Mohon tunggu...
Rahmat HerryPrasetyo
Rahmat HerryPrasetyo Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Penulis lepas dan editor freelance.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Harus Bangun Pukul Berapa Anakku ke Sekolah?

2 Maret 2023   09:00 Diperbarui: 2 Maret 2023   09:04 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Heboh kebijakan sekolah dimulai pukul 05.00 di NTT mengingatkan saya pada putri saya yang kini sekolah di sebuah SMA negeri di Bogor. Masuk sekolah pukul 07.00, tapi putri saya sudah bangun pukul 04.30, bahkan kadang pukul 04.00 dia sudah terlihat melek di tempat tidurnya. Setelah bangun, putri saya pun melakukan aktivitas rutinnya: persiapan ke sekolah. Dimulai dengan setrika baju. Kalau saya lihat, sekitar 15 menitlah, untuk setrika, kurang lebihnya segitu.

Setelah setrika, siap-siap mandi. Nah, ini yang lama, putri saya mandi bisa sekitar 30 menit. Lanjut ke dandan, ups, juga makan waktu lama putri saya untuk menguncir rambut, berias seperlunya seperti anak sekolah pada umumnya, pakai baju seragam, dan sebagainya; bisa memakan waktu sekitar satu jam, pokoknya lebih dari 30 menit. Setelah itu, berangkat sekolah, saya mengantarnya. Jarak sekolah dan rumah jauh, bisa memakan waktu sekitar 30 menit saya antar pakai motor. Untuk naik angkutan umum tidak mungkin waktu terkejar, peluang terlambat sangat besar.

Itu sekilas gambaran persiapan untuk berangkat ke sekolah. Awalnya beberapa bulan pertama putri saya bersekolah, susah untuk bangun tidur. Terlalu pagi untuk bangun pukul 04.30. Deraan mengantuk sering kali dialami. Bahkan, beberapa kali terlambat ke sekolah, meski terlambatnya tidak sampai 30 menit, paling-paling 10-15 menit. Lama-lama, karena terbiasa bangun pagi, sampai sekarang duduk di kelas XI atau kelas dua SMA, putri saya sudah terbiasa bangun pagi dan hampir tidak pernah terlambat ke sekolah, kecuali terhalang oleh hujan deras yang mengakibatkan kemacetan.

Poin penting yang perlu saya sampaikan jika anak harus bangun pagi-pagi buta untuk persiapan ke sekolah adalah sebagai berikut.

1. Dukungan orangtua sangat besar, seperti membangunkannya untuk bangun pagi dan mengantar ke tempat sekolahnya. Apalagi jika angkutan umum sulit didapat atau naik angkot membuat waktu tempuh terlalu lama; ini disikapi dengan mengantarnya langsung ke sekolah.

2. Tantangan terbesar adalah rasa mengantuk. Itu dialami putri saya sampai sekarang. Makanya saat istirahat siang, putri saya tidur di kelas. Ia memanfaatkan waktu untuk tidur sebentar, kebetulan ada semacam tikar di kelas, bisa untuk tidur untuk yang mengantuk. Ini juga mengingatkan saya, beberapa kantor membolehkan para pegawainya untuk tidur siang, bahkan menjadi program wajib agar para karyawannya tidur siang, demi mendapatkan energi kembali agar bisa bekerja dengan optimal.

3. Jika merasa kelelahan, sepulang sekolah biasanya putri saya mampir ke rumah temannya yang dekat dengan sekolah. Numpang tidur. Ini manfaatnya memiliki banyak teman yang baik dan kebetulan tinggal di dekat sekolah. Sorenya baru putri saya pulang ke rumah, bisa naik angkutan umum atau ojek online.

4. Jika pun tidak "numpang tidur di rumah teman", putri saya sepulang sekolah tidur siang menjelang sore di rumah, karena kelelahan dan juga "kelaperan". Makan kemudian tidur. Setelah itu, baru belajar.

Itu sekelumit kehidupan sekolah putri saya. 

Bangun di waktu yang sangat pagi sebenarnya juga dialami oleh beberapa anak yang rumahnya di sekitar Depok atau Bogor, mungkin juga Bekasi, namun sekolahnya di Jakarta. Beberapa anak yang sering saya temui, mereka berangkat naik kereta KRL di jam pertama kereta berangkat, sekitar pukul 04.20-04.30. Biasanya, anak-anak seperti ini sepulang sekolah tertidur di kereta, itu yang kadang saya lihat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun