Mohon tunggu...
Rahmat HerryPrasetyo
Rahmat HerryPrasetyo Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Penulis lepas dan editor freelance.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Anak Ingin Kuliah, Orangtua Melarang, Perlukah Itu?

27 Februari 2023   09:42 Diperbarui: 27 Februari 2023   09:46 1497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Putri saya yang duduk di kelas XI di sebuah SMA negeri di wilayah Bogor hari ini, Senin (27/2/2023) sedang menjalani ujian tengah semester. Tadi malam, ia mengatakan kepada saya, "Pa, tolong kasih kata-kata semangat untuk teman dede." Lalu, ia menyebutkan nama temannya tersebut. Apa masalahnya, Nak? Putri saya pun menjelaskan masalah yang dihadapi teman baiknya tersebut. Jika saya rangkum, berikut ini beberapa hal yang dialami teman anak saya tersebut.

1. Ayah bundanya tidak peduli dengan nilai sekolahnya, karena orang tua hanya ingin si anak kelak lulus SMA dan mencari kerja.
2. Si anak punya impian untuk kuliah, namun orang tua tidak mendukung, apalagi di keluarga tersebut tidak satu pun mengenyam dunia perkuliahan.
3. Anak merasa bahwa selama ini orang tua membiayainya sekolah dan berharap uang tersebut bisa kembali dari hasil si anak bekerja.
4. Ayah bundanya secara kompak memiliki mindset atau pola pikir bahwa saat ini banyak sarjana menganggur, untuk apa kuliah.
5. Ayah bundanya merasa tidak punya dana untuk membiayai kuliah, dan jika ada pun, mereka tidak bersedia membiayai untuk kuliah, dan cenderung mendorong si anak lulus SMA dan langsung bekerja.
6. Si anak menjadi tidak bersemangat sekolah karena sia-sia ia belajar karena orang tuanya tidak memberikan dukungan, yang penting lulus SMA dan bekerja.

Dari apa yang dialami teman anak saya tersebut, karena saya diminta untuk memberi semangat, maka ini yang bisa saya tuliskan. Pertama, Nak, jangan patah semangat. 

Pendidikan itu penting. Ingat, Nak, yang membutuhkan pendidikan itu kamu, bukan orang tuamu. Didukung atau tidak, diperhatikan atau diabaikan oleh orang tuamu, kamu harus tetap belajar yang rajin. 

Demi dirimu sendiri, demi masa depanmu, jangan sampai menjadi orang yang sempit ilmu dan dicengkeram kebodohan karena semangat belajarmu menjadi luntur. Harus tetap belajar dengan rajin, meski berat hati dan pikiranmu karena pola pikir orang tuamu berbeda dengan dirimu. 

Kedua, Nak, masih ada waktu untuk selalu berharap perubahan mindset orang tuamu. Cobalah perlahan jelaskan kepada orang tuamu bahwa menuntut ilmu setinggi mungkin itu perlu, apalagi demi masa depan yang lebih baik. Namun, jika kamu terlalu sulit untuk mengubah pola pikir orang tua, lewat doalah kamu perlu mencobanya. 

Berdoalah terus-menerus agar Tuhan membuka pintu hati dan pikiran orang tuamu. Ketuklah pintu langit dengan mantra doa yang tak ada putusnya, dengan caramu, dengan imanmu, agar mukjizat dari-Nya bisa membawa perubahan sikap dan tindakan orang tua, tentang pendidikan setinggi mungkin yang kamu impikan.

Ketiga, Nak. Jangan matikan mimpimu. Jangan matikan harapan dalam hidupmu. Sering kali mimpi-mimpi bisa terwujud di kemudian hari setelah melewati rangkaian proses kehidupan yang sulit. Ingatlah pula nasihat bijak ini bahwa hidup itu merupakan perwujudan langkah dari satu kesulitan menuju kesulitan berikutnya. 

Jadi, rawat impianmu untuk kuliah, untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin; pupuklah mimpimu dengan belajar yang tekun dan doa yang terus-menerus. Jangan kalah dengan persoalan yang membelenggumu saat ini.

Keempat, Nak. Ingatlah bahwa rezeki itu merupakan misteri, rahasia Tuhan. Jika Tuhan berkehendak kamu mendapatkan rezeki untuk kuliah maka terjadilah! Rezeki seorang anak itu ada jalannya sendiri. Percayalah itu dengan sungguh-sungguh. Belajar saja untuk hari ini, esok hari, dan seterusnya. Abaikan setiap hal yang melemahkan semangatmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun