Mohon tunggu...
Rahmat HerryPrasetyo
Rahmat HerryPrasetyo Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Penulis lepas dan editor freelance.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Aku Dipaksa Menulis Sepagi Ini, Untuk Apa?

5 Mei 2022   06:00 Diperbarui: 5 Mei 2022   06:10 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Baru saja begadang menonton pertandingan sepak bola antara Real Madrid melawan Manchester City, saya mengantuk. Wajar dong. Iya kan? Tapi, hati ini berkata, "Hei, menulislah!" Namun, suara yang lain berbisik, "Jangan. Kalau mengantuk, tidur saja."

Sepertinya itu menjadi dialog batin yang menarik. Saya pun terdiam sejenak.

Antara mau menulis atau tidak, godaan untuk tidak menulis sangatlah besar. Saya kemudian membuka sejenak Kompasiana, melihat artikel terakhir yang saya tulis, ternyata sudah sembilan bulan yang lalu, tulisan terakhir saya. Hmmm, sudah lama juga saya tidak menulis di sini. Pagi ini saya seakan dipaksa menulis. Bukan oleh orang lain, tapi oleh diri saya sendiri

Mengapa hati gelisah jika tidak segera menuliskannya? Pertama, ada ide menarik ketika menonton bola Liga Champions, di pagi hari, 5 Mei 2022. Real Madrid hampir kalah, namun kemudian bisa membalikkan keadaan, hanya dalam momen sekitar dua menit, mampu mencetak dua gol, untuk kemudian berproses meraih kemenangan.

Apa menariknya? 

Menonton bola tidak hanya menghibur dari sisi tekniknya. Ada beberapa hal penting yang bisa saya tonton, seperti pentingnya punya mental juara, punya kemampuan dan kemauan untuk berjuang agar menang, dan pikiran positif agar tidak mudah menyerah. Jadi, tidak sekadar teknik. Setiap pemain bola pasti punya kemampuan dari segi teknik main bola. Tapi, bagaimana dengan mentalnya?

Itulah yang sering menjadi penentu kita menang atau kalah. Bermental petarung, bermental juara, disiplin dalam usaha, dalam berkarya, sangat menentukan proses dan hasil akhirnya. Beberapa hal itulah yang seakan memaksa saya untuk menuliskannya. Sepertinya, ini menjadi pengingat bagi saya, agar tidak lupa untuk berproses dengan ketekunan dan mental yang teguh agar menjadi pemenang.

Saya pun mencoba menerima tantangan untuk menulis dengan paksaan. Biasanya hasilnya kurang memuaskan ketika kita menulis atau berkarya dalam keterpaksaan. Namun, sering kali karena terpaksa itu banyak orang meraih keberhasilan dalam hidup, termasuk dalam menuangkan ide lewat tulisan.

Jangan Remehkan

Menjadi menarik bagi saya pagi ini, karena dipaksa menulis tidak selalu berakhir buruk, tidak selalu berujung pada mentoknya ide. Bahkan, dari rasa dipaksa itu saya bisa mencoba melihat ke dalam diri, seberapa kuat saya menuliskan ide dan menginspirasi orang lain. Jangan remehkan hal-hal yang memaksa kita untuk berbuat, karena mungkin, lewat situasi seperti itu, kita juga dapat keluar dari kesulitan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun