Mohon tunggu...
Heru Tri Budi
Heru Tri Budi Mohon Tunggu... Pemuka Agama - pemerhati kesehatan jiwa dan keluarga

Teman sharing keluarga dalam obrolan seputar kesehatan emosional, spiritual, relasional dalam keluarga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejarah Panjang Perayaan Natal

24 Desember 2017   18:40 Diperbarui: 24 Desember 2017   18:50 1948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Natal atau dalam bahasa Inggris memakai kata Christmas,  berasal dari kata Cristes maesse, frase dalam bahasa Inggris yang berarti Mass of Christ (Misa Kristus). Seringkali kata Christmas disingkat menjadi Xmas. Tradisi ini diawali oleh Gereja Kristen terdahulu. Dalam bahasa Yunani, X adalah kata pertama dalam nama Kristus (Christos). Sebenarnya tanggal berapa tepatnya hari kelahiran Yesus Kristus tidak diketahui dengan pasti, namun kebanyakan orang Kristen di seluruh dunia sepakat memperingati Hari Natal pada tanggal 25 Desember sebagai momentum untuk merayakannya. 

Sebenarnya tidak ada satu orang pun tahu persis kapan tanggal lahirnya Yesus. Diperkirakan, Yesus lahir sekitar tahun ke-3 atau ke-4 SM. Yang pasti adalah: Yesus sungguh-sungguh pernah lahir dan ada di dunia. Jadi kalau mau merayakan kelahiran-Nya itu sah-sah saja.

Kisah Natal dicatat dalam Injil Lukas dan Matius. Menurut Lukas, seorang malaikat menampakkan diri kepada para gembala di luar kota Betlehem dan mengabari mereka tentang lahirnya Yesus Juru Selamat. Sementara itu Matius menceritakan bagaimana orang  Majus, mengikuti bintang terang yang menunjukkan kepada mereka dimana Yesus berada.

Hari Natal sesungguhnya perayaan publik zaman Romawi kuno, yaitu: sebuah perayaan yang disebut Natalis Solis Invincti, sebuah perayaan kembalinya matahari yang sudah sekian lama tidak muncul setelah musim dingin yang begitu panjang. Ketika matahari itu mulai kembali, peristiwa itu yang dirayakan. Secara teologis gereja mengadopsi hari ini untuk menyatakan, bahwa Yesus Kristus adalah Matahari kehidupan bagi dunia yang gelap, sebagaimana dikatakan Yesus sendiri: "Akulah Terang dunia." Maka hampir semua perayaan Natal selalu ada candle light christmas untuk menggambarkan, bahwa kelahiran Yesus adalah terang yang mengusir kegelapan dalam hidup manusia.

Catatan pertama tentang peringatan hari Natal adalah tahun 336 Sesudah Masehi pada kalender Romawi kuno, yaitu pada tanggal 25 Desember. Perayaan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh perayaan orang-orang di zaman Romawi kuno pada saat itu. Sebagai bagian dari perayaan tersebut, masyarakat menyiapkan makanan khusus, menghiasi rumah mereka dengan daun-daunan hijau, menyanyi bersama dan tukar-menukar hadiah. Kebiasaan-kebiasaan itu lama-kelamaan menjadi bagian dari perayaan Natal orang Kristen.

Pada akhir tahun 300-an Masehi agama Kristen menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi. Di tahun 1100 Natal telah menjadi perayaan keagamaan terpenting di Eropa, di banyak negara-negara di Eropa kemudian muncul figur Santo Nikolas  (Sinterklas) sebagai lambang usaha untuk saling memberi/saling berbagi. Hari Natal semakin terkenal seiring dengan gerakan Reformasi (Protestan) di tahun 1500-an .

Bagi sebagian gereja, masa Hari Natal dimulai pada Minggu yang paling dekat dengan tanggal 30 November. Hari Minggu tersebut disebut hari pertama masa Adven, yaitu masa 4 minggu saat umat Kristiani mempersiapkan perayaan Natal. Kata adven berarti datang, dan mengacu pada kedatangan Yesus pada hari Natal. Bagi yang merayakan masa Adven, empat buah lilin, masing-masing melambangkan hari Minggu dalam masa Adven, diletakkan dalam suatu lingkaran daun-daunan. 

Pada hari Minggu pertama, keluarga menyalakan satu lilin dan bersatu dalam doa. Mereka mengulangi kegiatan ini setiap hari Minggu dalam masa Adven, dengan menambahkan satu lilin lagi setiap kalinya. Sebuah lilin merah besar yang melambangkan Yesus, ditambahkan pada lingkaran daun-daunan itu pada Hari Natal.

Untuk kebanyakan umat Kristiani, masa Adven memuncak pada Misa (Ibadah) tengah malam  pada tanggal 24 Desember. Gereja-gereja (terutama Katolik) dihiasi dengan lilin, lampu, dan daun-daunan hijau dan bunga pointsettia. Kebanyakan gereja mengadakan perayaan pada hari Natal. Masa Natal berakhir pada hari Epifani, tanggal 6 Januari. Untuk gereja Kristen Barat, Epifani adalah datangnya orang majus kepada bayi Yesus. Menurut umat Kristen Timur, hari tersebut adalah perayaan pembaptisan Kristus. Epifani jatuh 12 hari setelah hari Natal.

Namun ada juga yang tidak setuju dengan perayaan Natal karena dianggap sebagai kebiasaan tanpa dasar yang sah. Pada tahun 1600-an, Natal dilarang di Inggris dan banyak koloni Inggris di Amerika. Namun, masyarakat tetap meneruskan kebiasaan tukar-menukar kado dan tak lama kemudian kembali kepada kebiasaan semula. Pada tahun 1800-an, ada dua kebiasaan baru yang dilakukan pada hari Natal, yaitu menghias pohon Natal dan mengirimkan kartu kepada sanak saudara dan teman-teman. Sejak tahun 1900-an, perayaan Natal semakin diperkaya dengan berbagai pernak-pernik Natal yang membuat pelaku bisnis tidak mau kehilangan keuntungan.

Sebagai hari raya keagaamaan, hari Natal memang memiliki banyak dimensi dan dinamika yang bersifat subyektif sesuai dengan yang mengimaninya. Bergerak dan berkembang mengikuti perubahan budaya sehingga selalu bisa dirayakan dalam konteks kekinian. Bagaimanapun cara merayakannya, Natal adalah sebuah momentum untuk mengingat kelahiran Yesus Kristus yang membawa terang bagi dunia yang gelap. Jadi mau dirayakan tanggal berapa dan bagaimana merayakannya, pasti sudah melewati banyak pertimbangan oleh para tokoh atau pemimpin umat Kristen/gereja yang berhak untuk menafsirkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun