Mohon tunggu...
Herry Febriyantsiana
Herry Febriyantsiana Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja seni

Mengejar matahari

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mendaki Bukit Cinta

29 Mei 2016   04:35 Diperbarui: 29 Mei 2016   07:55 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ku daki malam pada manusia lalu lalang
ku lihat tanpa sedikitpun bimbang
mereka memalingkan senyuman
kata cinta merebak diangkasa luas
menghanyutkan arakan mega-mega
mengaburkan kerlipan bintang-bintang
lencana dan agungnya dirgantara
namun disini,, berdiri aku dalam keraguan

Tak mengerti dan terus bertanya
apakah segunung cinta
lebih manis dari setitik ampunanNYA
dan apakah bahagia terwujud setelah memiliki
dan apakah seorang kasih hanya untuk bersanding
pabila mempersandingkan permaisuri
nan cantik jelita...........

Dan tanya itu membawaku ke goa sunyi
lorong pekat penuh lembab
serta dindingnya beralief dusta
penuh tipu daya
tiap simpanganya menyesatkan pengelana
aku ikuti setitk cahaya
dan ku jumpai jawab di ujungnya

Aku bertanya lantang "oh apakah cinta itu"
ku lihat sepasang manusia beralas mesra
sang gadis tertawa mengikik
sang pria tertawa panaaas
sahutnya "cinta adalah hari ini"
yang tergantikan oleh hari esok
dia adalah kesenangan yang mengebu-gebu
birahi yg terpuaskan
nikmat yang tiada bandingnya
Aku tercenung ,dan terus termenung
jika cinta adalah pesta pora
lalu apakah cinta bagi si malang
oh betapa takdir cintanya penuh luka

Aku berpaling dari mereka yg mencemooh rasa
lalu aku pergi ke goa lain penuh teka teki
ku ikuti suara merdu ,tawa dan syahdu
walau gelap gulita suara itu menuntunku pasti
dan akhirnya kulihat panggung megah nan kokoh
dipenuhi penyair dan pujangga sepanjang masa

Dadaku serasa berontak
aku berseru dengan nada lantang sedikit serak
"wahai apakah cinta itu??? "
seorang pujangga menoleh berdiri
dan menyahut nadaku serta bersyair
cinta adalah roman tanpa batas
inspirasi yang tak kan pernah mati
bara api yang tak kan pernah padam
yg geloranya membuat remuk redam
tapi bagai kecanduan dan akan terus menyerap
membuat diri serasa terbang
menuju mentari yang menyala perkasa
sekali lagi,keraguan menyelinap dan membisik
apakah begitu,sebab kulihat nyalanya redup
menyikapi jalinan pernikahan nan suci
gairah sejoli telah berakhir episodenya
tapi tak memupus ikatanya
namun tetap disebutnya cinta
walau madunya habis.....
sang kumbang masih hinggap diatas kembang

Aku melangkah tak puas
dan berjalan tak tau kemana tujuanya
kususuri goa berliku
begitu dalam dan panjang jalanya
begitu gelap pekat lorongnya
dan pada satu ruanganya
ku lihat seorang pengemis tua mengharap derma
dia berkata "berikan milikmu yang terbaik,
dan kusampaikan kedermawananmu
aku sebenarnya ragu
namun kakiku lelah mencari jawab
ku ulurkan sebongkah batu permata
sambil bertanya " wahai apakah cinta itu"

si pengemis diam dengan khusyu menjawab
cinta adalah menghamba tanpa bertanya
ketaatan tanpa memerlukan jawaban
kau memuja, dan menjadi budak suka rela
kata2 cinta adalah perintah tanpa terbantah
aku tertunduk dan terus berfikir
jika cinta adalah penghambaan
lalu apakah cinta ILAHI..?
Dia menurunkan hujan
dan lebih agung dari apapun juga
Dia memberikan rizki
kepada orang durjana sekalipun
Dia yang mencintai makhluk-Nya
dan tak memerlukan apapun dari makhlukNya

Aku merasa rugi
atas permata yang terbuang percuma
Ini bukanlah kebijaksanaan
melainkan kedunguan!
cinta si pengemis
selamanya menjadikan dirinya pengemis
mengiba dan mengharap sejumput kasih
Jika ini dinamakan cinta,
maka terkutuklah kata cinta.........
Aku muak atas pencarian ini
lalu memutuskan keluar
goa tua tak lagi mengurungku
dan bau laut seakan memanggilku
Ini adalah aroma kebebasan yang menarik
Dan seperti cerita lama
aku berlayar menuju samudera berombak
Angin kencang membantu lajuku
dan kapalku menuju horizon di tapal batas
Mencari dunia baru untuk ditaklukkan
Di ujung dek aku berteriak penuh kegembiraan
Walau kegembiraan itu
kadang dibayar oleh rasa hampa di lautan
Oh, tahun-tahun berselang
musim-musim berganti datang
tiap Waktu penuh dengan kenangan
yang mengandung duka dan suka
Namun, pada suatu hari yang mengejutkan
Badai datang menenggelamkan apa yg tersisa
Aku lihat puing-puing yang karam
Sementara aku hanyut
ditemani tonggak yang terombang-ambing
Entah mengantarkanku ke mana

Di suatu tempat, saat aku membuka mataku
terasa pasir lembut yang harum baunya
riak ombak bermain-main di sekujur tubuh
Apakah ini tanah orang- orang mati
ataukah aku masih hidup?
Oh, betapa hausnya aku…
seteguk air akan mengobatiku
Dan, aku lihat sesosok datang mendekat
Sorot matanya menatapku lekat
Lalu menuangkan seteguk air pada bibirku
Pandanganku terasa kabur
dan dunia terasa berputar begitu cepat
Aku berharap dia adalah malaikat tak bersayap
yang memberikan jawab
Aku merasa maut sebentar lagi menjemput
Jadi tak ada salahnya jika bertanya
Setelah sekian lama
sekali lagi aku bertanya, “Wahai, apakah itu cinta?”

Dia termangu,dan hanya tersenyum
Untuk menenangkan jiwaku yang sekarat
dia menatapku lembut
Dan kata-kata bagai menetes dari mulutnya
Kata2 serasa madu yang manisnya teringat selalu
ujarnya,,,Cinta bukanlah benda untuk dimiliki
Tetapi tindakan untuk diperjuangkan
Cinta adalah kebaikan tanpa imbalan
Pernahkah mentari bertanya padamu
atas sinarnya yang terang
Dan pernahkah pepohonan
meminta jawaban atas keteduhannya
Jika kau memberikan segelas air pada orang asing,
dan dia tak berhutang padamu apapun
Itulah cinta.
bagaikan petani, kau menanam benihnya
Lalu orang lain memakan buahnya
menghilangkan rasa laparnya
tetap ingatlah, cinta adalah pilihan hatimu
bukan keterpaksaan dari rasa takut
Sebab cinta tak pernah
membuatmu merasa kehilangan
dia terus membuat hatimu merasa kaya
namun, sungguh dunia telah tercerai berai
dan manusia menjadi tersesat oleh makna cinta
tergelincir keserakahan
cinta menjadi memabukkan
Untuk memiliki, bukannya memberikan
Untuk menguasai, bukannya mengasihi
Jika cinta tinggalah nafsu diri belaka
yang tersisa hanyalah kerusakan semata
tiada peduli sesama
semuanya mengagungkan diri jua
Orang menamakannya cinta
tapi itu hanyalah ucapan belaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun