Mohon tunggu...
Herti Utami
Herti Utami Mohon Tunggu... Dosen - Hasbunallah wa nikmal wakil

Seorang istri | ibu dari 4 orang anak | suka membaca dan jalan-jalan | lecturer, researcher, chemical engineer | alumni UGM | hertie19@hotmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature

Ini Tantangan dan Solusi Jika Energi Alternatif Adalah Biofuels

3 November 2013   05:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:40 1810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kita harus bersyukur bahwa negara Indonesia dikaruniai berbagai sumber energi, meskipun tidak banyak dibandingkan cadangan dunia. Berhubung jumlah penduduk Indonesia juga cukup besar, maka cadangan energi per kapita tersebut juga tidak besar. Oleh karena itu dalam mengelola sumber energi tersebut harus cermat dan tepat.

Sumberdaya energi primer adalah energi fosil dan energi terbarukan. Sumber energi primer yang termasuk jenis energi fosil dan tidak bisa diperbarui adalah minyak bumi, gas dan batubara. Sedangkan sumber energi non fosil antara lain adalah tenaga air, panas bumi, tenaga surya, tenaga angin, dan biomassa yang relatif cukup melimpah di Indonesia.

Penggunaan BBM yang sulit digantikan oleh jenis energi lainnya adalah untuk transportasi. Pembangkitan listrik pun sebagian besar masih sangat mengandalkan BBM, karena masih terbatasnya jaringan pipa gas bumi, lokasi potensi tenaga air dan pengembangan panas bumi, serta energi terbarukan lain yang masih mahal.

Kebutuhan energi dalam negeri selama ini dipasok dari produksi dalam negeri dan sebagian impor, yang kini terus cenderung meningkat. Kemampuan produksi lapangan minyak bumi cenderung menurun, sehingga tingkat produksinya pun terbatas. Menurunnya produksi ini selain karena penuaan sumur yang ada juga akibat keterlambatan investasi untuk eksplorasi dan eksploitasi sumber minyak baru. Menurut BP Migas, 85% sumur minyak di Indonesia sudah tua dan mengalami penurunan produksi rata-rata 15% dalam setahun.[1]

Sementara konsumsi BBM meningkat dari tahun ke tahun, salah satu indikatornya adalah kebutuhan bensin atau premium yang meningkat dengan pertumbuhan konsumsi BBM ini sekitar 7% setahun. Jika pertumbuhannya 7% setahun terus menerus maka setiap 10 tahun konsumsinya meningkat dua kali. Sejak 2004 produksi BBM lebih kecil dibandingkan konsumsinya. Bila tidak segera ditemukan sumber minyak baru maka Indonesia segera menjadi negara net oil importer country, seperti kondisi saat ini.[2] Kondisi ini cukup meresahkan bagi ketersediaan energi jangka panjang sementara itu harga minyak dunia semakin meroket tinggi.

Penggunaaan energi terbarukan memang belum banyak, kecuali tenaga air, karena memang biaya produksinya belumlah kompetitif dibanding energi konvensional dari minyak bumi. Pada umumnya harga listrik yang dibangkitkan oleh sumber energi non fosil selain air, harganya masih lebih tinggi daripada yang dibangkitkan dengan BBM (bersubsidi). Sedangkan energi nuklir meskipun menguntungkan secara ekonomi belum dapat dimanfaatkan karena adanya hambatan dari aspek penerimaan masyarakat dan sangat tingginya harga untuk investasi awal.

Kondisi kehidupan yang bergantung pada BBM impor yang semakin besar, harga minyak yang cenderung meningkat, subsidi yang sulit dihentikan, dan penggunaan energi yang sangat boros, serta pertumbuhan penduduk masih tinggi, akan membawa kehidupan ke berbagai permasalahan yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Kondisi buruk ini dapat terjadi jika diversifikasi energi dan peningkatan efisiensi penggunaan energi tidak diperhatikan dengan serius. Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai kebijakan dalam pengelolaan sumber energi, termasuk diantaranya adalah langkah diversifikasi, pengembangan dan peningkatan penggunaan energi baru dan terbarukan.[3]

Dengan potensi yang dimiliki oleh Indonesia adalah : letak Indonesia yang berada terletak di sepanjang garis khatulistiwa memberikan intensitas sinar matahari yang cukup besar dan stabil sepanjang tahun. Energi matahari semacam ini merupakan modal dasar untuk pengembangan sumber energi, khususnya energi surya. Indonesia yang mempunyai struktur geologi memiliki potensi sumber energi seperti batu bara, gas, minyak bumi, panas bumi. Walaupun sumber energi tersebut sebagian sudah sekian lama dieksploitasi dan sudah mulai menyusut jumlah cadangannya (kecuali panas bumi), namun hasil eksplorasi masih membuka peluang untuk mendapatkan sumber energi. Indonesia dengan iklim tropisnya menjadikan suatu rahmat dengan tumbuh suburnya tanaman yang dapat menjadi sumber energi terbarukan yang sangat potensial.

Dengan keterbatasan sumber energi tak terbarukan, maka untuk memenuhi kebutuhan energi di tahun mendatang, maka harus diterapkan konsep bauran energi (energy mix) serta harus lebih mengarah kepada energi berbasis teknologi (technology base), dibandingkan dengan energi berbasis sumber daya (resource base) yang bersifat tidak terbarukan. Oleh karena itu, peranan litbang IPTEK untuk energi menjadi semakin jelas dalam mendukung kebijakan energi ke depan yang berbasis teknologi.[3]

Lalu energi alternatif apa yang berbasis teknologi atau (technology base) tersebut? Energi dari sumber nabati atau biofuels adalah salah satu jawabannya.

Energi final adalah bentuk energi akhir yang diterima oleh konsumen. Energi final ini antara lain adalah bahan bakar yang meliputi minyak tanah, bensin, solar ataupun LPG dll, dan listrik. Nah, bahan bakar hayati atau disebut dengan biofuels adalah salah satu bentuk final bioenergi, yaitu energi yang dibangkitkan dari biomassa. Biomassa itu sendiri bahan-bahan organik berumur relatif muda dan berasal dari tumbuhan/hewan, produk, sisa panen dan limbah industri budidaya (pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, atau perikanan). Di antara semua sumber energi yang terbarukan, biomassa ini yang relatif langsung dapat dikonversi menjadi bahan bakar untuk mensubstitusi BBM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun