Tidak saja mengeringkan bumi.
Namun juga memporak porandakan warga.
Dari sudut desa ke desa, berbaris membawa tempat air seadanya.
Dari ember sampai kaleng bekas cat.Â
Berbenturan berdenting bak nyanyian kelaparan di etopia.
Tidak ada doa maupun puji-pujian untuk datangkan hujan.
Hanya gumam pasrah diantara bibir kering dan gemertak gigi tak bertuan.
tanpa baju anak-anak tengadah menyanyikan lagu tentang hujan.
Meski parau bernada sumbang, tapi keyakinan tetap bersuara diantara ributnya orang tua berebut air.
Anak-anak berlari terus mengejar sepi ditanah pertiwi.
Sungailiat, oktober 2017
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!