu kematian. Yang paling sering kita dengar sekarang di berbagai media adalah, perang yang membunuh manusia lainnya yang mengatasnamakan keyakinan. Segar masih diingatan kita, bagaimana Teror di kota-kota besar Eropa seperti Paris, Manchester, London, Brussels, dan Berlin. Pembantaian di negara Palestina, Rohingya, dan berbagai negara-negara di Timur Tengah. Konflik tiada berkesudahan, sehabis ini muncul ini. Apakah penglihatan/mata orang-orang ketika sedang melaksanakan "Misi" pembantaian manusia lainnya tersebut sudah benar-benar tidak bisa melihat ada lagi empati ? Pertanyaan mustahil dan absurd tersebut tentu tidak akan bisa dijawab.

Ketika sang Ibu sedang asyik berjalan-jalan ditengah kota dengan anaknya. Tiba-tiba berlari pelaku teror bom ke tempat penting disekitar situ hendak mengebom tempat tersebut, tempat itu meledak. Seketika itu juga, sang Ibu dan anak terkena bom dan terlempar. Sang ibu sekarat, samar-samar ia melihat anaknya sudah tidak bernapas lagi.

Ketika sang ibu juga sedang berbelanja dengan anaknya yang di kota yang penuh konflik. Dia memegang erat anaknya tersebut agar tidak lari ketakutan ketika mendengar letusan senjata ataupun ledakan bom disekitar situ. Sebuah roket telah diluncurkan dan mengenai mereka, tidak berdaya sang Ibu berlari untuk melihat sang anak apakah masih hidup atau tidak. Dan ditemukan jantungnya tidak lagi berdetak.

Mungkin inilah maksud Bin Idris menciptakan lagu "Calm Water", dia ingin mengingatkan kepada seluruh warga dunia. Bahwasanya konflik dari level serius sampai tidak serius pun menelan korban-korban yang tidak berdosa dan harus tumpah darahnya di tanah yang bahkan tidak dijanjikan oleh seorang Tuhan pun. Anak dan Ibu, saling meninggalkan. Anak meninggalkan Ibu dan pergi lagi ketempat dia diciptakan terlebih dahulu oleh Tuhan, sedangkan Ibu meninggalkan anak dan pergi ketempat yang bernama "Keputus-asaan"

Sesungguhnya, rasa Kemanusiaan pada zaman ini "sebagian" (saya beri tanda kutip) sudahlah mati. Diikuti oleh proses pencucian otak melalui "Media Sosial", seakan-akan manusia sekarang berlomba-lomba ingin menjadi orang hebat, tetapi melupakan kewajibannya dengan membantu manusia lainnya. Adanya suatu musibah, maka cukup memberi tagar diberbagai media sosial sudah dianggap memberi kontribusi sebagai "Kemanusiaan". Tidak melihat situasi yang ada dilapangan tetapi mengklaim dirinya sudah mengalami situasi yang sama. Bisa dibilang, hanya memberi perdebatan tetapi tidak bisa memberikan solusi yang berarti.

Pentingnya kita harus merestore rasa Kemanusiaan kita kembali. Ketahuilah, bahwasanya Bin Idris menciptakan lagu tersebut bukan tanpa alasan. Dia melihat seperti inilah situasi ketika korban tidak berdosa terkena suatu musibah dan tidak ada yang peduli dan juga tidak adanya sebuah uluran tangan. Jangan biarkan sikap apatisme sudah menjalar sebagai virus didalam jiwa. Kurangi perdebatan yang tidak berarti, lindungi manusia lainnya yang kita sayangi, ulurkan tangan untuk bantuan saudara-saudara kita lainnya.

Akhir kata, kita sangatlah berterima kasih kepada seorang Bin Idris karena dengan lagunya kita bisa dapat "mengamati" bagaimana kondisi dimedan perang yang sangat mencekam. Semoga dengan adanya lagu ini, semakin mengurangi keinginan untuk menurunkan intensitas suatu konflik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun