Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kampung Warna Warni, Pola Pembangunan Wisata dari Bawah yang Tidak Bengis

29 Oktober 2016   10:26 Diperbarui: 22 Desember 2016   11:29 3276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
DEPAN. Tampak Kampung Warna Warni dilihat dari jembatan. Ditempat ini biasanya pengunjung melakukan selfie. Dok Pribadi

BERBENAH. Kampung Tridi yang dikembangkan sebagai perluasan kesuksesan Kampung Warna Warni dengan sedikit berbeda konsep. Dok pribadi
BERBENAH. Kampung Tridi yang dikembangkan sebagai perluasan kesuksesan Kampung Warna Warni dengan sedikit berbeda konsep. Dok pribadi
DEPAN. Memasuki kampung yang akan disuguhi berbagai gambar 3D. Dok pribadi
DEPAN. Memasuki kampung yang akan disuguhi berbagai gambar 3D. Dok pribadi
BERAKSI. Beberapa gambar 3D di dinding warga, siap diabadikan pengunjung. Dok pribadi
BERAKSI. Beberapa gambar 3D di dinding warga, siap diabadikan pengunjung. Dok pribadi
Perlu pengembangan, terutama masalah parkir 

Sejak awal memang KWJ ini tidak diperuntukkan untuk destinasi wisata. Namum pada kenyataannya ketika para pengunjung yang begitu membludak maka mau tidak mau dikondisikan menjadi kawasan wisata yang mengalir secara alamiah. Pengunjung pun banyak pula berasal dari luar kota. Malang memang daerah wisata maka kebanyakan yang mengunjungi Malang dan sekitarnya (Batu, Kabupaten Malang) akan berusaha mengunjungi kampung warna warni ini.

Permasalahan yang sering timbul adalah kurangnya lahan parkir bagi kendaraan pengunjung. Jika pengunjung ramai terkadang pula trotoar harus dikorbankan menjadi tempat parkir. Jika sepeda motor akan bisa dicarikan solusinya dengan parkir di lahan pertokoan yang tidak jauh dari kampung ini. Namun bagi bis dari luar kota yang membawa rombongan banyak ini akan mengalami kesulitan untuk tempat parkirnya. Andaipun ada harus parkir cukup jauh.

STRATEGIS. Kedua kampung tersebut berada tidak jauh dari pusat kota Malang. Dari stasiun Malang pun cukup dekat, bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Di sekitar Jalan Panglima Sudirman ada beberapa lahan luas kosong, bisa juga dipergunakan sebagai lahan parkir terutama bagi bis. Diolah dari Google Map
STRATEGIS. Kedua kampung tersebut berada tidak jauh dari pusat kota Malang. Dari stasiun Malang pun cukup dekat, bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Di sekitar Jalan Panglima Sudirman ada beberapa lahan luas kosong, bisa juga dipergunakan sebagai lahan parkir terutama bagi bis. Diolah dari Google Map
Pemerintah kota sepertinya harus turun tangan mengatasi masalah perparkiran ini. Jika memang diniatkan akan menjadi kawasan wisata maka infrastuktrur harus dipersiapkan (by design). Bis wisata dari luar kota akan banyak berdatangan untuk mengantarkan rombongan, apalagi bila jumlahnya banyak. Jalan keluar sebenarnya bisa diupayakan dengan menggunakan lahan kosong yang tidak jauh dari kampung itu. Lahan kosong tersebut memang berada di kawasan militer, entah itu milik TNI atau PT KAI ataupun pihak lainnya.

Terlepas dari itu semua jika memang itu milik TNI, pemkot bisa berkoordinasi secara intensif. Bisa pula dengan pola bagi hasil ataupun apa namanya, masalah perparkiran harus segera diatasi. Jika tidak maka akan merembet masalah lainnya: kemacetan lalu lintas. Aspek peraturan ataupun tupoksi TNI dapat dibicarakan lebih lanjut tanpa ada sesuatu yang dilanggar. Karena ini berhubungan dengan kepentingan yang lebih luas yang ujung-ujungnya demi kemakmuran rakyat.

PARKIR SEMPIT. Lahan parkir bagi pengunjung sangat terbatas, dalam beberapa situasi memakan area trotoar. Pemerintah kota diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut demi kenyamanan pengunjung dan tidak menggangu pegendara kendaraan yang lain. Dok pribadi
PARKIR SEMPIT. Lahan parkir bagi pengunjung sangat terbatas, dalam beberapa situasi memakan area trotoar. Pemerintah kota diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut demi kenyamanan pengunjung dan tidak menggangu pegendara kendaraan yang lain. Dok pribadi
LAHAN TIDUR. Beberapa kawasan di Jalan Panglima Sudirman terdapat lahan yang tidak terpakai. Bisa dimanfaatkan untuk tempat parkir bis, tinggal koordinasi intensif dengan pemilih lahan. Dok pribadi
LAHAN TIDUR. Beberapa kawasan di Jalan Panglima Sudirman terdapat lahan yang tidak terpakai. Bisa dimanfaatkan untuk tempat parkir bis, tinggal koordinasi intensif dengan pemilih lahan. Dok pribadi
Pembangunan yang tidak bengis

Adanya KWJ yang kemudian dapat menjadi destinasi wisata merupakan suatu sisi lain dari pembangunan yang berdampak positif. Tidak ada kegaduhan ataupun penolakan warga. Inilah suatu pola pembangunan yang ideal di mana semua pihak tidak ada yang dikorbankan. Warga pun senang rumahnya di cat sehingga menjadi menjadi bagus dan rapi. Pihak perusahaan cat pun dapat menyalurkan dana CSR dengan tepat sasaran, dari mahasiswa pun dapat mengaplikasikan ilmunya secara nyata tidak sekedar mempelajari teori di bangku kuliah saja.

Semua pihak terkait: pemerintah, masyarakat, swasta, kampus (mahasiswa, akademisi) mempunyai fungsinya sendiri dan mereka dalam beraktivitas tidak dapat berjalan sendiri. Untuk itu diperlukan sinergi semua kalangan untuk dapat saling mengisi dan berkontribusi sesuai fungsinya masing-masing. Dan KWJ ini menjadi suatu bukti adanya saling keterkaitan itu. Dan hasilnya ternyata melebihi dari yang diharapkan, yang awalnya mengubah kampung kumuh menjadi daerah wisata dan mampu meningkatkan pendapatan warga. Suatu “bonus” yang tidak disangka-sangka sekedar menilai fenomena KWJ ini. Dalam situasi dan kondisi yang berbeda kampung ini layak menjadi proyek percontohan (pilot project) di tempat lain atau dalam bidang yang berbeda.

DUA KAMPUNG. Sisi kiri sungai Brantas adalah Kampung Warna Warni Jodipan (KWJ), sisi kanannya adalah Kampung Tridi Kesatrian yang menyusul kesuksesan KWJ. Tampak pula jembatan yang di cat warna warni untuk menyelaraskan kedua kampung. Dok pribadi
DUA KAMPUNG. Sisi kiri sungai Brantas adalah Kampung Warna Warni Jodipan (KWJ), sisi kanannya adalah Kampung Tridi Kesatrian yang menyusul kesuksesan KWJ. Tampak pula jembatan yang di cat warna warni untuk menyelaraskan kedua kampung. Dok pribadi
Model pembangunan seperti ini yang kita harapkan. Yang berasal dari arus bawah (bottom up) tidak selalu dari atas (top down) yang terkadang dipaksakan dan menguntungkan segelintir pihak saja (baca: kapitalis) dan meminggirkan warga (sebagai kalangan yang lemah). Semestinya pembangunan sesuai dengan yang diajarkan di bangku sekolah yaitu sebesar-besarnya untuk memakmurkan rakyat. Jika rakyat didorong dan diberdayakan maka mereka akan bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, pemerintah cukup tut wuri handayani saja.

Pembangunan dimanapun berada aspek kemanusiaan perlu diperhatikan. Jika pun harus menggusur dengan alasan kepentingan yang lebih besar harus dilakukan dengan baik dan benar. Pendekatan persuasif terus dilakukan sembari dengan menawarkan solusi yang sama-sama enak di berbagai pihak (win win solution). Dengan demikian pembangunan itu akan mendapat dukungan luas karena menuju keadaan yang lebih baik. Dalam pembangunan partisipasi rakyat jelas diperlukan sebab rakyat bukanlah objek melainkan subjek dalam pembangunan itu sendiri.

Pembanguan dalam bidang apapun harus dapat menyeimbangkan antara hasil dan prosesnya. Kampung warna warni ini dapat menjadi contoh –dalam skala kecil- bahwa tercapainya lingkungan yang bersih dan tertata (yang dulunya kumuh) dapat diselesakan dengan cara yang elegan. Jangan sampai melakukan sesuatu yang tidak perlu, kiranya perlu direnungkan apa yang dikatakan cendekiawan Ali Syariati: "Kesalahan paradigma pembangunan yang semata-mata diorientasikan untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi adalah mengabaikan proses pembangunan yang baik dan berpihak pada kesejahteraan rakyat. Hal ini kemudian menyebabkan pelaksanaan pembangunan dilakukan dengan wajah yang bengis dan durhaka"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun