Mohon tunggu...
Heru Legowo
Heru Legowo Mohon Tunggu... Dosen - Bekerja lebih dari 30 tahun di dunia aviasi. Sejak mulai bekerja sebagai Air Traffic Controller (ATC) di Bandar Sepinggan Balikpapan, sampai mengakhiri sebagai Direktur Operasi PT. Gapura Angkasa di Jakarta

Menyukai travelling, ingin tahu dan mengetahui hal-hal baru yang tidak biasa. kemudian berusaha menuliskannya untuk berbagi kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

MRT

5 September 2023   09:53 Diperbarui: 5 September 2023   09:57 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya naik MRT dari Bundaran HI ke Fatmawati. Memasuki stasiun dibawah tanah, hanya dengan sekali nge-tap dengan kartu e-money di gate pintu masuk. Lalu turun lagi ke peron MRT. Mudah dan cepat.

Di peron bawah tanah, rangkaian MRT sudah siap. Saya langsung masuk ke gerbong MRT. Sebentar kemudian MRT sudah jalan. Akselerasinya terasa mulus ketika MRT menambah kecepatan. Dari Bunderan HI, MRT masih berjalan di dalam terowongan. Nanti baru naik ke permukaan, ketika akan melewati Senayan.

Saya jadi ingat ketika saya melakukan perjalanan dari Central Statioon di Amsterdam, ke Bandara Internasional Schiphol. Ketika kereta menuju ke Schiphol, kereta melewati terowongan di bawah apron. Sekarang saya berada dalam MRT, dan berada di dalam terowongan. Situasinya seperti itu.

Gemuruh suara dari pantulan dinding mendesing, mengeluarkan suara khas. Ingatan saya melayang, ketika itu terjadi 25 tahun yang lalu. Seperempat abad! Lama sekali! Saya jadi saya berpikir, mengapa untuk membuat hal yang sama itu, Indonesia butuh waktu lama! 25 tahun!

Barangkali, mungkin karena kita memang tidak punya prioritas untuk melakukan itu! Kalau sisi teknologi dan kepintaran, saya yakin kita pasti tidak kalah. Hanya kemauan politisnya memang tidak ada. Atau tidak bulat, karena hanyut dalam kepentingan yang bermacam-macam. Kita lebih suka ribut sendiri. Berantem sendiri. Tidak pernah total dalam memikirkan dan mewujudkan sesuatu, demi masyarakat banyak.

Berada di dalam MRT saya merasa, kita menjadi setara dengan bangsa lain. Hanya saja, itu setara situasi 25 tahun yang lalu. Ide pembangunan MRT di Jakarta dicetuskan sejak 1985 oleh Kepala BPPT pada saat itu, B. J. Habibie.  Dan pertama kali MRT dioperasikan pada tanggal 24 Maret 2019, setelah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. Butuh rentang waktu 24 tahun sejak ide, sampai dengan operasional. Melewati masa 6 kepresidenan.

Kita berhasil menyamai, tetapi bangsa lain sudah lebih jauh lagi meninggalkan kita. Jadi kita ketinggalan lagi! Sungguh menyedihkan sekali. Jadi naik MRT itu, seperti mengingatkan saya pada 25 tahun yang lalu.

Dan membuat saya merenung ulang. Bangsa ini mau ke mana? Jikalau tidak pernah berpikir ke depan, dan hanya ribut sendiri. Berkelahi sendiri.

Tetapi harus diakui MRT itu mudah, murah, cepat dan koneksi antar modanya juga bagus. Itu memungkinkan pergerakan orang menjadi lebih cepat. Dan ujungnya adalah efektivitas waktu, menjadi semakin baik. Dan ini pasti berdampak positif kepada banyak hal-hal lain yang berkaitan.

Mudah-mudahan begitu.

KPA : Jumat, 1 Sept 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun