Mohon tunggu...
Rahmat HerryPrasetyo
Rahmat HerryPrasetyo Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Penulis lepas dan editor freelance.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pertolongan yang Berkesan di Masa Pandemi

5 Agustus 2021   18:28 Diperbarui: 5 Agustus 2021   18:39 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tuhan, sudah berapa lamakah aku tidak menulis artikel?" Kalimat tanya itu sengaja saya letakkan di awal tulisan ini, karena saat menulis, saya sangat menggantungkan energi luar biasa dari Sang Pencipta.

Tanpa kasih-Nya dan sentuhan-Nya ke dalam hati saya untuk mengalirkan ide maka sangat sulit bagi saya untuk menghasilkan satu, ya satu saja, tulisan yang menginspirasi.

Seperti halnya sore ini, sebenarnya pertaruhan besar bagi saya, apakah saya masih bisa menulis artikel yang isinya curhat, pengalaman pribadi, namun tetap bisa dinikmati oleh pembaca yang berkenan meluangkan waktu untuk mencerna apa yang saya ungkapkan.

Saya mencobanya dengan tulisan ini. Ingin berbagi secuil inspirasi, tentang pengalaman pribadi di masa pandemi. Tidak jauh-jauh pengalaman itu, dengan profesi saya sebagai penulis buku, yang di masa Covid-19 ini, ikut terkena dampaknya, dengan ambyarnya royalti ke tingkat yang paling rendah. Namun, bukan itu yang ingin saya sampaikan.

Beberapa hari lalu, saya mencoba kirim WA ke penerbit, tentu saja bagian yang berwenang berkaitan dengan royalti. Saya meminta tolong apakah pencairan royalti bulan ini bisa dipercepat karena saya membutuhkan dana besar untuk membayar uang kuliah anak saya, sekaligus membeli laptop untuk anak saya yang bulan ini juga mulai masuk ke dunia SMA. Belajar online dan yang satunya kuliah online.

Sebenarnya, waktu saya mengirim permintaan tolong tersebut melalui WA, ada keraguan karena setiap penerbit pasti punya sistem tersendiri untuk pembayaran royalti. Namun, jawabannya sangat mengejutkan, "Bisa, Mas!" Saya terkejut sekaligus senang.

Malam harinya, sekretaris redaksinya mengirimi saya laporan penjualan buku untuk saya koreksi apakah ada yang terlewat atau ada kesalahan. Itu merupakan respons cepat, di luar jam kantor, dan di masa pandemi, demi membantu saya agar mendapatkan transferan royalti lebih cepat dari biasanya, dan saya bisa membayar uang kuliah sekaligus membelikan laptop anak saya.

Pertolongan itu sangat berkesan bagi saya sekaligus menginspirasi bahwa di saat-saat sulit, janganlah kebanyakan mengeluh. Sering kali di masa sulit pun ada pertolongan yang tak pernah kita duga. Pandemi corona belum usai, dialog batin pun mengiringi, apakah situasi ini tak berkesudahan? Namun, di balik itu semua, tetap ada persaudaraan, persahabatan, saling meringankan, dengan beragam cara.

Bagi saya, itu menjadi tantangan tersendiri, bahwa selain kemampuan menulis, baik itu dalam bentuk buku maupun artikel, juga karakter yang baik penting dipertahankan. Tanpa karakter yang bisa dipercaya, saya yakin tak ada pertolongan seperti yang ditunjukkan para pengelola penerbit yang selama ini menerbitkan naskah-naskah saya. Seandainya saya merupakan penulis yang sombong, apakah mudah saya mendapatkan bantuan?

Tidak akan mungkin terjadi, dan sebaliknya, saya akan diabaikan. Sikap, karakter, tindakan dan pikiran positif yang jernih, sangat dibutuhkan untuk menghasilkan suatu karya, bahkan ketika karya tersebut merupakan kritik terhadap orang atau situasi yang belum terkendali. Tanpa karakter yang baik dan tujuan yang baik, apa yang kita hasilkan hanya akan melukai diri sendiri juga menyakitkan bagi orang yang tidak kita sukai.

Ah, jangan melebar ke mana-mana tulisan ini. Sekadar curhat, apa adanya, namun semoga tetap bermakna di saat Indonesia sedang sakit, dan membutuhkan banyak pribadi yang sehat akal, pikiran, dan tindakan untuk menyembuhkannya selekas mungkin. Tidak ada gunanya menambah sakit bangsa yang sedang sakit ini dengan tindakan bodoh atau kebencian yang tak ada habisnya. Lebih baik menginspirasi, dengan cara yang sederhana, tak perlu berlebihan.

Tuhan Tak Pernah Salah Memberi Rezeki

Seperti halnya pertolongan yang saya dapatkan dengan tulus, demikian pula, saya ingin membagikan tulisan ini dengan tulus, ketika Tuhan sedang menyentuh hati saya untuk menyampaikan karya ini. Meski Anda sangat mungkin menganggap ini tulisan yang sangat dangkal, tak bermakna, atau tidak sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan, tapi bagi saya, tulisan ini sangat berarti. Saya masih bisa merangkai kalimat yang membuat hati saya lega, tenang, sambil mendengarkan musik yang saya suka.

Itu juga bentuk rasa syukur saya karena sampai saat ini saya masih bisa menikmati royalti dari hasil kreativitas yang saya lakukan selama ini. Meski jumlahnya sangat jauh berbeda dengan royalti di masa non-pandemi, saya tetap bersyukur karena Tuhan tidak pernah salah dalam memberikan rezeki.


Salam inspirasi, lekas sembuh Indonesia-ku!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun