Mohon tunggu...
Herva Yulyanti
Herva Yulyanti Mohon Tunggu... Human Resources - Emak Bekerja sbg HRD dan tukang nulis di blog sendiri www.bundanameera.com

Menulis berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan..Hobi tidur dan bermimpi tapi dari mimpi bisa jadi target buat dicapai..Yuk Mari..

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Jumpalitan Jadi Atasan: Beratnya Kewajiban yang Diemban

11 November 2021   09:33 Diperbarui: 11 November 2021   18:00 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menjadi atasan yang disenangi bawahan. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Dulu ga kefikiran punya bawahan, saya biasa bekerja jadi specialist yang reportnya langsung ke atasan. Enak? ya enak dong bebas bisa bikin target dan planning buat sendiri ga perlu mikirin yang lain.

Sayangnya kelamaan sendiri juga ga enak, giliran ribet yang ada uring-uringan sendirian. Makan deh loh! hahaha..

Lalu akhirnya saya dirotasi dan pegang posisi yang membawahi 10 orang bawahan. Senang? ya senang karena akhirnya punya kesempatan juga bisa memanage bawahan. Setelah sebelumnya hanya punya atasan seumuran doang!

Eitsss..kesenangan itu hanya khayalan, nyatanya jadi atasan tak semudah yang dibayangkan!

Maka akan saya ceritakan pengalaman saya sebagai atasan yang membawahi bawahan 8 diantaranya berusia cantik diatas saya sisanya masih kinyis-kinyis.

Banyak sekali kejadian yang saya alami, yang membuat saya banyak belajar jadi seorang Leader.

Waktu itu saya mendapatkan laporan masuk jika salah satu bawahan saya seenaknya memanfaatkan fasilitas kantor plus tak melaksanakan kewajiban yang semestinya.

Laporan yang masuk bukan cuma dari seorang tapi beberapa orang, so langkah saya selanjutnya adalah MEMANGGIL ke ruangan saya! Saya jelaskan duduk perkara, mengapa saya memanggil beliau.

Lalu mulailah saya MENEGUR yang artinya saya tegur untuk kebaikannya khususnya buat TIM saya ke depannya. Yang bersangkutan cenderung defence dan tak mau akui kesalahannya. Seperti itu inti pembicaraan kami.

Saya kira beres sampe disitu karena besar harapan saya untuk beliau agar bisa berubah. Dan sebelum berpamitan juga sepertinya tidak ada yang salah karena saya sangat menjaga perkataan saya agar tidak menyinggung perasaannya mengingat usianya yang jauh dari saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun