Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Dari Beberapa Kalkulasi, Ahok Diprediksikan Memenangkan Pilkada DKI

18 April 2017   11:03 Diperbarui: 18 April 2017   11:43 1717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: vidio.com

Besok Rabu (19/04) adalah saat yang menentukan di Pilkada DKI Jakarta: masih gubernur lama atau baru. Peluang antara Ahok dan Anies masih 50:50, sulit untuk menebak siapa yang menjadi pemenangnya. Beberapa lembaga survey tidak padu hasilnya, ada yang memenangkan Ahok begitu sebaliknya. Demikian dengan kedua kubu sama-sama mengklaim menjadi pemenangnya.

Menebak-nebak siapa yang menjadi pemenangnya perlu kejelian sendiri. Semua orang pasti punya pendapatnya sendiri, bisa tepat bahkan tak jarang meleset. Melalui tulisan ini saya mencoba meraba-raba siapa yang akan menjadi pemenangnya. Ini adalah sekedar opini pribadi, mencoba menebak yang belum terjadi yang selanjutkan akan terjadi. Kemungkinan hanya dua: Ahok atau Anies, itu saja.

Dengan berbagai kalkukasi, menganalisa data dan informasi yang ada, serta psikologi para pemilih, saya menebak bahwa Ahoklah yang akan menjadi pemenangnya. Saya punya alasan tersendiri dan itu bisa diperdebatkan. Tidaklah masalah, ini sekedar opini. Setuju atau tidak uraian ini, silahkan berbalas dengan opini juga sehingga bisa saling melengkapi.

Kita sudah mengetahui bahwa karakteristik warga metropolitan –sebagian besar- adalah berpandangan rasional dan modern. Hal ini tidak lepas dari sumber informasi (baca: media massa) ada di Jakarta. Pendekatan berdasarkan SARA bukan menjadi sandaran utama, lebih kepada program dan kinerja. Pada pemilu 2005 PKS pun pernah jadi juara di DKI (18 kursi dari 75 kursi/ 24 persen) karena pada waktu itu partai ini dikesankan bersih dan komitmen memberantas korupsi. Sederhananya untuk mengambil hati warga Jakarta harus ditunjukkan secara rasional bukan dengan pendekatan emosional.

Dalam Pilkada DKI ini adalah bagaimana merebut hati rakyat dengan pertarungan politik yang bermain kesan tidak berdasarkan realitas. Semua berlomba menyuguhkan kelebihannya dan “menyembunyikan” kekurangan. Suatu hal yang wajar dalam siasat berpolitik menawarkan yang terbaik, posisi rakyat cukup terhormat menjadi hakim untuk menentukan kemenangan. Setiap pilihan tentu ada dasar dan pertimbangan baik berdasarkan rasional ataupun emosional.  

Kerja Ahok nyata. Tidaklah dipungkiri apa yang Ahok lakukan membuahkan hasil yang nyata. Birokrasi semakin transparan dan akuntabel, ASN (Aparatur Sipil Negara) sudah berorientasi pada kinerja dan pelayanan, rakyat miskin dibantu dengan KJP dan KJS sehinga urusan pendidikan dan kesehatan bisa gratis. Prestasi Ahok lainnya adalah mampu melawan para oknum yang berpotensi korupsi dan kolusi. Dan semua itu disenangi masyarakat yang selama ini diinginkannya. Memang tidak semua bisa dibereskan dan itu memang perlu proses.

Dukungan dari NU. Dukungan dari NU jelas berpengaruh cukup signifikan mengingat jumlahnya yang cukup besar. Dukungan jelas ditunjukkan dengan PKB DKI Jakarta, serta dukungan GP Ansor. Dukungan warga NU ini cukup membantu terutama limpahan dari suara Agus-Silvy yang gugur pada putaran 1 lalu yang –saat itu- PKB berada di belakangnya. NU jelas lebih nyaman dengan Ahok walaupun non muslim sebab lebih kesamaan soal kebangsaan. Selain itu NU masih “trauma” dengan perjalanan politik bersama Islam modernis.

Di masa lampau yang NU pada akhirnya keluar dari Masyumi karena merasa dipinggirkan kaum Islam Modernis. Demikian pula pada awal orde baru yang mengharuskan partai Islam berfusi menjadi PPP pada akhirnya kalangan NU juga terpinggirkan walaupun punya “saham” yang besar didalamnya. NU jelas “alergi” dengan kubu Anies yang didukung oleh ormas Islam “garis keras” seperti FPI. Jelas mereka tidak akur sebab berbeda “gaya” dalam memandang kelompok yang berlainan (baca: minoritas). NU bisa “lunak” dan fleksibel sedangkan FPI cenderung “keras”. Massa nahdliyin juga semakin solid dengan dukungan PPP dari dua kubu (Djan Faridz dan Romahurmuziy) pada pihak Ahok.

Paparan program Anies-Sandi kurang menggigit. Sudah kita ketahui bahwa Ahok lebih menekankan program dan kinerja, hasilnya pun nyata. Dan sayangnya dari Anies dan Sandi dalam “menyerang” Ahok tidak menawarkan program yang lebih baik dan terkesan sebagai wacana. Dalam debat terakhir KPUD kita bisa lihat bagaimana Anies tergagap menjelaskan DP 0% bagi rumah tinggal. Tidak dijelaskan secara detail apakah itu rumah tapak atau susun, belum lagi masalah  anggaran untuk menutupi DP itu. Publik masih belum jelas konsep itu, maka tidak heran bila ada lelucon dan sindiran yang berupa meme di media sosial.

Harusnya Anies-Sandi bisa memberikan solusi yang “wah” sehingga membuat publik terkagum. Misalkan saja ketika terpilih Anies akan meneruskan pembersihan sungai, dan kanal yang ada. Setelah bersih nantinya akan disediakan transportasi air yang bisa membantu transportasi darat, bukankah itu keren namanya yang akan bisa mengurai kemacetan. Publik pun akan bisa menerima karena itu masuk akal, dan itu bisa untuk menghantam Ahok dengan progam yang lebih baik dan solutif. Dan Ahok pun akan tekesima karena tidak terpikirkan sebelumnya.

Anies salah perhitungan dengan isu penggusuran. Sedari awal Ahok akan menggusur daerah kawasan banjir untuk normalisasi sungai. Solusi yang ditawarkan cukup bijak yaitu relokasi ke rumah susun yang disediakan Pemprov DKI. Karena cara Ahok yang kurang baik dalam komunikasi maka maksud baik itu mendapat perlawanan warga. Seakan tak perduli Ahok malah mengatakan lebih baik “mengorbankan” 2 ribu orang untuk kepentingan 10 juta orang. Sikap Ahok cukup realistis, ia bisa jasa kehilangan 2 ribu suara tapi akan dapat limpahan jutaan suara yang diuntungkan kebijakan Ahok itu, banjir akan bisa diatasi. Upaya Ahok adalah mengatasi masalah bukan beradaptasi dengan masalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun